Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Dianggap hama, serangga ini ternyata membantu penyerbukan

Dianggap hama, serangga ini ternyata membantu penyerbukan

- Rabu, 19 Agustus 2020 | 17:27 WIB
Dianggap hama, serangga ini ternyata membantu penyerbukan

Ilustrasi belalang.

Ilustrasi belalang.  Eileen Kumpf / Shutterstock

Serangga pemakan tanaman seperti belalang, tonggeret, dan jangkrik yang termasuk dalam ordo orthoptera, biasanya dikenal sebagai hama pertanian. Namun, studi baru yang meneliti perilaku orthoptera di lima negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, justru menyimpulkan serangga-serangga itu berperan penting dalam penyerbukan, layaknya kupu-kupu dan lebah. Demikian dilaporkan Science Alert.

Lebih lanjut, penelitian yang dipimpin oleh para ahli biologi dari National University of Singapore (NUS) ini menemukan orthoptera lebih sering mengunjungi bunga dari yang diketahui sebelumnya. Akan tetapi, alih-alih menghancurkan tanaman--ordo orthopthera diketahui sebagai pemakan tumbuhan daripada membantu tumbuhan bereproduksi, serangga-serangga itu malah bertindak sebagai penyerbuk. Yakni dengan memindahkan serbuk sari yang mengandung sperma jantan pada satu tumbuhan ke putik tumbuhan lain (serbuk silang), sehingga menghasilkan biji.

Hal ini menarik mengingat sejauh ini serangga utama yang diketahui terlibat dalam penyerbukan adalah lebah dan kupu-kupu. Selain itu, semut, kumbang, dan ngengat, serta burung dan kelelawar juga cukup berkontribusi.

“Sangat sedikit catatan orthoptera yang mengunjungi bunga, dan tidak ada penelitian yang melibatkan orthoptera Asia Tenggara,” kata Tan Ming Kai, penulis utama studi yang juga mahasiswa PhD dari Departemen Ilmu Biologi di NUS Faculty of Science, dalam siaran persnya.

Sekadar catatan, meskipun yang pertama di wilayah Asia, khususnya Asia tenggara, studi NUS bukanlah penelitian pertama di dunia yang menemukan kontribusi orthoptera dalam penyerbukan,

Pada 2010, menukil Independent, untuk pertama kalinya belalang dan sekutunya dari ordo orthoptera telah teridentifikasi membantu penyerbukan antar tanaman anggrek. Penelitian itu dilakukan oleh peneliti anggrek Dr. Claire Micheneau di hutan awan Pulau Reunion.

Pada awalnya, Dr. Micheneau menemukan seekor jangkrik sedang menyerbuki spesies epifit, atau anggrek yang tumbuh di pohon bernama Angraecum cadetii, melalui pengamatan malam hari dengan bantuan kamera-tapi tidak di siang hari.

"Kami tahu dari pemantauan konten serbuk sari di bunga-bunga bahwa penyerbukan sedang berlangsung," kata Dr. Micheneau saat itu.

Penyerbukan anggrek, lanjut dia, biasanya dibantu ngengat. Akan tetapi, karena tak ada ngengat di Reunion, Micheneau berhipotesis bahwa anggrek Reunion yang sebetulnya berasal dari Madagaskar mungkin telah berevolusi mengembangkan tabung nektar lebih pendek sehingga bisa digunakan serangga lain macam jangkrik.

 

Temuan penting studi baru

Menariknya, tak ada hipotesis sama dalam studi baru. Dengan kata lain, orthoptera di Asia Tenggara mungkin murni membantu penyerbukan.

Studi dilakukan siang malam lewat rekaman foto dan video di berbagai vegetasi dan lokasi di Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Indonesia antara tahun 2015 dan 2018.

Dalam studi, tim peneliti mencatat 140 kejadian orthoptera mengunjungi bunga. Di antaranya ada 41 spesies orthoptera menyerbuki bunga pada 35 spesies tanaman. Dari 41 spesies, 19 spesies adalah tonggeret, 13 belalang, dan 9 jangkrik.

Sebagai informasi, spesies-spesies itu biasanya menghuni daerah pegunungan, atau wilayah-wilayah berpohon lebat dan asri di seluruh dunia, terlebih daerah tropis. Mereka hidup berkelompok, dengan ciri fisik serupa bertubuh silinder, kaki belakang lebih panjang untuk melompat, dan bermata besar.

Selain itu, orthoptera jantan mudah dikenali karena kebiasaan bisingnya mengeluarkan suara unik di tiap malam musim panas sekitar bulan Agustus hingga Oktober, sebagai tanda musim kawin.

Di Indonesia, tonggeret punya banyak nama tergantung suara yang dikeluarkan—karena ada ribuan spesies dari jenisnya. Misal, di Sunda dikenal sebagai cengreret atau turaes, di Jawa disebut garengpung atau uir-uir, sedangkan orang Makassar menyebutnya nyenyeng.

Kembali ke studi, peneliti juga menemukan sejumlah bukti lain bahwa orthoptera berperan besar dalam meningkatkan kualitas tanaman.

Jauh bertentangan dengan pemahaman selama ini, beberapa spesies orthoptera seperti tonggeret muda Phaneroptera brevis ternyata memperlakukan tanaman dengan sangat lembut. Temuan ini didapat setelah peneliti mengamati P.Brevis yang mengunjungi bunga aster.

Tanpa merusak bagian bunga, tonggeret memakan sekaligus mengumpulkan serbuk sari. Ketika ia berpindah ke bunga lain, serbuk sari yang menempel di kaki dan antenanya telah membantu terjadinya penyerbukan.

Selain itu, P.Brevis juga ditemukan menutrisi tanaman yang dikunjungi berkali lipat ketimbang hewan penyerbuk konvensional. Ia memungkinkan bunga menghasilkan biji sekitar tiga kali lebih tinggi. Khusus hasil penelitian biji bunga ini telah terbit dalam jurnal Ecology.

Sementara keseluruhan temuan telah diterbitkan dalam Jurnal Orthoptera Research pada tahun 2017, dan dipublikasikan bulan Agustus 2018.

Untuk diketahui, jenis P.Brevis bukanlah pemakan bunga rakus seperti tonggeret floriphilic, atau pemakan daun dan bunga macam tonggeret berkepala kerucut (spesies conocephalus) dan jangkrik Tremellia timah.

Menurut Tan, studi untuk lebih memahami peran biologis orthoptera dalam ekologi penyerbukan sangat penting mengingat jumlah spesiesnya yang semakin banyak. Apalagi banyak negara Asia Tenggara bergantung pada pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi

Namun, karena studi di bidang ini masih berkembang, akan lebih banyak penelitian yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi orthoptera mana yang merupakan hama potensial, dan mana yang berpotensi menjadi penyerbuk.

Cari Artikel Lainnya