Proses Terjadinya Hujan

Oleh : UAO - 22 March 2021 10:45 WIB

Angin yang sepoi-sepoi, awan yang menjadi kelabu, juga disertai dengan gemuruh dari langit menjadi tanda akan turunnya hujan. Namun, apakah kamu tahu bagaimana proses terjadinya hujan? Ternyata, proses terjadinya hujan di permukaan bumi, tak semudah yang kita bayangkan, loh. Untuk lebih jelasnya, kalian bisa simak artikel ini sampai selesai.

mikirbae.com

Pengertian Hujan

Hujan merupakan sebuah presipitasi yang berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cairan seperti saju, batu es, dan slit. Sebelum turun ke bumi, hujan memerlukan keberadaan lapisan atmoster tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekt dan juga berada di atas permukaan bumi. Di bumi, hujan merupakan proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara maupun penambahan uap air ke udara.

Virga merupakan presipitasi yang jatuh ke bumi, namun akan tetap menguap sebelum mencapai daratan. Nah, inilah yang disebut sebagai penjenuhan udara. Persipitasi terbentuk melalui benturan antara butir air maupun kristal es dengan awal. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam, loh. Mulai dari pepat, butir besar, hingga bola kecil. Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga dimensi yang disebut dengan front cuaca merupakan metode utama dalam pembuatan hujan.

Hujan juga merupakan komponen utama dalam siklus air dan juga sebagai penyedia utama air tawar di planet ini. Curah hujan rata-rata tahunan global yakni antara 990 milimeter (39 in). Salah satu benua terkering di bumi adalah antartika. Pada daerah lain, hujan juga sempat turun dengan kandungan metana, besi, neon, hingga asam sulfur.

Jenis-jenis Hujan

Tahukah kamu? Ternyata hujan memiliki jenis yang beragam, loh. Ini sebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda. Ada tiga jenis hujan yang kerap terajadi di Indonesia, yakni hujan frontal, hujan orografis, dan jugan zenith. Proses terjadinya pun berbeda-beda. Untuk lebih jelas, berikut ini pengertiaannya:

Hujan Frontal

Hujan jenis ini dapat terjadi disebabkan oleh pertemuan antara angin musim panas yang membawa uap air lembap dan udara dengan suhu rendah. Biasanya, pertemuan kedua perbedaan massa tersebut terjadi di bidang front, yaitu salah satu tempat yang mudah akan terjadinya proses kondensasi dan pembentukan awan.

Hujan Arografis

Hujan ini biasanya terjadi di daerah pegunungan atau tempat yang memiliki ketinggian. Proses terjadinya hujan ini adalah adanya uap air yang terbawa ke wilayah pegunungan bertemu dengan massa udara yang bersuhu rendah sehingga terjadi pengembunan dan membentuk awan. Setelah awan jenuh, hujan pun mulai turun ke bumi.

Hujan Zanith

Selanjutnya hujan zenith yang kerap dikenal dengan hujan konveksi. Hujan ini terjadi di sekitaran garis khatulistiwa. Hal ini terjadi dikarenakan adanya pertemuan angin pasat timur laut dengan angin pasat tenggara sehingga membentuk gumpalan yang secara vertikal karena terkena pemanasan oleh matahari. Kemudia menyebabkan suhu di sekitar menjadi turun dan massa awan semakin bertambah. Ketika berada di titik jenuh, hujan pun turun.

Apa yang Terjadi Ketika Turun Hujan?

Ketika butir demi butir hujan mulai turun, hingga menjadi deras, banyak airnya yang meresap ke dalam tanah, mengalir di sungai hingga mencapai laut kembali. Salju es lebih sering tertahan terus di permukaan bumi, seperti glester, hingga akhirnya mencair karena adanya sinar matahari.

Bagaimana Proses Terjadinya Hujan?

