Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Virus Corona Bisa Kembali Setiap Musim Dingin Sebagai Bug Pembunuh Musiman

Virus Corona Bisa Kembali Setiap Musim Dingin Sebagai Bug Pembunuh Musiman

- Kamis, 05 Maret 2020 | 10:44 WIB
Virus Corona Bisa Kembali Setiap Musim Dingin Sebagai Bug Pembunuh Musiman

Virus Corona (COVID-19) hingga kini masih menjadi wabah menakutkan karena telah "membunuh" lebih dari 3.000 orang dan menginfeksi sekitar 90.000 orang di seluruh dunia. Kabar terbaru, para ahli mengeluarkan peringatan bahwa penyakit itu bisa hadir kembali setiap musim dingin untuk menjadi malapetaka.

Profesor John Oxford, seorang ahli virus dari Queen Mary University of London, mengatakan kepada Sunday Telegraph bahwa "bug" itu dapat menetap dan menjadi musima.

"Jika Anda melihat anggota keluarga Virus Corona lain, yang merupakan virus pernapasan dan kami sudah tahu tentang mereka selama 50 tahun terakhir atau lebih, itu musiman. "Mereka seperti flu biasa, apakah Covid-19 akan cocok dengan pola itu atau tidak? Kita hanya harus menunggu dan melihat tetapi dugaan saya iya," lanjutnya.

Pernyataan ini didukung oleh ilmuwan lain yang khawatir bahwa Virus Corona akan terus membunuh sampai kita berhasil mengembangkan vaksin.

"Ini akan bersama kami untuk beberapa waktu, ini endemik dalam populasi manusia dan tidak akan hilang tanpa vaksin," kata Amesh Adalja, seorang ahli penyakit menular di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, mengatakan kepada Business Insider, 

Pekan lalu, para ilmuwan di sebuah perusahaan rekayasa genetika di Texas mengklaim bahwa mereka telah menciptakan vaksin untuk Virus Corona yang mematikan.

Ilustrasi tes darah untuk mengetahui pasien terinfeksi virus <a href=corona (coronavirus) atau tidak. (Shutterstock)" src="https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/01/24/61294-tes-darah-untuk-mengetahui-pasien-terinfeksi-virus-corona-coronavirus-atau-tidak.jpg" style="height:168px; width:300px" />

Ilustrasi tes darah untuk mengetahui pasien terinfeksi virus corona (coronavirus) atau tidak. (Shutterstock)

Namun, mengembangkan vaksin baru merupakan tahap pertama dalam perjalanan menuju distribusi, dengan sebagian besar ahli sepakat bahwa periode antara pengujian dan produksi biasanya memakan waktu antara 18 bulan dan dua tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, vaksin akan hadir setidaknya satu tahun lagi. Memberi periode 'jendela peluang' saat ini, direktur jenderal Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan keseimbangan antara mengembangkan solusi 'jangka panjang' dan solusi yang lebih cepat untuk mencegah eskalasi krisis.

"Mempersiapkan vaksin sambil merencanakan 'situasi terburuk'," tukas Dr Tedros saat konferensi pers di Jenewa, Swiss.

Cari Artikel Lainnya