Home » Kongkow » Sejarah » Kerajaan-Kerajaan Masa Hindu-Buddha di Indonesia

Kerajaan-Kerajaan Masa Hindu-Buddha di Indonesia

- Jumat, 19 November 2021 | 16:42 WIB
Kerajaan-Kerajaan Masa Hindu-Buddha di Indonesia

Kita sekarang hidup dizaman yang sudah modern dengan negara yang sudah merdeka. Tahukah kalian bahwa dulu jauh sebelum Indonesia mengalami kemerdekaan, ada banyak kerajaan-kerajaan yang berada di tanah air kita. Kerajaan-kerajaan tersebut menjadi sebuah cerita dan menjadi jalan lahirnya kemerdekaan Indonesia. Untuk itu sebagai warga negara yang baik, tidak ada salahnya jika kita menghormatinya dengan mengetahui apa saja kerajaan di Indonesia yang ada pada saat itu.

Kerjaan Budha di Indonesia yang Terkenal dan Berpengaruh

  • Kerajaan Sriwijaya.

  • Kerajaan Mataram Kuno.

  • Kerajaan Dharmasraya.

  • 4. Kerjaan Kalingga.

  • Kerajaan Sri Bangun.

Kerajaan bercorak Hindu di Indonesia:

  • Kerajaan Kutai

  • Kerajaan Tarumanegara.

  • Kerajaan Kediri.

  • Kerajaan Kanjuruhan.

  • Kerajaan Singasari.

  • Kerajaan Majapahit.

  • Kerajaan Sriwijaya. 

  • Kerajaan Dharmasraya.

Nama Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia dan Sejarahnya Lengkap

Mari kita bahas mulai dari kerajaan yang paling tua terlebih dahulu.

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu yang tertua di Indonesia. Kerajaan ini didirikan pada tahun 400 M, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Raja-raja yang memerintah adalah:

  • Kudungga (raja pertama).

  • Aswawarman.

  • Mulawarman.

Baca selengkapnya: Kerajaan Kutai: Masa Kejayaan, Silsilah Raja dan Peninggalan

2. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu, didirikan pada tahun 450 M di Jawa Barat. Raja yang memerintah ialah Purnawarman.

Baca selengkapnya: Kerajaan Tarumanegara: Masa Kejayaan, Raja dan Peninggalannya

3. Kerajaan Kaling

Kerajaan Kaling didirikan pada tahun 674 di Jawa Tengah. Raja yang memerintah ialah Ratu Sima. Beliau menghendaki agar rakyatnya benar-benar menjadi orang yang jujur. Pendeta yang terkenal ialah Jhanabhadra.

4. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 di Sumatra (Kerajaan Budha). Guru agama Budha yang terkenal ialah Sakyakirti. Raja-raja yang memerintah adalah:

  • Sri Jayanaga.

  • Balaputradewa

  • Sri Sangrawijayatunggawarman.

Sebab-sebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, antara lain:

  • Serangan Raja Colamandala dari India.

  • Serangan Raja Kertanegara dari Singasari.

Baca selengkapnya: Kerajaan Sriwijaya: Letak, Masa Kejayaan, Raja dan Peninggalan Kerajaan

5. Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Sriwijaya, tetapi pada tahun 692 kerajaan ini telah dikuasai Sriwijaya.

6. Kerajaan Mataram Hindu

Kerajaan Mataram Hindu berdiri di Jawa Tengah dengan ibukota Medang Kamulan. Raja-raja yang memerintah adalah:

  • Sanna.

  • Sanjaya, bergelar Rakai Mataram Ratu Sanjaya.

  • Rakai Panangkaran, bergelar Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkarana.

Setelah pemerintahan Rakai Panangkaran, Mataram pecah menjadi dua. Sebagian memeluk agama Budha, sebagian memeluk agama Hindu. Syailendra Budha berkuasa di Jawa Tengah Selatan, Syailendra Hindu berkuasa di sekitar pegunungan Dieng. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram dipersatukan kembali.

Raja-raja selanjutnya ialah :

  • Rakai Pikatan.

  • Balitung, bergelar Rakai Watukura.

  • Daksa.

  • Tulodong.

  • Wawa.

  • Empu Sendok.

Baca Selengkapnya: Kerajaan Mataram Kuno: Sejarah, Raja, Masa Kejayaan dan Peninggalan

7. Kerajaan Wangsa Isyana

Empu Sendok memindahkan pusat pemerintahan Syailendra ke Jawa Timur pada tahun 929, kemudian membentuk wangsa baru yaitu Wangsa Isyana. Raja-raja yang memerintah adalah:

  • Empu Sendok bergelar Maharaja Rake Hino Sri Isyana Wikramadharmotunggadewa.

  • Sri Isyanatunggawijaya.

  • Makutawangsawardhana.

  • Dharmawangsa, bergelar Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa.

  • Airlangga, bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.

