Home » Kongkow » Kuliner » Soto Sampah, Kuliner Unik Penggoyang Lidah dari Jogja

Soto Sampah, Kuliner Unik Penggoyang Lidah dari Jogja

- Sabtu, 28 September 2019 | 04:37 WIB
Soto Sampah, Kuliner Unik Penggoyang Lidah dari Jogja

Yogyakarta – Membahas kuliner hampir tak ada habisnya dalam keseharian hidup, misalnya soto. Makanan khas yang katanya bermula dari Cina ini telah banyak ditemui ragamnya di Indonesia. 

Ada Soto Semarang, Soto Kudus, Soto Madura, Soto Bangkong, Tauto Pekalongan, Sauto Tegal dan sebagainya.

Berbicara soal Soto, di Yogyakarta sendiri mempunyai soto khas yang berbeda dari soto pada umumnya, terkhusus namanya, yakni "Soto Sampah". Terdengar unik dan agak aneh jika belum pernah melihat dan merasakannya secara langsung.

Kuliner unik yang berlokasi di Jalan Kranggan (depan SPBU Kranggan), utara Tugu Pal Putih ini dapat menjadi menu rujukan ketika menginjakkan kaki di Yogyakarta.

Fina, pemilik warung "Soto Sampah" mengatakan, dulu ide yang menamakan "Soto Sampah" dari mahasiswa.

"Ide awalnya dulu dari mahasiswa yang mampir jajan di sini, namain soto sampah aja, karena sajiannya yang berantakkan dan ada kayak sampahnya terus dikasih nama "Soto Sampah"," kata Fina.

Istilah "sampah" sendiri dikarenakan banyaknya rempah-rempah yang ikut tersaji, jadinya terlihat seperti sampah.

Kuah kaldunya enak dan tidak kayak kebanyakan soto pada umumnya

"Ada bumbu-bumbunya kayak daun salam, sereh, masih di situ jadi terlihat seperti sampah," sambung Fina.

Walaupun dengan nama yang cukup unik, namun jangan dipertanyakan rasanya. Racikan bihun, kecambah, kubis, dan daun seledri ditambah dengan ayam atau daging kemudian disiram dengan kaldu yang dicampuri beragam rempah-rempah, membuat kuliner ini bercita rasa kuat dan dapat menggoyang lidah serta jadi menu andalan ketika singgah di kota pelajar ini.

Variasi "Soto Sampah" pun beragam, ada babat, lemak, ayam, dan daging. Pun tidak perlu risau soal harga, cukup terjangkau hanya dengan Rp 8 ribu per porsi sudah dapat soto sampah ayam, dan Rp 10 ribu dengan tambahan daging.

Penyajiannya menggunakan piring tidak seperti kebanyakan penjual soto lain, jadi terlihat banyak, pas di lidah dan perut.

Gepeng alias Sumano, salah seorang karyawan senior Fina menjadi saksi dari kepopuleran "Soto Sampah".

"Saya di sini sudah lama, sejak warung masih dipegang ibunya Fina dan tempatnya masih permanen kayak warung penjual rokok gitu. Jadi bisa dikunci kalau selesai, dan ibu Fina ini sudah generasi ke tiga," kata Sumano.

Warung yang buka hampir 24 jam ini sudah ada sejak tahun 1979 sampai sekarang. Dari pagi buka pukul 08.00 WIB sampai 20.30 WIB dan pukul 21.00 WIB sampai 03.00 WIB atau menjelang subuh.

"Warung ini ramai pembeli, apalagi pas waktu malam," sambung Sumano.

Amin Nur Ahmad, 24 tahun, salah seorang mahasiswa dan pelanggan setia, mengakui kelezatan menu "Soto Sampah" ini.

"Kuah kaldunya enak dan tidak kayak kebanyakan soto pada umumnya," ujar Amin.

Cari Artikel Lainnya