Lantas, bagaimana dengan hujan yang kerap kita rasakan sehari-hari? Bagaimana sih cara terjadinya? Berikut penjelasannya beserta gambar proses terjadinya hujan.

google.com

1. Evaporasi (Penguapan)

Tahapan pertama pada proses terjadinya hujan adalah evaporasi atau penguapan. Panas matahari yang begitu menyengat membuat laut, daun, sungai, dan sumber air mengalami proses evaporasi. Evaporasi adalah proses dimana perubahan wujud dari cair menjadi gas. Hal ini membuat air berubah menjadi uap sehingga dapat naik ke atmosfer. Semakin panas suhu matahari, maka semakin banyak pula jumlah air yang menguap naik ke atmosfer, pun sebaliknya.

2. Transpirasi

Sama seperti evaporasi, transpirasi juga merupakan proses penguapan yang terjadi pada jaringan makhluk hidup, seperti tumbuhan dan hewan. Seperti yang kita ketahui, makhluk hidup setidaknya memiliki unsur air di dalamnya. Penguapan transpirasi juga sama mengubah wujud cair menjadi gas uap air yang naik ke atas menuju atmosfer, namun jumlahnya tak sebanyak proses eveporasi.

3. Kondensasi

Setelah uap air berada di atmosfer dengan ketinggian tertentu, proses yang terjadi selanjutnya yakni adalah tahapan kondensasi atau biasa disebut sebagai pengembunan. tahapan ini terjadi ketika uap air berubah wujud menjadi partikel serbuk es yang berukuran sangat kecil. Perubahan uap air menjadi partikel serbuk es dalam jumlah banyak akan saling berdekatan dan menyatu satu sama lain membentuk sebuah awan. Semakin banyak jumlah partikel serbuk es yang bergabung, maka semakin tebal dan pekat warna awan yang ditimbulkan sehingga biasa yang kita lihat sebagai awan mendung.

Awan tersebut jika kita perhatikan selalu bergerak horisontal, hal ini terjadi karena pengaruh arus angin dan perbedaan tekanan. Proses perpindahan awan ini disebut adveksi. Adveksi memungkinkan terjadinya perpindahan awan laut ke daratan untuk saling menyatu menjadi gumpalan awan yang besar. Peristiwa perubahan wujud dari uap air menjadi partikel serbuk es disebabkan karena suhu di atmosfer sangat rendah sehingga terbentuklah serbuk serbuk es yang biasa kita lihat sebagai awan. Umumya, ukuran diameter es dalam tahap kondensasi sekitar 10-40 mm.

Dengan ukuran ini, air sebenarnya dapat jatuh turun ke bumi dengan kecepatan 0,01-5 cm per detik, namun kecepatan aliran udara ke atas di atmosfer lebih tinggi sehingga partikel es tetap tertahan sebagai awan. Ketika proses kondensasi berlangsung mendadak, kemungkinan akan terjadi pembentukan bongkahan es dengan ukuran besar yang menyebabkan terjadinya hujan es. Selain itu, hujan es dapat terjadi ketika pembekuan uap air tertarik ke permukaan benih es.

4. Presipitasi

Pada tahapan terakhir ini, awan yang mengandung partikel es kemudian mulai mencair disebabkan suhu udara atmosfer menghangat sehingga menghasilkan tetesan air yang jatuh turun ke permukaan bumi hingga terlihat oleh manusia sebagai hujan. Ketika suhu udara di sekitar awan terlalu rendah atau dibawah 0°, maka kemungkinan proses terjadinya hujan salju sedang berlangsung. Hal ini terjadi ketika awan yang mengandung uap air akan berubah menjadi serbuk salju tipis ketika masuk ke lapisan atmosfer litosfer dan turun ke bumi sebagai hujan salju.

Ketika proses presipitasi, tidak semua uap air jatuh ke permukaan bumi, ada sebagian yang kembali menguap karena suhu yang tinggi dan sisanya yang akan benar benar turun sebagai air hujan. Butiran air ketika turun hujan ternyata memiliki bentuk yang bervariatif. Ketika butiran air memiliki ukuran < 0,5 mm, maka hanya akan terjadi rintik rintik air atau biasa disebut sebagai hujan gerimis. Biasanya terjadi pada awan berlapis rendah dan dekat dengan permukaan bumi. Kemudian, ketika butiran air turun dengan diameter > 7 mm, maka yang akan terjadi adalah hujan deras atau lebat. Peristiwa ini terjadi pada awan dengan lapisan yang tebal mencapai beberapa kilometer dengan ketinggian kurang lebih 10 kilometer.

