Home » Kongkow » Sejarah » Sejarah Kerajaan Makassar: Silsilah Raja, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Sejarah Kerajaan Makassar: Silsilah Raja, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

- Kamis, 09 Desember 2021 | 17:00 WIB
Sejarah Kerajaan Makassar: Silsilah Raja, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Kerajaan Makassar adalah kerajaan yang berdiri pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan. Kerajaan Makassar dikenal juga dengan nama Kerajaan Gowa Tallo. Kerajaan Makassar adalah kerajaan yang bercorak Islam sehingga disebut pula dengan Kesultanan Makassar.

Kerajaan Makassar semula terdiri atas dua kerajaan, yakni Kerajaan Gowa dan Tallo, yang berdiri pada abad ke-16 Masehi. Dua kerajaan yang bersaudara ini berseteru selama bertahun-tahun. Perselisihan itu perlahan membaik berkat masuknya agama Islam ke tanah Sulawesi.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Sejarah Kerajaan Makassar

 

Pada mulanya, penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak banyak membawa hasil. Bahkan, Sultan Baabullah dari Ternate yang mendorong penguasa Gowa-Tallo agar memeluk agama Islam pun belum membuahkan kabar bagus. Islam baru diterima dengan baik di wilayah ini berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.

Pada 1650 akhirnya penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam. Sebelumnya, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan selama bertahun-tahun. Perang ini berakhir pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X. Kedua kerajaan itu pun dijadikan satu kerajaan dengan kesepakatan yang disebut Rua Karaeng se’re ata (dua raja, seorang hamba).

Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi satu kemudian dijadikan Kesultanan Makassar yang berpusat di Sombaopu. Kesultanan Makassar kemudian dipimpin Raja Gowa Daeng Manrabba yang kemudian bergelar Sultan Alauddin. Sedangkan Kerajaan Tallo di bawah kekuasaan Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah sekaligus dijadikan Mangkubumi Kesultanan Makassar pertama.

Baca juga: Kerajaan Aceh Darussalam: Sejarah, Masa Kejayaan, Keruntuhan, Silsilah Raja dan Peninggalan

Bersatunya Gowa dan Tallo membuat pusat pemerintahan Kerajaan Makassar berpindah ke Somba Opu. Letak Kerajaan Makassar ini sangat strategis karena berada di jalur lalu lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku.

Kerajaan Makassar juga terkenal berkat salah satu rajanya yakni Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanuddin memimpin perang melawan VOC yang dikenal juga dengan Perang Makassar pada 1669-1669. Kerajaan Makassar dibantu Kerajaan Bone di bawah komando Raja Arung Palakka.

Berkat perjuangannya dalam perang ini, Sultan Hasunuddin mendapat gelar pahlawan nasional Indonesia. Keberanian Sultan Hasanuddin juga membuatnya diberi julukan Ayam Jantan dari Timur.

 

Raja Kerajaan Makassar

Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar sebagai berikut:

- Sultan Alauddin (1591-1629 M)

- Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)

- Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)

Baca juga: Sejarah Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Masa Kejayaan Kerajaan Makassar

 

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mengalami kejayaannya. Kerajaan yang berhasil dikuasai Makasar di Sulawesi Selatan adalah Lawu, Wajo, Soppeng, dan Bone.


Foto: Ahmad.baddawi via Wikimedia Commons (CC-BY-SA-4.0)

Sultan Hasanuddin berniat menguasai jalur perdagangan Indonesia bagian timur sehingga harus menghadapi VOC sebelum menguasai Maluku yang kaya akan lada. Pada 1667 dengan bantuan Raja Bone, Belanda menekan Makassar untuk menyetujui Perjanjian Bongaya.

Perjanjian ini berisi 3 kesepakatan, yakni VOC mendapat hak monopoli perdagangan di Makassar, Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar, dan Makassar harus melepas kerajaan daerah yang dikuasainya seperti Bone dan Soppeng.

Masa keruntuhan Kerajaan Makassar

 

Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama Mapasomba. Sultan ini juga menentang kehadiran Belanda sama seperti sang ayah. Mapasomba pun gigih mengusir Belanda dari Makassar.

Sikapnya keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran. Pasukan Mapasomba dihancurkan dan Mapasomba tidak diketahui nasibnya. Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas kesultanan Makassar.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Banten: Letak, Silsilah Raja, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Di samping itu, posisi sebagai pelabuhan singgah membuat Makassar mendukung kebijakan pelayaran dan perdagangan lepas di kawasan timur Nusantara.

Kondisi perdagangan yang lepas ini memicu konflik dengan orang Belanda yang berhasrat memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan rempah-rempah. Pertikaian dengan Belanda ini menyebabkan keruntuhan Kesultanan Makassar.

Peninggalan Kerajaan Makassar

Kerajaan Makassar memiliki sejumlah peninggalan yang masih bisa diamati hingga saat ini. Berikut peninggalan Kerajaan Makassar:

1. Istana Balla Lompoa

Istana ini terletak di Desa Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Keraton ini didirikan oleh Raja Gowa ke-35, I Mangimangi Daeng Matutu. Istana ini memiliki 54 pilar, enam jendela di sisi kiri dan empat jendela di depan. Saat ini, istana ini digunakan sebagai Museum Balla Lompoa yang menampung benda-benda kerajaan.

2. Kompleks Makam Raja Gowa Tallo

Makam raja Tallo merupakan kawasan makam kuno pada abad ke-17 hingga abad 19. Lokasi makam ini terletak di Lingkungan RK 4 Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Ujungpandang. Lokasi makam terletak di tepi barat muara Sungai Tallo atau di sudut timur laut kawasan benteng Tallo.

3. Masjid Katangka

Masjid Katangka adalah masjid tertua dari Kerajaan Makassar yang didirikan pada tahun 1605. Saat ini, masjid bersejarah ini telah mengalami beberapa kali renovasi.

4. Benteng Rotterdam

Benteng Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah benteng dari Kerajaan Gowa-Tallo. Lokasi benteng ini berada di pesisir barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Sumber :
Cari Artikel Lainnya