Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Alat Musik Tradisional Angklung

Alat Musik Tradisional Angklung

- Selasa, 04 Februari 2020 | 15:32 WIB
Alat Musik Tradisional Angklung
Kesenian angklung mengalami perjalanan yang beragam dari masa ke masa. Angklung yang merupakan alat musik tradisional asal Jawa Barat yakni Sunda bermula dari akrabnya kehidupan orang-orang Sunda memanfaatkan bambu. Dalam kesehariannya masyarakat menggunakan hasil bumi yang salah satunya adalah bambu. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 29) bahwa “bagi masyarakat Sunda bambu antara lain berguna sebagai bahan bangunan, bahan untuk alat pertanian, peralatan rumah tangga, sarana perhubungan, sebagai alat musik (suling, calung, angklung), dan masih banyak lagi kegunaan lainnya”.
 
Kesenian angklung diperkirakan sudah ada semenjak zaman kerajaan Sunda. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 32) bahwa “beberapa catatan dari orang Eropa yang melakukan perjalanan ke tanah Sunda pada abad ke-19 mengatakan bahwa di daerah ini sering terlihat “permainan” angklung oleh orang-orang setempat. Di Jawa Barat, angklung telah dimainkan sejak abad ke-7”. Selain itu perkembangan kesenian angklung juga diawali dengan gagalnya panen di suatu desa yang dipercaya karena kemarahan Dewi Sri. Sehingga masyarakat memulai ritual untuk mengundang kembali Dewi Sri agar memberikan berkahnya pada kesuburan tanaman padi dengan menggunakan ritual yang diiringi kesenian angklung. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 32) bahwa “di kalangan masyarakat Sunda, keberadaan angklung tradisional terkait erat dengan mitos Nyai Sri Pohaci atau Dewi Sri sebagai dewi padi. Pada awalnya, angklung tradisional digunakan oleh orang-orang desa pada masa itu sebagai bagian dari ritual kepada Dewi Sri”. Ritual tersebut sebagai upaya penghormatan kepada Dewi Sri dan upaya pencegahan agar cocok tanam mereka tidak ditimpa musibah.
 
Seiring berkembangnya zaman, maka kesenian angklung juga semakin berkembang. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 32) bahwa “perkembangan selanjutnya dalam permainan angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis dengan pola dan aturan tertentu”. Selain itu setiap acara yang berkaiatan dengan mengolah pertanian akan menampilkan kesenian angklung yang berupa pertunjukan ataupun arak-arakan dan sebagainya.
 
Jenis-jenis Angklung
Angklung dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, ada angklung pentatonis dan angklung diatonis. Angklung pentatonis bisa juga disebut angklung tradisional yang memiliki suatu skala dengan lima not per oktaf. Sedangkan angklung diatonis disebut jenis angklung modern karena angklung tersebut diubah tangga nada angklungnya dari angklung yang bertangga nada pentatonik (da, mi, na, ti, la) menjadi angklung bertangga nada diatonik chromatik (do, di, re, ri, mi, fa, fi, sol, sel, la, li, ti, do) serta diubah menjadi tangga nada Barat (solmisasi).
 
Pengubahan tangga nada tersebut dilakukan oleh Pak Daeng Soetigna. Angklung yang bertangga nada diatonis ini sering juga disebut dengan dua istilah yang berbeda yakni angklung diatonis dan angklung padaeng. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 36) “ide pengubahan tangga nada tersebut muncul oleh keprihatinannya melihat anak-anak didiknya yang kebanyakan kurang berminat belajar seni musik dan seni vokal. Ia memaklumi ketidaktertarikan murid-muridnya belajar seni suara karena mereka merasa bosan dengan model pembelajaran yang monoton”.
 
Pada awalnya, permainan angklung ciptaan Pak Daeng ini hanya dikenal dikalangan anak-anak Pramuka di Kuningan. Selanjutnya, setelah angklung diatonik dikenal dikalangan Pramuka sebagai alat musik yang menyenangkan, akhirnya permainan musik angklung diatonis bisa diterima dan diajarkan di sekolah. Rosyadi (2012, hlm. 37)
 
Daeng Soetigna menganggap angklung diatonis lebih cocok dan komunikatif untuk diajarkan kepada anak-anak. Kalau angklung tradisional merupakan angklung renteng yang dimainkan oleh seorang saja, maka angklung yang dibuat olehnya dimainkan secara bersama, setiap orang memegang angklung yang membunyikan hanya satu nada saja, sehingga setiap orang yang memegangnya mempunyai peranan. Harmoni tercapai dengan kerjasama yang rapih diantara para pemain.
 
