Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Meningkatkan Soft Skill Guru

Meningkatkan Soft Skill Guru

- Sabtu, 15 Agustus 2020 | 08:00 WIB
Meningkatkan Soft Skill Guru

Berbagai kasus kekerasan yang menimpa guru tentunya menjadi noda hitam dalam dunia pendidikan Indonesia. Menyedihkan sekaligus memprihatinkan. Setiap ada kasus kekerasan terhadap guru, tentu kita berharap hal ini tidak lagi terulang, tetapi nyatanya terulang dan kembali terulang. Seolah kasus-kasus yang telah terjadi bukan untuk diambil hikmah untuk dilakukan, tetapi justru dijadikan pelajaran dalam artian ditiru oleh para pelaku.

Hal ini tentunya perlu dievaluasi. Semua pihak terkait perlu melakukan introspeksi diri. Dalam konteks guru, salah satu upaya yang dilakukan menurut saya adalah dengan meningkatkan soft skill.Soft skills adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, sifat kepribadian, keterampilan sosial, komunikasi, berbahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang mencirikan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. 

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah."

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru profesional perlu memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu; (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi kepribadian, dan (4) kompetensi sosial. Soft skill berkaitan dengan dua kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi  kepribadian berkaitan dengan kecerdasan intrapersonal atau mengendalikan diri sendiri. Seperti menjaga emosi, tidak mudah menyerah, tidak mengeluh, kerja keras, sungguh-sungguh, ramah, santun, dan sebagainya.  

Kompetensi sosial berkaitan dengan kecerdasan interpersonal atau kemampuan untuk bersosialisasi, berkomunikasi, dan mengendalikan diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Seperti mampu menjaga perasaan orang lain, menjaga kata-kata jangan sampai menyinggung orang lain, mampu menghormati perbedaan pendapat, bersimpati dan membantu orang terkena musibah, dan sebagainya.

Dalam konteks pembelajaran, soft skillguru ditunjukkan dengan mampu menyampaikan materi pelajaran dengan tenang, jelas, tidak tergesa-gesa, menempatkan siswa sebagai pembelajar yang memerlukan perhatian dan bimbingan guru, menggunakan kata-kata yang baik ketika berkomunikasi dengan siswa, tidak merasa selalu lebih superior dari siswa, mengembangkan komunikasi yang egaliter antara guru dan siswa.

Seiring dengan perkembangan demokrasi dan HAM, perkataan, sikap, dan perbuatan guru terhadap siswa memang saat ini lebih banyak disorot. Mental siswa pun nampakya seperti semakin lembek. Ketika mendapatkan teguran dari guru dianggap sebagai perbuatan guru terhadap siswa. Dirinya merasa tidak terima. Sikap yang ditunjukkannya menjadi antipasti bahkan benci.

Masalah pun menjadi berkepanjangan ketika dia melapor kepada orang tuanya. Mending kalau orang tuanya tidak reaktif, masih bisa melakukan klarifikasi kepada guru atau sekolah. Yang menjadi masalah adalah ketika orang tuanya reaktif, menelan mentah-mentah laporan dari anaknya, lalu dia melakukan tindakan main hakim sendiri kepada guru. Hal ini pernah terjadi pada beberapa kasus kekerasan terhadap guru.

Gambar terkait

Selain menunjukkan soft skill yang baik kepada siswa, seorang guru pun harus mampu menunjukkan soft skill yang baik kepada kepala sekolah, sesama rekan guru, tenaga administrasi, dan orang tua siswa, serta pengawas yang membinanya. Sedangkan dalam konteks hidup bermasyarakat, tentunya seorang guru pun harus dapat bersosialiasi, berkomunikasi, dan bergaul dalam lingkungan masyarakat. Hal ini akan menunjukkan bahwa guru tersebut memiliki kepribadian yang baik.

Dalam melaksanakan pembelajaran pembelajaran, seorang guru tentunya akan sekuat tenaga menyampaikan materi agar dapat dipahami oleh siswa, tetapi dalam kenyataannya kadang tidak sesuai dengan harapan. Banyak tantangan yang dihadapi seperti sikap siswa yang kurang serius menerima pelajaran, susah memahami materi, yang kadang membuat guru cap hat (resah, sedih, kesal).Merasa sudah berbuat semaksimal mungkin tetapi hasilnya kurang maksimal.

Diperlukan kesabaran yang sangat luar biasa dari seorang guru. Ketika berbagai upaya telah dilakukan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, maka serahkan hasilnya kepada Allah Swt. Perjuangan diiringi pula dengan doa. Panjatkan doa kepada Allah semoga para siswa hatinya dilembutkan dan diberikan kemudahan dalam belajar. 

Cari Artikel Lainnya