Tahun 1401 Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi 2 (tugas pembagian diserahkan kepada Empu Bharada), yaitu:

  • Jenggala atau Singasari, dengan ibukota di Kahuripan.

  • Panjalu atau Kediri, denagn ibukota di Daha.

8. Kerajaan Kediri

Kerajaan Jenggala diperintah oleh Raja Mapanji Garasakan. Kerajaan Kediri diperintah Raja Sri Samarawijaya. Perebutan kekuasaan antara Jenggala dan Kediri berlangsung sampai tahun 1502. Selanjutnya selama lebih kurang setengah abad kedua kerajaan tersebut tidak disebut-sebut lagi dalam sejarah.

Tahun 1117 kerajaan ini tampil lagi dengan rajanya:

  • Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Kameswara.

  • Jayabhaya, bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya.

Masa ini, kitab Bharatayudha digubah oleh Empu Sedah dan dilanjutkan oleh Empu Panuluh (Empu Sedah meninggal sebelum kitabnya selesai). Empu Panuluh juga menulis buku Hariwangsa dan Gatutkacasraya.

  • Sri Aryeswara.

  • Kameswara, bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawarata.

Pujangga yang terkenal pada masa itu ialah:

  • Empu Tanakung, dengan hasil karyanya Werasancaya dan Lubdaka.

  • Empu Darmaja, dengan hasil karyanya Smaradhahana.

Kerajaan Kediri tamat riwayatnya pada tahun 1222, karena ditaklukan oleh Ken Arok.

9. Kerajaan Bali

Raja-raja Wangsa Warmadewa. Salah satu wangsa yang terkenal memerintah di Bali ialah wangsa Warmadewa. Rajanya yang terkenal adalah:

  • Sri Candrabhayasingka Warmadewa.

  • Udayana, bergelar Dharmoyana Warmadewa.

Udayana berputra 3 orang, yaitu: pertama Airlangga, yang menjadi menantu Raja Dharmawangsa dan kemudian menjadi raja di Kahuripan (kerajaan wangsa Isyana). Kedua, Marataka, yang menggantikan Udayana (tetapi tidak terkenal). Ketiga, Anak Wungsu, yang menggantikan tahta Marataka, tahun 1049. Dari pemerintahan Anak Wungsu ditinggalkan 28 buah Prasasti Singkat, yang antara lain ditemukan di Gua Gajah, gunung Kawi (Tampak Siring), Gunung Panulisan, dan Sangit.

Raja-raja lain di Bali

Sesudah pemerintahan wangsa Warmadewa, Pulau Bali diperintah oleh raja-raja lain yang berganti-ganti, yang terkenal di antaranya:

  • Jayasakti, mempunyai kitab Undang-undang yaitu Uttara Widhi Balawan dan Rajawacana (tahun 1133 – 1150).

  • Jayapangus, menggunakan kitab Undang-undang Manawasasanadharma (1117 – 1181).

Tahun 1284 Kerajaan Bali ditaklukan oleh Kertanegara dari Singasari.

10. Kerajaan Singasari

Riwayat dan pemerintahan Ken Arok serta raja-raja Singasari terdapat dalam buku Pararaton dan Negarakertagama. Raja-raja yang memerintah adalah:

  • Ken Arok, setelah membunuh Akuwu Tumapel dan Tunggul Ametung, menaklukan Kerajaan Kediri tahun 1222 di Ganter. Ken Arok sebagai pendiri dan raja pertama di Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi, kemudian keturunannya terkenal dengan sebutan wangsa Rajasa.

  • Anusapati (anak Tunggul Ametung – Ken Dedes) setelah membunuh Ken Arok (ayah tirinya), dengan menyuruh seorang pengalasan (budak).
    Tohjaya (anak Ken Arok dan Ken Umang), setelah membunuh Anusapati. Tahun 1248 timbul pemberontakan yang dilancarkan oleh Ranggawuni (anak Anusapati) dan Mahisa Campaka (anak Mahisa Wonga Teleng atau cucu Ken Arok – Ken Dedes).

  • Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana 1248 – 1268. Wisnuwardhana memerintah Singasari bersama-sama Mahisa Campaka sebagai Ratu Anggabhaya yaitu pejabat tinggi yang bertugas menanggulangi bahaya yang mengancam kerajaan, gelarnya Narasinghamurti.

  • Kertanegara bergelar Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara (tahun 1269 – 1292), merupakan Raja Singasari yang terbesar. Tahun 1275 dikirimnya ekspedisi Pamalayu. Daerah-daerah yang ditaklukannya antara lain Bali, Pahang, Sunda, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya) dan Gurun (Maluku) serta mengadakan hubungan persahabatan dengan Jaya-singhawarman Raja Campa. Tahun 1292 ditaklukan oleh Jayakatwang dari Kediri.