Ketika uap air berikatan dengan karbondioksida (CO2), hidrogen sulfur, dan sulfur dioksida, maka proses terjadinya hujan asam sedang berlangsung. Hujan jenis ini sangat berbahaya karena bersifat asam, dapat menimbulkan berbagai macam masalah seperti penyakit dan kerusakan benda benda logam karena sifatnya yang korosif. Hujan asam terjadi karena pengaruh efek rumah kaca yangbiasanya terjadi pada kota kota besar dengan tingkat polusi udara yang tinggi.

Proses Terjadinya Hujan Secara Singkat

Untuk penjelasan yang lebih singkat dalam bentuk poin-poin, maka bisa dilihat sebagai berikut:

• Panas matahari bisa membuat air laut maupun danau menguap.
• Uap air yang terkumpul di udara nantinya akan membentuk awan.
• Awan yang terbentuk menjadi semakin besar, lalu butir-butiran air akan jatuh.
• Terjadilah hujan.

Bagaimana dengan Proses Terjadinya Hujan Es?

Sebenarnya, proses terjadinya hujan es sama saja seperti hujan biasa. Air akan menguap akibat sinar matahari. Uap air tersebut, kemudian naik ke udara dan berkumpul membentuk awan yang terus bergerak meninggi. Semakin tinggi ia bergerak, maka suhunya pun akan semakin rendah, sehingga uap air akan berubah menjadi titik-titik air yang kita lihat sebagai awan hitam. Semakin banyak jumlahnya, akan semakin besar pula ukurannya, maka air tersebut pun jatuh sebagai hujan.

Hujan es, terbentuk melalui uap air yang naik mencapai 5.000 meter di atas tanah, dimana suhu mencapai 0 derajat celcius atau bisa lebih rendah. Uap air mengkrital menjadi es dan jenis awan yang terbentuk adalah comulonimbus. Sama halnya seperti hujan biasa, ketika ukurannya semakin besar, maka semakin banyak pula jumlah kristal es yang akan jatuh ke tanah.

Jika ukurannya kecil, maka kristal tersebut akan meleleh di udara dan jatuh sebagai air. Namun, apabila ukurannya lebih besar, maka jatuh ke tanah tetap dalam bentuk es yang kita kenal sebagai hujan es. Ketika sedang turun hujan es, biasanya akan disertai dengan petir dan angin kencang.

Bentuk Hujan Berdasarkan Ukurannya

Ternyata hujan juga memiliki bentuk-bentuk tersendiri berdasarkan ukuran, loh. Dan biasanya, ini hanya terjadi di negara-negara tertentu saja. Indonesia sendiri dipengaruhi oleh letak astronomis, sehingga jarang mengalami hujan salju atau batu es seperti negara lainnya. Adapun hujan yang banyak diteliti dan diukur diameternya yakni adalah:

Hujan gerimis: Biasanya disebut dengan dizzle yang memiliki diameter < 0,5 mm.
Hujan salju: Terbuat dari kristal es dengan ukuran beragam dimana suhunya <0 derajat celcius.
Hujan batu es: Biasanya akan turun pada suhu yang tinggi dan cuaca panas, namun batu es ini tetap bersuhu di bawah 0 derajat celcius.
Hujan deras: Hujan jenis ini biasanya bersuhu di atas 10 derajat celcius dan memiliki diameter kurang lebih 7 mm.

Baca Juga : 

6 Jenis Awan yang Menimbulkan Hujan Beserta Ciri-cirinya

7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?