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa angklung yang cocok digunakan oleh siswa khususnya di Sekolah Dasar adalah angklung diatonis yang mudah dimainkan serta bisa dimainkan secara bersama-sama sehingga setiap siswa dapat ikut berperan serta. Dalam memainkan angklung tidak ada batasan jumlah pemain sepanjang angklungnya tersedia, hanya saja memerlukan pengorganisasian saat memainkannya.
 
Pengenalan Bagian Angklung
Kegiatan untuk mengawali pembelajaran angklung dapat diberikan dengan cara mengenalkan bagian-bagian angklung. Dima (2015, hlm. 56) menyatakan bahwa “bagian yang ada pada alat musik angklung terdapat dua tabung besar dan dua tabung kecil, rangka, tabung dasar, dan lubang resonansi”.
 
Bagian Angklung
 
Teknik Dasar Memainkan Angklung
Teknik dasar memainkan angklung ada beberapa macam. Teknik pertama yang diajarkan adalah cara memegang serta angklung. Hal yang sangat penting juga dalam cara memegang angklung adalah keluwesan serta ketenangan. Cara-cara memegang angklung menurut Hanifah (2015, hlm. 68-71)
 
1.    Posisikan tangan kiri lurus kedepan. Jika, kamu kidal gunakan tangan kanan.
2.   Pegang tiang bagian tengah rangka angklung dengan menggunakan tangan kiri, tangan kiri sebagai tempat menggantungkan angklung atau sebaliknya jika kamu kidal.
3. Selanjutnya pegang bagian kanan tabung dasar bawah angklung dengan menggunakan tangan kanan atau sebaliknya jika kamu kidal.
4. Jika angklung yang dimainkan lebih dari satu, maka cara memegangnya adalah dengan memosisikan angklung paling kecil dipegang di bagian ujung tangan, sedangkan yang agak besar disimpan bagian dalam lengan. Cara mengurutkannya, yaitu dengan memasukkan angklung yang besar terlebih dahulu, diikuti angklung lainnya yang berukuran lebih kecil.
      
Setelah kita dapat memposisikan angklung yang akan kita mainkan. Maka teknik ke dua yang dapat kita pelajari adalah dengan mengetahui cara memainkan angklung yang benar. Angklung dimainkan dengan cara digerakkan panjang dan pendeknya sesuai dengan nilai nada yang akan dimainkan. Cara memainkan angklung bisa secara mudah hanya dengan menggetarkan dari kiri kekanan ataupun sebaliknya.
 
Ada beberapa cara memainkan angklung agar terdengar lebih merdu dan lebih bervariasi. Menurut Hanifah (2015, hlm. 73-75) ada tiga cara memainkan angklung, cara memainkannya adalah sebagai berikut:
 
1.  Menggetarkan (kurulung);
Menggetarkan (kurulung), adalah menggetarkan angklung dengan menggunakan tangan kanan yang memegang tabung dasar di bagian kanan. Angklung digetarkan secara berlanjut dari kanan ke kiri, sepanjang lagu.
 
2.  Centok (sentak);
Centok (sentok), adalah teknik membunyikan angklung secara pendek. Caranya adalah dengan menarik tabung dasar-dasar angklung dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan bawah, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (staccato). Selain dengan cara tersebut, terdapat cara lain untuk menghasilkan suara angklung yang pendek. Caranya adalah dengan menepuk bagian tabung dasar angklung dengan telapak tangan bagian jari.
 
3. Tangkep
Tangkep merupakan cara menggetarkan sebagian nada pada tabung angklung dengan menahan salah satu tabung agar tidak ikut bergetar. Hal ini dapat menyebabkan angklung melodi mengeluarkan nada murni.
 
Dengan mengetahui cara memegang serta bermain angklung yang benar maka akan lebih memudahkan proses pembelajaran. Ketiga cara memainkan angklung tersebut dapat dimainkan sepanjang lagu atau divariasikan dengan menggabungkan semua teknik dasar tersebut dalam memainkan lagu.
 
