Home » Kongkow » Sejarah » Kerajaan Aceh Darussalam: Sejarah, Masa Kejayaan, Keruntuhan, Silsilah Raja dan Peninggalan

Kerajaan Aceh Darussalam: Sejarah, Masa Kejayaan, Keruntuhan, Silsilah Raja dan Peninggalan

- Senin, 29 November 2021 | 15:00 WIB
Kerajaan Aceh Darussalam: Sejarah, Masa Kejayaan, Keruntuhan, Silsilah Raja dan Peninggalan

Kerajaan Aceh adalah kerajaan Islam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496 M. Sebelum akhirnya runtuh di awal abad ke-20, Kesultaan Kerajaan Aceh baru menjadi penguasa di tahun 1524 M usai mengambil alih Samudera Pasai.

Kerajaan yang terletak di Kutaraja atau yang lebih dikenal dengan Banda Aceh ini mencapai puncak kejayaannya saat masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). 

Di bawah kekuasaannya, Aceh berhasil menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama dan melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka. Selain itu, kejayaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di dekat jalur pelayaran dan perdagangan internasional.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Sejarah Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh berdiri setelah kekuatan Barat tiba di Malaka. Untuk mencegah penguasaan para pendatang itu, Sultan Ali Mughayat Syah menyusun strategi perlawanan dengan menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di bawah naungan Kerajaan Aceh

Selain itu, Sultan Ali Mughayat Syah juga membentuk angkatan darat dan laut, serta membuat dasar-dasar politik luar negeri, seperti berikut:

  • Menjalin persahabatan yang lebih erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

  • Mencukupi kebutuhan sendiri, sehingga tidak bergantung pada pihak luar

  • Menjalankan dakwah Islam ke seluruh nusantara

  • Menerima bantuan tenaga ahli dari pihak luar

  • Bersikap waspada terhadap barat

Puncak Kejayaan Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh mengalami kemajuan yang luar biasa hingga mencapai masa kejayaannya Setelah Sultan Iskandar Muda menggantikan Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M). Di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mampu menguasai jalur perdagangan bahkan menjadi bandar transit bagi pedagang-pedagang Islam di Barat.

Selain itu, Sultan Iskandar Muda juga tetap meneruskan perjuangan Aceh menyerang Portugis dan Kerajaan Johod di Semenanjung Malaya untuk penguasaan jalur perdagangan Selat Malaka dan menguasai daerah-daerah penghasil lada.

Baca juga: Bagaimana Pertama kali Islam masuk ke Indonesia menurut Para Ahli?

Ketika Sultan Iskandar Muda berkuasa, ia tidak hanya melanjutkan kegiatan ekspansi wilayah seperti para pendahulunya. Sultan Iskandar Muda juga berusaha menata rapi sistem politik dalam kerajaan, terutama yang berkaitan dengan konsolidasi dan peletakan pengawasan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasainya.

Saat itu, Kerajaan Aceh memiliki kekuasaan yang luas. Wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh terbentang dari daerah Aru, Indragiri, Kedah, Pahang, dan Perlak.


Gambar: Peta Kerajaan Aceh Darussalam (Wikipedia)

Keruntuhan Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh mulai mengalami keruntuhan tak berselang lama setelah mundurnya Sultan Iskandar Muda dan digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M).

Salah satu faktor terbesar runtuhnya Kerajaan Aceh adalah adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris takhta. Selain itu, kekuasaan Belanda di Pulau Sumatera dan Selat Malaka pun semakin menguat.

Belanda pun turut melancarkan perang di wilayah Aceh. Sampai akhirnya 40 tahun berlalu, Kerajaan Aceh jatuh di tangan kolonial Belanda.

Silsilah Raja Kerajaan Aceh

Berikut ini 35 sultan dan sultanah yang berkuasa menjadi raja Kerajaan Aceh.

  • Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)

  • Sultan Salahudin (1528-1537 M)

  • Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar (1537-1568 M)

  • Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575 M)

  • Sultan Muda (1575 M)

  • Sultan Sri Alam (1575 - 1576 M)

  • Sultan Zain al-Abidin (1576-1577 M)

  • Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589 M)

  • Sultan Buyong (1589-1596 M)

  • Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604 M)

  • Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)

  • Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)

  • Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M)

  • Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M)

  • Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678 M)

  • Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M)

  • Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699 M)

  • Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702 M)

  • Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703 M)

  • Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M)

  • Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726 M)

  • Sultan Syams al-Alam (1726-1727 M)

  • Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735 M)

  • Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760 M)

  • Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M)

  • Sultan Badr al-Din (1781-1785 M)

  • Sultan Sulaiman Syah (1785-…)

  • Alauddin Muhammad Daud Syah Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815 M) dan (1818-1824 M)

  • Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M)

  • Sultan Muhammad Syah (1824-1838 M)

  • Sultan Sulaiman Syah (1838-1857 M)

  • Sultan Mansur Syah (1857-1870 M)

  • Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M)

  • Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903 M)

Peninggalan Kerajaan Aceh

  • Masjid Raya Baiturrahman

  • Taman Sari Gunongan

  • Benteng Indra Patra

  • Meriam Kesultanan Aceh

  • Makam Sultan Iskandar Muda

  • Uang emas Kerajaan Aceh

Sumber :
Cari Artikel Lainnya