Home » Kongkow » Inovasi » Polybag dari Sabut Kelapa, Inovasi Mahasiswa UGM

Polybag dari Sabut Kelapa, Inovasi Mahasiswa UGM

- Kamis, 27 Juli 2017 | 23:40 WIB
Polybag dari Sabut Kelapa, Inovasi Mahasiswa UGM

Berlatar keprihatinan mereka terhadap banyaknya sampah plastik yang dihasilkan dala kegiatan praktik mereka, sekelompok mahasiswa Diploma III Pengelolaan Hutan berinovasi menciptakan pengganti wadah semai untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di persemaian yang diberi nama Polytube Bagormaling. 

Inovasi ini merupakan salah satu hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang Karsa cipta yang telah lolos dan didanai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

“Kami merasa sedih melihat plastik bekas polybag yang hanya dibuang sia-sia di persemaian. Padahal seharusnya bisa mendukung lingkungan dengan kegiatan menanam pohon, tapi akhirnya malah menambah sampah dari plastik sisa polybag itu,” ungkap Anisa Haryani, ketua dari tim PKM ini.

Inovasi ini bermula ketika ia bersama keempat temannya, Alfian Dwi Cahyo, Ika Mediyahati, Najieh Safier Ibrahim, dan Bayu prasetio merasa prihatin terhadap banyaknya sampah yang dihasilkan olehwadah polybag berbahan dasar plastik hitam yang digunakan dalam kegiatan mereka. 

Selama ini, polybag plastik hitam yang telah selesai digunakan hanya dibuang begitu saja, sehingga plastik hitam yang baru terurai setelah puluhan atau bahkan ratusan tahun tersebut hanya akan tertimbun dan menimbulkan kerugian pada kegiatan di persemaian. Hal inilah yang mendorong mereka untuk menciptakan inovasi bahan pengganti polybag berbahan plastik yang merugikan dengan bahan organik yang lebih ramah lingkungan dan tentunya dapat nerdampak positif dalam kegiatan persemaian.

Polytube Bagormaling yang mereka ciptakan ini merupakan wadah semai pengganti polybag yang terbuat dari serabut kelapa yang kemudian akan ditempatkan kedalam kerangka polytube dari alumunium. Alfian menjelaskan, kelebihan dari produk ini yaitu wadah yang dapat langsung ditanam di dalam tanah dalam kegiatan penanaman di lapangan sehingga tidak akan menimbulkan sampah dan juga dapat menambah bahan organik pada tanah.

“Selain ramah lingkungan dalam hal mudah terurainya, produk kami dapat menunjang pertumbuhan tanaman yang ditanam pada produk dengan disertai juga media tanam berupa kompos dan pupuk trichoderma. Pupuk trichoderma adalah pupuk yang dapat mencegah patogen penyebab busuk akar yang biasa menyerang tanaman muda. Dari segi artistik produk ini juga bisa untuk ditanaman tanaman hias dan digantung di rumah,” ujar Alfian.

Mereka pun berharap agar produk ini mampu diproduksi secara massal serta bisa digunakan di seluruh persemaian yang memproduksi semai atau bibit tanaman kehutanan, sehingga nantinya penggunaan produk mereka tersebut dapat berdampak pada berkurangnya limbah plastik hitam.
 

Cari Artikel Lainnya