11. Kerajaan Majapahit

Kertarajasa Jayawardhana (1292 – 1309)

Didirikan oleh Raden Wijaya (anak Lembu Tai atau cucu Mahisa Campaka) pada tahun 1292 setelah memperdayai bala tentara Kubilai Khan dari Cina yang bermaksud menghukum Raja Jawa yang telah menghina utusannya yaitu Meng Ki pada masa pemerintahan Kertanegara di Singasari.

Karena Kertanegara telah dihancurkan oleh Jayakatwang dari Kediri maka bala tentara Kubilai Khan menghancurkan Kediri, yang selanjutnya atas siasat Raden Wijaya dibantu oleh Arya Wiraraja, bala tentara Cina dapat dihancurkan oleh Raden Wijaya. Akhirnya Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Raden Wijaya memperistri 4 orang putri Kertanegara, yaitu:

  • Tribhuwana sebagai permaisuri.

  • Gayatri, yang kemudian menurunkan raja-raja Majapahit.

  • Narendraduhita.

  • Prajnaparamita.

Tahun 1309 Raja Kertarajasa wafat, meninggalkan 3 orang putra:

  • Jayanegara (dari permaisuri).

  • Sri Gitarja (dari Gayatri) kemudian menjadi Bhre Kahuripan.

  • Dyah Wiyat (dari Gayatri) kemudian menjadi Bhre Daha.

Sri Jayanegara (1309 – 1328)

Jayanegara menggantikan ayahandanya dengan gelar Sri Jayanegara. Timbul pemberontakan, yaitu:

  • Pemberontakan Ranggalawe dari Tuban.

  • Pemberontakan Sora pada tahun 1311.

  • Pemberontakan Nambi pada tahun 1316,

  • Pemberontakan Kuti pada tahun 1319, ibukota Majapahit berhasil diduduki dan Raja Jayanegara mengungsi ke Desa Bedander dikawal oleh 15 orang pengawal setia (pasukan Bhayangkari) di bawah pimpinan Gajah Mada. Atas usaha Gajah Mada ibukota dapat direbut kembali, dan kembali Sri Jayanegara bertahta. Atas jasanya Gajah Mada diangkat menjadi Patih Kahuripan dan kemudian Kediri.

Dalam pemerintahannya Raja Jayanegara menggunakan lambang Minadwaya (dua ekor ikan).

Tribhuwana (1328 – 1350)

Jayanegara wafat tidak meninggalkan putra. Maka Gayatri atau Rajapatni berhak menjadi raja. Karena Gayatri telah menjadi bhiksuni (pendeta agama Budha), maka diwakilkan kepada Sri Gitarja, Bhre Kahuripan yang bergelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana. Timbul Pemberontakan Sadeng, yang dapat dipadamkan oleh Gajah Mada, karena jasanya pada tahun 1331 Gajah Mada diangkat menjadi perdana menteri, yang pada saat pelantikannya mengucapkan Sumpah Palapa. Tahun 1350 Gayatri atau Rajapatni wafat, Tribhuwana yang mewakilkannya menyerahkan kekuasaannya pada anaknya yang bernama Hayam Wuruk.

Rajasanegara (1350 – 1389)

Hayam Wuruk naik tahta pada usia 16 tahun, bergelar Rajasanegara, merupakan raja terbesar dalam sejarah Majapahit dengan Gajah Mada sebagai Mahapatih. Kekuasaannya meliputi seluruh Kepulauan Nusantara, bahkan masih ditambah dengan Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu. Karya sastra yang terkenal di antaranya:

  • Negarakertagama karya Empu Prapanca.

  • Sutasoma atau Purusadashanta dan Arjunawijaya karya Empu Tantular.

Tahun 1364 Gajah Mada wafat, kedudukannya diganti oleh 4 orang menteri. Tahun 1389 Hayam Wuruk wafat.

Wikramawardhana (1389 – 1429)

Raja Hayam Wuruk dengan permaisuri hanya mempunyai seorang putri yaitu Kusumawardhani yang selanjutnya memerintah bersama suaminya Wikramawardhana yang masih saudara sepupunya. Bhre Wirabumi, anak dari selir diberi kekuasaan memerintah daerah Blambangan, merasa tidak puas dan merasa lebih berhak atas tahta Majapahit. Tahun 1401 – 1406 timbul perang saudara antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana, Bhre Wirabumi gugur (Perang Paregreg). Tahun 1429 Wikramawardhana wafat, Majapahit telah menjadi kerajaan kecil akibat dari satu persatu daerahnya melepaskan diri.

Tahun 1478 Bhatara Prabu Girindrawardhana raja Daha merebut Majapahit dari Raja Kertabumi (Raja Majapahit yang terakhir).

Jadi itulah itulah nama-nama kerajaan di Hindu Budha Indonesia yang bisa kita pelajari dalam artikel Kerajaan-Kerajaan Masa Hindu-Buddha. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua, terimakasih sudah menyimak materi ini yah.

Sumber :
Cari Artikel Lainnya