Home » Kongkow » Sejarah » Sejarah Kerajaan Banten: Letak, Silsilah Raja, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Sejarah Kerajaan Banten: Letak, Silsilah Raja, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

- Rabu, 08 Desember 2021 | 10:52 WIB
Sejarah Kerajaan Banten: Letak, Silsilah Raja, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Kerajaan Banten atau disebut juga Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di tanah Sunda, tepatnya di Provinsi Banten pada abad ke-16.

Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan. Hal ini didukung oleh posisinya yang strategis, yaitu di ujung barat Pulau Jawa, lebih tepatnya di Tanah Sunda, Provinsi Banten.

Raja pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin, yang berkuasa antara 1552-1570 M. Sedangkan masa kejayaan Kerajaan Banten berlangsung ketika pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M).

Baca juga: Sejarah Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama di Jawa

Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten

Kerajaan Banten ini terletak di pantai utara, lebih tepatnya dekat dengan Cilegon dan Pelabuhan Merak saat ini. Kerajaan ini ada di wilayah Banten pada bagian paling ujung Pulau Jawa. Pada awalnya wilayah dari Kesultanan Banten masuk ke dalam kekuasaan Kerajaan Sunda.

Kerajaan atau Kesultanan Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Ia mengangkat anaknya, Sultan Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama Kesultanan Banten. 

Setelah menjadi raja, Sultan Maulana Hasanuddin melanjutkan cita-cita ayahnya untuk meluaskan pengaruh Islam di tanah Banten. Bahkan Banten mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di nusantara, khususnya di wilayah Jawa Barat, Jakarta, Lampung, dan Sumatera Selatan.

Menurut catatan sejarah Banten, sultan yang berkuasa masih keturunan Nabi Muhammad, sehingga agama Islam benar-benar menjadi pedoman rakyatnya. Meski ajaran Islam memengaruhi sebagian besar aspek kehidupan, masyarakatnya telah menjalankan praktik toleransi terhadap pemeluk agama lain. Terlebih lagi, banyak orang India, Arab, Cina, Melayu, dan Jawa yang menetap di Banten.

Baca juga: Kerajaan Aceh Darussalam: Sejarah, Masa Kejayaan, Keruntuhan, Silsilah Raja dan Peninggalan

Salah satu bukti toleransi beragama pada masa pemerintahan Kesultanan Banten adalah dibangunnya sebuah klenteng di pelabuhan Banten pada 1673 M. Kehidupan sosial masyarakat Banten semakin makmur pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Sebab, sultan sangat memerhatikan kesejahteraan rakyatnya, salah satu caranya dengan menerapkan sistem perdagangan bebas.

Raja-raja Kesultanan Banten

- Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakinking (1552-1570)

- Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan (1570-1585)

- Sultan Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana (1585-1596)

- Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu (1596-1647)

- Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad atau Pangeran Anom (1647-1651)

- Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1683)

- Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji (1683-1687)

- Sultan Abu al-Fadhi Muhammad Yahya (1687-1690)

- Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin atau Pangeran Adipadi (1690-1733)

- Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin (1733-1750)

- Sultan Syarifuddin Ratu Wakil atau Pangeran Syarifuddin (1750-1752)

- Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi atau Pangeran Arya Adisantika (1752-1753)

- Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainulsyiqin (1753-1773)

- Sultan Aliyuddin atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin (1773-1799)

- Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1801)

- Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin (1801-1802)

- Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)

- Sultan Aliyuddin II atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin (1803-1808)

- Sultan Wakil Pangeran Suramenggala (1808-1809)

- Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin atau Muhammad Bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1809-1816).

Baca juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Masa Kejayaan Kerajaan Banten

Masa keemasan Kerajaan Banten disebut berlangsung ketika pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M). Di bawah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa, ia banyak memimpin perlawanan terhadap Belanda lantaran VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.

Di sisi lain, Sultan Ageng Tirtayasa juga menginginkan Banten menjadi kerajaan Islam terbesar. Tak heran jika Islam telah menjadi pilar dalam Kerajaan Banten maupun pada kehidupan masyarakatnya.

Kemunduran Kerajaan Banten

Perang saudara adalah salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten. Sekitar tahun 1680 terjadi perselisihan dalam Kesultanan Banten. Anak dari Sultan Ageng Tirtayasa, yakni Sultan Haji, berusaha merebut kekuasaan dari tangan sang ayah.

Perpecahan ini dimanfaatkan oleh kompeni VOC dengan memberi dukungan dan bantuan persenjataan kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara menjadi tak terhindarkan.

Akibat sengketa tersebut, Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah bersama putranya yang lain Pangeran Purbaya. Kemudian pada 1683 Sultan Ageng ditangkap VOC dan ditahan di Batavia.

Perang saudara yang berlangsung di Banten menyisakan ketidakstabilan dan konflik di masa pemerintahan berikutnya. VOC semakin ikut campur dalam urusan Banten bahkan meminta kompensasi untuk menguasai Lampung sekaligus hak monopoli perdagangan lada di sana.

Merujuk Kemhub, usai Sultan Haji meninggal, VOC semakin menekan Kerajaan Banten. Hal tersebut pun membuat pengaruh Kerajaan Banten memudar dan ditinggalkan.

Peninggalan Kerajaan Banten

- Masjid Agung Banten

- Masjid Kasunyatan

- Benteng Keraton Surosowan

- Masjid Pacinan

- Benteng Speelwijk

Sumber :
Cari Artikel Lainnya