Home » Kongkow » Inspiratif » Salep Lendir Lele Oleh Mahasiswa UGM Obati Luka Kronis Penderita Diabetes

Salep Lendir Lele Oleh Mahasiswa UGM Obati Luka Kronis Penderita Diabetes

- Senin, 12 Agustus 2019 | 09:30 WIB
Salep Lendir Lele Oleh Mahasiswa UGM Obati Luka Kronis Penderita Diabetes

Penderita diabetes berisiko mendapat amputasi jika mengalami luka di bagian tubuh. Pasalnya, luka pada penderita diabetes mudah terinfeksi bakteri Methicillin Resistant Staphylococus Aerus (MARSA).

Bakteri MARSA akan membuat penderita diabetes menjadi susah sembuh jika terkena luka. Hal inilah yang menginspirasi lima mahasiswa UGM membuat salep bernama SCRIAC-BIOLINGENT untuk luka kronis diabetes dari kelenjar lendir lele.

"Kami menggunakan lendir lele sebagai bahan dasar obat," ujar salah satu pencipta obat penderita diabetes, Utami Tri Khasanah, Jumat (5/8).

Selain Utami Tri Khasanah, penemu obat tersebut di antaranya adalah Joshua Alif Wendy, Dion Adiriesta Dewanda, Megaria Ardiani dan Raden Mas Ravi Hadyan.

Utami menjelaskan lebih lanjut, bakteri MARSA yang terdapat pada luka penderita diabetes merupakan bakteri Pathogen yang tidak mempan dengan berbagai jenis antibiotik. Maka dari itu, dia menggunakan lendir lele karena mengandung senyawa protein aktif berupa Antimicrobial Peptides (AMPs).

"AMPs memiliki aktivitas bakterisidal yang kuat membunuh bakteri pathogen pada luka penderita diabetes," ujarnya.

Proses pembuatan salep dilakukan dengan mengambil lendir pada tubuh lele berumur 4-6 bulan dengan cara dikerik menggunakan sendok. Tiap satu ekor lele mempunyai lendir yang dapat diambil berulangkali dan tidak menyebabkan kematian lele.

Selanjutnya lendir lele tersebut dicampur dengan Poly Ethylen Glycon (PEG) atau bahan dasar salep. "Tiap satu ekor lele dapat menghasilkan satu botol salep ukuran kecil," tambah Utami.

Utami menambahkan, salep bernama SCRIAC-BIOLINGENT telah dilakukan uji coba pada tikus. Dua tikus yang telah diinduksi penyakit diabetes masing-masing diberi salep tersebut dan yang lainnya diberi obat antibiotik biasa yang terjual di toko-toko.

Setelah diuji coba selama 15 hari, tikus yang diolesi salep tersebut lukanya lebih cepat kering dan menutup. Sedangkan yang menggunakan obat antibiotik luka masih basah. 

"Setelah diaplikasikan selama 15 hari ternyata hasilnya luka infeksi yang menggunakan salep lendir lele lebih cepat kering dan menutup sembuh. Sedangkan yang diberi antibiotik komersial malah lukanya menyebar," ujar Utami.

Selain itu, salep dengan bahan utama lendir lele ini secara umum dapat digunakan pada luka tubuh bagian luar. "Jadi tidak harus luka pada penderita diabetes saja, tetapi secara keseluruhan," ujarnya.

Meski demikian, salep ini belum dapat diperjualbelikan pada masyarakat umum. Hal itu karena salep masih perlu dilakukan beberapa tahapan uji coba lagi. 

"Masih perlu dilakukan uji praklinis untuk bisa digunakan pada manusia," imbuh Utami.

Cari Artikel Lainnya