Memainkan Angklung Sesuai Lagu
Untuk dapat memainkan angklung sesuai dengan lagu yang akan dipelajari maka ada beberapa unsur musik yang perlu diperhatikan dalam pembelajarannya. Menurut Yani (2016, hlm. 59-60) bahwa terdapat unsur-unsur musik yang perlu ditekankan dalam pembelajaran musik, diantaranya:
4.    Bunyi, merupakan unsur musik dalam membuat karya musik, dalam bunyi kita menemukan nada (tinggi rendahnya bunyi), melodi (rangkaian nada-nada).
5.    Irama, gerak musik yang berjalan teratur yang tidak tampak dalam lagu tetapi dapat dirasakan setelah lagu itu dialunkan. Irama juga mempunyai istilah lain yaitu ritme. Irama atau ritem adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Ritme itu sendiri merupakan bagian dari melodi atau lagu.
6.    Tempo dapat diartikan sebagai ketukan konstan yang memikat bunyi menjadi suatu kesatuan detak.
7.    Timbre disebut dengan warna suara. Dalam hal ini timbre sangat dipengaruhi oleh sumber bunyi dan cara menggetarkan atau membunyikannya.
8.    Dinamika merupakan aspek musik terkait dengan tingkat kekerasan bunyi. Adapun simbol musik yang menjelaskan tentang dinamika musik seperti piano (lembut) dan forte (keras).
 
Dengan memahami unsur-unsur pembelajaran musik, maka akan memudahkan proses memainkan  angklung sesuai lagu. Lagu-lagu yang dipelajari bisa berupa lagu wajib nasional, lagu daerah serta lagu anak-anak. Pembelajaran memainkan angklung dapat dimulai dengan pengenalan lagu yang akan dimainkan. Siswa diperdengarkan lagu yang akan dimainkan dengan angklung dan diperkenalkan dengan notasi angka lagu tersebut. Notasi angka seperti nada do, re, mi, fa, sol, la, si, do. Menurut Dima (2015, hlm. 60) bahwa “dalam notasi angka, not ditentukan dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), 7 (si). Untuk notasi angka pada do tinggi penulisan notasi angka tinggi bisaanya di atasnya ada titik yang melambangkan nada tinggi, dan titik dibawah tanda not rendah”. Berikut merupakan pengenalan notasi angka berserta nadanya:
1 untuk Do
2 untuk Re
3 untuk Mi
4 untuk Fa
5 untuk Sol
6 untuk La
7 untuk Si
0 tidak ada
 
Setelah siswa dikenalkan dengan notasi angka maka siswa bisa melafalkan serta menyanyikan suatu lagu menggunakan notasi angka. Jika para siswa sudah memahami notasi angka tersebut maka lagu tersebut dapat dimainkan dengan angklung. Masing-masing siswa diberikan angklung yang berbeda sesuai dengan kebutuhan lagu yang akan dimainkan. Setelah semua siswa mendapatkan angklungnya masing-masing, maka akan ada arahan dari guru untuk membunyikan angklung dengan menggunakan metode-metode pembelajaran angklung.
 
Metode Pembelajaran Angklung
Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran angklung adalah metode Kodaly. Tujuan dari metode hand sigh Kodaly adalah untuk melatih musikalitas siswa. Metode Kodaly dipopulerkan oleh Zoltan Kodaly dan metode ini juga sering disebut dengan metode hand sign. Menurut Weldhanie (2016, hlm. 2) “metode hand sign Kodaly adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk mengilustrasikan nada dengan simbol atau posisi dan bentuk tangan berbeda untuk setiap nada do, re, mi, fa, sol, la, si, do”.
 
Pembelajaran angklung menggunakan metode ini dilakukan tanpa menggunakan partitur, tetapi hanya melihat simbol atau posisi dari tangan dirigen. Pembelajaran menggunakan metode hand sign ini diajarkan menggunakan tangan untuk mengenalkan tanda nada tertentu. Sehingga siswa diharapkan dapat membunyikan nada sesuai dengan  tanda yang diberikan. Berikut merupakan gambar yang digunakan pada metode hand sign.
 
 
Metode Hand Sign
Cari Artikel Lainnya