Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Contoh Hukuman Mendidik yang Tepat untuk Anak

Contoh Hukuman Mendidik yang Tepat untuk Anak

- Kamis, 09 Agustus 2018 | 12:00 WIB
Contoh Hukuman Mendidik yang Tepat untuk Anak

Apa yang Anda lakukan ketika anak tidak mematuhi peraturan?

Apa yang Anda lakukan ketika anak tidak mengindahkan perkataan Anda?

Apa yang Anda lakukan untuk mendisiplinkan anak ketika bandel?

Jawaban para orangtua bijak pasti bervariasi.

Mulai dari memperingatkan secara verbal, memarahi mereka di depan umum dengan tujuan membuat mereka jera hingga memberikan hukuman tertentu, seperti tidak diberi uang saku dan lain-lain.

Hukuman memang sering menjadi pilihan bagi orangtua sebagai solusi untuk mendisiplinkan anak.

Namun, sayangnya tidak semua hukuman itu tepat dan mendidik.

Bahkan, ada beberapa hukuman yang justru membuat anak makin menjadi nakalnya.

Misalnya, seorang siswa yang sering membuat gaduh di kelas mendapat hukuman dari sang guru untuk keluar dan berdiri di aula sekolah.

Anak tersebut justru senang karena merasa terbebas dari kungkungan kelas dan aturan guru.

Bagaimana?

Tidak semua hukuman itu menjerakan, bukan?

Justru hukuman yang kurang tepat seperti contoh di atas bisa membuat si anak kumat lagi bandelnya.

Karena ia menganggap berdiri di aula lebih menyenangkan daripada dipenjara dalam kelas.

Contoh Hukuman Mendidik bagi Anak

Hukuman adalah sebuah pengkondisian dengan tujuan memberikan konsekuensi tidak menyenangkan pada seseorang.

Konsekuensi yang dirasakan seseorang diharapkan akan mempengaruhi frekuensi perilaku di masa mendatang.

Konsekuensi menyenangkan sering disebut dengan tindakan penguatan.

Sedangkan, konsekuensi tidak menyenangkan disebut tindakan hukuman.

Seorang ahli teori Behaviour lebih mendukung penggunaan tindakan penguatan daripada hukuman.

Hukuman boleh dilancarkan, apabila tindakan penguatan tidak memberikan dampak apapun terhadap perilaku seseorang.

Meskipun begitu, hukuman harus diberikan seringan mungkin dan tidak boleh menyakiti fisik maupun psikis manusia.

Anda lihat pernyataan yang kami garis bawahi?

Artinya . . 

Anda hanya diperbolehkan memberikan hukuman yang ringan, seimbang dengan kesalahan anak dan tidak menyakiti fisik atau psikis mereka.

Jadi, sebelum menentukan hukuman apa yang tepat sehingga anak jera dan termotivasi memperbaiki diri sebaiknya Anda perhatikan beberapa faktor berikut.

Sesuai dengan jenis pelanggaran dan diberikan secepatnya

Perhatikan kesalahan apa yang diperbuat oleh anak dan berikan hukuman saat itu juga atau upayakan untuk tidak menunggu keesokan harinya.

Hal ini bertujuan agar anak-anak mengingat ‘rasa’ dari hukuman tersebut, sehingga ketika mereka melakukan kesalahan yang sama mereka jera terhadap ‘rasa’ hukumannya.

Bersifat konsisten

Apabila kemarin Anda sudah menghukum anak karena kesalahan A, dan di hari berikutnya anak masih melakukan kesalahan yang sama, maka berlakukanlah hukuman yang sama pula.

Banyak orangtua yang merasa kasihan dan berkata, “Nggak apa-apa lah. Kemarin sudah aku hukum kok, kasihan kalau harus dihukum terus”.

Hal ini sama dengan mengembangkan sikap plin plan dari anak Anda dan mendorong mereka berpikir, “Tidak masalah untuk menjadi tidak konsisten”.

Tidak melukai fisik, psikis dan perasaan anak

Hindari memukul hingga meninggalkan bekas luka atau menyindir anak tentang kekurangan fisik (cacat tubuh, warna kulit, berat badan, tinggi badan) atau kemampuan (kurang dalam pelajaran matematika, dll.) yang dimiliki.

Membangun diri anak

Tujuan dari pemberian hukuman adalah untuk menghalangi anak melakukan kesalahan yang sama dan mendorong atau memotivasi mereka untuk melakukan hal yang lebih tepat.

Ingatlah untuk memilih hukuman yang membangun 2 sikap tersebut sesuai dengan tujuan Anda memberikan hukuman.

Alasan mengenai hukuman yang diberlakukan

Ingatlah untuk selalu memberikan penjelasan kepada anak, kenapa Anda menghukumnya sedemikian rupa.

Tujuannya adalah membuat anak mengerti bahwa Anda ingin dia menjadi pribadi yang lebih baik.

Bukan karena Anda ingin meluapkan kekesalan atau membencinya.

Tanpa penjelasan, anak akan menjalani hukuman sekenanya saja tanpa mengerti dari tujuan penghukuman tersebut.

Yang dikenangnya hanyalah “Ibu jahat, Bapak kejam atau orangtuaku sangat tega terhadapku.”

Mengarah untuk memperbaiki moral anak

Bukan hanya sekedar menjerakan, hukuman juga harus menyentuh moral anak.

Sehingga, apabila muncul kondisi tertentu, moralnya akan tergerak untuk menahannya melakukan kesalahan yang sama.

Tidak boleh menimbulkan rasa terhina atau permusuhan.

Tidak jarang orangtua memberikan hukuman yang membuat anak merasa terhina dan terdorong untuk membenci orangtuanya.

Silahkan cermati contoh hukuman mendidik bagi anak berikut.

Kemudian, terapkan sesuai dengan sikap anak yang Anda rasa kurang pantas sehingga perlu untuk mendisiplinkannya.

1. Menunjukkan Wajah Tidak Menyenangkan pada Anak

Wajah masam mengguratkan kesedihan dan kekecawaan mampu mendorong anak untuk melakukan introspeksi diri.

Memang tidak semua anak bisa peka terhadap wajah masam yang ditunjukkan orangtuanya.

Oleh karena itu, Anda bisa menambahkan kalimat, “Ibu kecewa terhadap sikapmu”, dan sebagainya.

Anda tidak bisa berhenti disitu saja.

Lanjutkan dengan memberikan penjelasan sekiranya anak paham bahwa ia sedang melakukan kesalahan.

Setiap orang tidak suka berhadapan dengan orang yang menampilkan wajah masam. Anak pun juga begitu.

Ia akan merasa tidak nyaman dengan sendirinya.

Biasakan untuk melakukan ini ya ayah dan ibu, karena ini tergolong hukuman ringan yang cukup efektif dan mudah untuk diterapkan.

2. Bersihkan Kamar Mandi atau Ngepel?

Kunci dari contoh hukuman mendidik adalah seimbang antara kesalahan dan hukumannya.

Memberikan tugas bersih-bersih bagian rumah menjadi hukuman terbaik bagi anak yang sulit untuk menjaga kebersihan diri maupun lingkungan.

Anak tidak mau merapikan kamar setelah bangun tidur, menempatkan barang tidak sesuai tempatnya, membuang sampah sembarangan, menggambar tembok dan sebagainya.

Mintalah mereka untuk berkomitmen, apabila tidak mau menjaga kebersihan lingkungan, maka konsekuensi yang harus ia terima adalah membersihkan kamar mandi, mengepel lantai, menguras bak mandi atau bagian rumah lain yang Anda rasa pantas.

3. Nak, Meminta Maaf Tidak akan Membuatmu Terlihat Rendah

Mendorong anak untuk meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat sama dengan menumbuhkan sikap tanggung jawab di dalam diri anak.

Tanamkan padanya bahwa minta maaf tidak akan membuatmu dipandang rendah atau lemah.

Apakah selama ini para orangtua bijak tidak menganggap minta maaf sebagai bentuk dari hukuman?

Itu dia!

Contoh hukuman mendidik yang ketiga adalah membuatnya untuk berani bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan.

4. Nasihat yang Manjur

Masih ingat Teknik Pacing and Leading?

Ya, pemberian nasihat yang manjur tidak bisa dilakukan secara langsung.

Melainkan, harus menggunakan teknik khusus yakni, menyamakan dan membimbing.

Seorang anak ketahuan oleh ayahnya nonton video porno di dalam kamar.

Karena bingung dan kagok, sang ayah langsung saja menghardik dan memberikan nasihat panjang kali lebar.

Nasihat yang diberikan tidak akan masuk ke pikiran anak.

Karena pada saat itu, otak reptil anak sedang aktif.

Ketika otak reptil aktif, maka ia tidak akan mampu untuk berpikir.

Yang ada di dalam pikirannya hanyalah LARI atau LAWAN.

Ia bereaksi akibat mendapat suntikan rasa takut, cemas, terancam, stres, marah, kurang tidur atau lelah.

So, manfaatkan teknik Pacing and Leading ya dalam memberikan nasihat.

5. Ingin Mencoba Mendiamkan Anak?

Contoh hukuman mendidik selanjutnya adalah mencoba mendiamkan.

Teknik ini tergolong ampuh guna menyadarkan anak.

Contoh hukuman mendidik anak yang kelima adalah mendiamkannya.

Tapi, kami sarankan ini menjadi pilihan terakhir ya apabila keempat cara di atas sudah tidak mempan.

Karena dalam Islam kita mengetahui bahwa mendiamkan seseorang lebih dari 3 hari adalah tidak baik.

Apalagi jika anak masih sangat bergantung kepada orangtuanya.

Meskipun begitu, ia dianggap ampuh karena mampu mendorong anak untuk belajar introspeksi secara mandiri.

Anak pasti akan berpikir, “Ayah dan ibu kenapa ya, kok aku gak diperhatiin, gak diajak cerita-cerita kayak biasanya?”

Kalimat itu mungkin tidak akan terucap atau hanya muncul di pikirannya saja.

Tapi, Anda pasti bisa menebak dari gerak-geriknya yang tidak nyaman.

Nah, selanjutnya Anda bisa mulai memberikan penjelasan atas tindakan ‘mendiamkan’ yang Anda lakukan terhadapnya.

Anak-anak akan mendapati rasa canggung setelah didiamkan oleh orangtuanya.

Oleh karena itu, Anda tidak bisa langsung bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Melainkan, memulai komunikasi sedikit demi sedikit.

So, setelah ini Anda kami wajibkan untuk menambah pengetahuan dengan menyimak cara berkomunikasi yang baik dan benar kepada anak.

Sehingga, Anda tidak akan canggung lagi ketika harus memberikan nasihat setelah mendiamkan atau memergoki mereka ketika nonton video porno!

Jangan bingung dan kagok.

Cari Artikel Lainnya