Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Menelusuri Asal Tanah Liat Prajurit Terakota China

Menelusuri Asal Tanah Liat Prajurit Terakota China

- Senin, 28 Agustus 2017 | 18:00 WIB
Menelusuri Asal Tanah Liat Prajurit Terakota China

Siapa yang tak tahu arca prajurit terakota yang ditemukan di lokasi pemakaman Kaisar Qin Shihuang di timur China? Ada sekitar 7.000 arca seukuran manusia, diperkirakan dibangun antara tahun 247 SM dan 210 SM. Baru-baru ini peneliti mendapat bahwa bahan tanah liat yang dipakai, diduga dicampur dan diolah di dekat lokasi itu kemudian didistribusikan kepada para penjunan atau pematung untuk membuat arca sampai jadi. 

Diperkirakan ada sekitar 700 ribu penjunan dan pematung yang membuat arca-arca tersebut. Secara terpisah mereka membuat bagian-bagian tubuh, seperti batang tubuh, kaki dan lengan, dan bagian lain, kemudian merakitnya jadi satu. Lalu barulah bagian wajahnya dibentuk. 

Arca terakota dari kaisar pertama China itu berjumlah lebih dari 8.000. Terdiri dari arca prajurit berjalan kaki, para perwira dan jenderal, serta tunggangannya, juga arca orang sipil. Terakota ini ditemukan tak sengaja oleh petani pada 1974 saat mereka sedang menggali sumur di Distrik Lintong, Provinsi Shaanxi. Arca-arca itu dibuat sebagai simbolisasi prajurit yang akan menemani dan mengawal sang kaisar di alam baka. 

Sejak ditemukan dan diteliti, belum pernah ditemukan lokasi workshop maupun jejak-jejak bekas pembuatan arca tersebut. Sehingga sulit untuk memastikan jumlah, ukuran, dan bentuk organisasi pembuatan ribuan arca tersebut. 
 
Arkeolog Patrick Quinn dari Universitas College London dan tiga koleganya dari China kemudian mempelajari komposisi sampel tanah liat yang diambil dari terakota tersebut. Dari hasil analisis mikroskop diketahui bahwa tanah liat diambil dari lokasi dekat pemakaman itu juga. 

Tapi komposisinya berbeda-beda tergantung apa yang dibikin. Batu paving berisi campuran tanah liat yang gelap dan terang. Sedang tanah liat yang dipakai untuk arca prajurit ada campuran pasirnya. Pasir dan fragmen tumbuhan dilipat-lipat ke dalam campuran tanah liat yang membentuk arca unggas air. 

Pasir diduga membuat tanah liat lebih mudah dibentuk dan lebih tahan lama. Sedang bagian dari tumbuhan membantu mengurangi bobot inti arca unggas air. Diduga, di dalam situs atau tak jauh dari situs ada lokasi pemrosesan tanah liat yang kemudian mendistribusikan adonan tanah liat yang tepat ke workshop di mana para penjunan melakukan tugasnya. 

Banyak arca prajurit dan arca unggas air yang menunjukkan indikasi dipanaskan secara lambat pada temperatur tak lebih dari 750˚ Celsius. Angka ini lebih rendah dari estimasi sebelumnya. Diduga setelah kematian kaisar terjadi serangan dan pembakaran di makam itu sehingga membuat sejumlah arca terbakar kembali. Ini jawaban mengapa ada perbedaan hitungan temperatur pada arca-arca itu.

Cari Artikel Lainnya