Manfaat Mandi Hujan​​​​​​​

Manfaat Air Hujan

Ketika hujan turun, tanah atau wilayah tempat kita dipenuhi dengan air. Bahkan, hingga terjadi banjir. Meski kerap dikaitkan sebagai penyebab banjur, namun air hujan ternyata memiliki manfaat luar biasa bagi kehidupan kita. Diantaranya sebagai berikut:

1. Membantu Kelangsungan Hidup Hutan

Seperti kita ketahui, di hutan banyak sekali makhluk hidup, seperti pepohonan dan hewan liar. Keduanya tentu saja membutuhkan air untuk kelangsungan hidup. Terlebih, peran pohon sangat penting untuk kehidupan manusia. Pohon yang menyediakan udara bersih untuk kita hidup. Selain itu, pohon juga bisa membantu menyerap air hujan dan mencegah banjir, oleh sebab itu air hujan sangatlah penting untuk membuat hutan tetap lestari.

2. Air Minum

Air hujan memang tidak dapat diminum secara langsung, melainkan harus melalui proses pemurnian. Air hujan yang ditampung dalam galon atau penampungan lainnya. Kemudian air hujan diteliti untuk melihat zat-zat berbahaya zat apa saja yang terdapat di dalamnya. Nah, proses pemurnian inilah yang berguna untuk menghilangkan segala zat berbahaya yang terkandung di dalam air hujan. Jika sudah melalui proses tersebut, air hujan baru bisa diminum tanpa harus dimasak.

3. Membantu Pertanian

Tanaman seperti padi, sayuran, dan buah dapat tumbuh dengan baik dikarenakan air hujan yang mengaliri dan membasahinya. Air hujan sangat diperlukan tanaman untuk dapat melakukan proses pertumbuhan atau fotosintesis. Jika terjadi kekeringan panjang, maka hasil panen bisa saja tidak baik.

4 Kebutuhan Hidup Manusia

Air hujan yang turun akan masuk dan meresap ke dalam tanah, lalu berubah menjadi air tanah. Nah, air tanah tersebut biasanya dimanfaatkan manusia untuk memasak, mencuci, dan kebutuhan hidup lainnya.

5. Sumber Energi Pembangkit Listrik

Danau buatan, yang menampung air hujan dapat dimanfaatkan dan diubah menjadi sumber energi listrik dibantu dengan peralatan teknologi yang canggih. Air yang digunakan sebagai energi pembangkit listrik itu disebut sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

6. Dapat Menghilangkan Bau Amis

Ternyata manfaat hujan yang lainnya adalah dapat menghilangkan bau amis. Ketika kamu makan ikan atau daging, terkadang bau amis akan menempel pada telapak tangan. Salah satu cara menghilangkannya adalah dengan memanfaatkan air hujan. Cobalah buktikan cuci tangan yang bau amis menggunakan air hujan. Jika sudah, pasti bau amis pada jari-jari tangan akan hilang meski tanpa memakai sabun.

7. Menghilangkan Toxin (Racun di Dalam Tubuh)

Larutkan garam pada air hujan yang segar, lalu rendamlah telapak kakimu selama kurang lebih 15 menit. Lakukan secara rutin setiap kali turun hujan. Usahakan yang digunakan air hujan murni yang digunakan.

8. Menyehatkan dan Membuat Rambut Bersinar

Dilansir dari Water Rhapsody, orang-orang Barat zaman dahulu percaya bahwa akan mencuci rambut dengan air hujan dapat bisa membuat rambut jauh lebih sehat dan bersinar dan ilmu sains mampu menjelaskan manfaat ini. Dikutip dari sebuah Rainwater Connection, air yang turun dari langit ini mempunyai sebuah kadar kenetralan PH yang hampir sempurna, bebas garam, dan bebas dari mineral yang buruk bagi rambut. Kalau disaring dengan rapi, air hujan akan menjadi materi paling netral yang bisa kamu gunakan untuk mencuci pada rambut.

Itulah penjelasan singkat mengenai proses terjadinya hujan yang dapat berikan. Semoga dengan mengetahui proses serta manfaatnya, kita bisa lebih mensyukuri nikmat ketika hujan turun.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :