Home » Kongkow » Sejarah » Sejarah Tugu Proklamasi

Sejarah Tugu Proklamasi

- Jumat, 24 Juni 2022 | 12:00 WIB
Sejarah Tugu Proklamasi

Tugu Proklamasi atau Tugu Petir yaitu tugu peringatan proklamasi kemerdekaan RI yang lokasinya berada di kompleks Taman Proklamasi. Monumen Tugu Proklamasi terletak di Jalan Proklamasi yang dahulunya disebut Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Pada kompleks juga terdapat monumen dua patung Soekarno-Hatta yang berdiri berdampingan, mirip dengan dokumentasi foto ketika naskah proklamasi pertama kali dibacakan. Di tengah-tengah dua patung proklamator terdapat patung naskah proklamasi terbuat dari lempengan batu marmer hitam, dengan susunan dan bangun tulisan mirip dengan naskah ketikan aslinya.

Sejarah Tugu Proklamasi

Teks Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan pertama kalinya oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 di halaman kediaman Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Rumah bersejarah ini, yang dulu disebut "Gedung Proklamasi", sudah tidak mempunyai lagi sejak tahun 1960, Bung Karno menyetujui usul Wakil Gubernur Daerah Chusus Jakarta (DCI) Henk Ngantung supaya rumah tersebut direnovasi. Waktu itu Presiden Soekarno sudah bermukim di Istana Negara. Ternyata, renovasi tidak terealisasi.

Di lokasi ini Presiden Soekarno pada tanggal 1 Januari 1961 melakukan pencangkulan pertama tanah bagi pembangunan "Tugu Petir" yang belakang disebut sebagai tugu proklamasi. Tugu Proklamasi berwujud bulatan tinggi berkepala lambang petir, seperti lambang Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tulisan yang yang belakang sekali dicantumkan, "Disinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945 djam 10.00 pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta".

Baca juga:

Isi Teks Proklamasi Kemerdekaan

Makna Proklamasi Kemerdekaan Bagi Bangsa Indonesia

Sekitar 50 meter di belakang tugu ini dibangun gedung yang menandai dimulainya pelaksanaan "Pembangunan Nasional Semesta Berencana". Hanya susunan ini yang berdiri di lokasi tersebut dan satu-satuya gedung yang mempunyai sampai sekarang.

Di selang susunan yang terdapat di lokasi ini, hanya "Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia" yang langsung terkait dengan nuansa revolusi karena diresmikan tanggal 17 Agustus 1946 di masa Sekutu masih berkuasa. Di atas tulisan yang dipahat di bahan marmer itu mempunyai tulisan lain, "Atas Oesaha Wanita Djakarta". Di dinding sebaliknya mempunyai kutipan naskah proklamasi dan peta Indonesia juga dari marmer. Bangun tugu ini mirip lambang Polda Metropolitan Jakarta asalkan dibuang kepalanya yang bergambar api berkobar.

Tugu Proklamasi dibuat oleh Dra. Yos Masdani Tumbuan, seorang mahasiswi anggota Ikatan Wanita Djakarta atas permintaan Ratulangi dan Mien Wiranatakusumah. Pembuatan Tugu Proklamasi ini tidak disediakan dana kecuali disebutkan nama pelaksananya, yaitu Aboetardjab dari Biro Teknik Kores Siregar, mantan mahasiswa Tehnische Hoge School. Dana harus dicari dan disediakan sendiri bersama teman-teman lainnya.

Menjelang peresmian terdapat kendala terkait izin dari Wali Kota Jakarta Suwiryo yang melarang peresmian pada tanggal 17 Agustus 1946. Dengan kehadiran tentara Sekutu di Jakarta, para pejabat setempat diimbau untuk tidak mengadakan perayaan apa pun.

Atas usul Tirtaamidjaja, Johanna meminta dukungan dari Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Kebetulan pada tanggal 15 Agustus, Sjahrir baru saja tiba dari Yogyakarta, ibu kota negara saat itu. Sjahrir pun menerima permintaan Johanna dan bersedia meresmikan tugu Proklamasi.

Namun pada 15 Agustus 1960, tugu peringatan proklamasi persembahan para perempuan tersebut rata dengan tanah. Sebelumnya, Soekarno suda sempat mengumumkan berita mengenai rencana pemusnahan Tugu Proklamasi. Soekarno mengatakan bahwa tugu di Jalan Pegangsaan Timur tersebut bukanlah Tugu Nasional tetapi Tugu Linggarjati dan harus dihancurkan. 

Perubahan nama itu agaknya terdengar janggal di telinga Johanna. Dia ingat betul tugu tersebut dibangun para perempuan untuk memperingati satu tahun Proklamasi Kemerdekaan pada 1946. Bukan untuk menyambut Perundingan Linggarjati yang baru diselenggarakan pada November di tahun yang sama.

Rumor beredar bahwa salah satu alasan penghancuran Tugu Proklamasi itu karena peresmiannya dilakukan oleh Sjahrir, salah seorang tokoh kunci dalam Perundingan Linggarjati. Selain itu tugu tersebut juga dinilai tidak memenuhi kriteria sebagai Tugu Nasional impian Soekarno. Tugu Proklamasi dianggap dapat menjadi penghalang kekuatan spiritual baru dalam Tugu Nasional (kemudian bernama Monumen Nasional) yang mulai dibangun satu tahun kemudian.

Soekarno memang sudah berambisi untuk membangun Tugu Nasional sejak 1958. Soekarno berharap untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat segala kemegahan arsitektur. Setelah Soekarno dan pemerintahannya tumbang, Tugu Proklamasi sempat terlupakan. Tugu tersebut dibangun kembali atas perintah Presiden Soeharto pada tahun 1972. 

Sumber :
Cari Artikel Lainnya