Home » Kongkow » Fisika » Planet dengan Periode Rotasi Paling Singkat

Planet dengan Periode Rotasi Paling Singkat

- Senin, 05 April 2021 | 11:18 WIB
Planet dengan Periode Rotasi Paling Singkat

Jagat raya ini tersusun atas sejumlah materi, mulai dari planet, matahari, bulan, bintang, galaksi, meteroid, komet, dan masih ada lainnya. Planet bergerak mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya dengan lintasan dan kecepatan tertentu. Waktu perputaran planet dalam mengelilingi matahari dikenal sebagai kala revolusi. Sementara itu, planet-planet juga berputar pada suatu lintasan tetap berbentuk elips yang disebut orbit atau poros. Waktu yang dibutuhkan oleh suatu benda langit termasuk planet dalam mengelilingi orbit atau porosnya disebut kala rotasi.

Di jagat raya ini dikenal 8 planet utama, dan berikut ini rincian kala rotasi dari ke-8 planet utama tersebut:

  1. Merkurius –> kala rotasi : 58,6461 hari

  2. Venus –> kala rotasi : 243,16 hari

  3. Bumi –> kala rotasi : 23 jam 56 menit

  4. Mars –> kala rotasi : 24 jam 37 menit

  5. Jupiter –> kala rotasi : 9 jam 55 menit

  6. Saturnus –> kala rotasi : 10 jam 13 menit

  7. Uranus –> kala rotasi : 17,2 jam

  8. Neptunus –> kala rotasi : 16 jam 17 menit

Berdasarkan daftar sederhana tersebut di atas, dapat diketahui bahwa ternyata planet yang memiliki kala rotasi atau periode rotasi paling singkat adalah planet Jupiter yang hanya berkisar 9 jam 55 menit.

Sekilas Tentang Planet Jupiter

Jupiter merupakan planet terdekat ke-5 dari Matahari setelah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Planet ini juga merupakan planet terbesar di Tata Surya. Jupiter telah dikenal oleh para astronom sejak zaman kuno, dan dikaitkan dengan mitologi dan kepercayaan religius banyak peradaban.

Bangsa Romawi menamai planet ini dari dewa Jupiter dalam mitologi Romawi. Saat diamati dari Bumi, magnitudo tampak Jupiter dapat mencapai −2,94, yang cukup terang untuk menghasilkan bayangan, dan juga menjadikannya objek tercerah ke-3 di langit malam setelah Bulan dan Venus, walaupun Mars dapat menyaingi kecerahan Jupiter pada saat tertentu.

Jupiter sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium. 1/4 massa Yupiter merupakan helium, walaupun jumlahnya hanya 1/10 komposisi Jupiter. Planet ini mungkin memiliki inti berbatu yang terdiri dari unsur-unsur berat, namun tidak memiliki permukaan yang padat layaknya raksasa gas lainnya. Akibat rotasinya yang cepat, planet ini berbentuk bulat pepat (terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa Jupiter).

Atmosfer luar terbagi menjadi beberapa lapisan di lintang yang berbeda, dan interaksi antara batas-batas lapisan tersebut menghasilkan badai. Salah satu dampaknya adalah Bintik Merah Besar, yaitu badai besar yang telah diketahui keberadaannya semenjak abad ke-17 dengan menggunakan teleskop.

Di sekeliling Jupiter terdapat cincin yang tipis dan magnetosfer yang kuat. Selain itu terdapat paling tidak 67 satelit alami, termasuk 4 satelit besar yang disebut satelit-satelit Galileo yang pertama kali ditemukan oleh Galileo Galilei pada tahun 1610. Satelit terbesar Jupiter, yaitu Ganymede, memiliki diameter yang lebih besar daripada planet Merkurius.

Jupiter telah dijelajahi beberapa kali oleh wahana robotik, seperti misi terbang lintas Pioneer, Voyager, dan Galileo. Wahana terakhir yang mengunjungi Jupiter adalah wahana New Horizons pada akhir Februari 2007 saat sedang menuju Pluto. Wahana tersebut menggunakan bantuan gravitasi dari Jupiter untuk membantu meningkatkan kecepatannya. Ke depannya, beberapa satelit yang mengelilingi Jupiter mungkin akan dijelajahi, seperti satelit Eropa yang mungkin memiliki samudra cair di bawah lapisan esnya.

Struktur Planet Jupiter

Jupiter sebagian besar terdiri dari materi gas dan cair. Planet ini merupakan planet terbesar di antara 4 raksasa gas dan terbesar di Tata Surya dengan diameter sebesar 142,984 km (88,846 mil) di khatulistiwanya. Kepadatan Jupiter, yaitu 1,326 g/cm3, merupakan yang terbesar ke-2 di antara raksasa gas, namun lebih rendah dari 4 planet kebumian lainnya.

Jupiter diduga terdiri dari inti yang padat, lapisan hidrogen metalik dengan sedikit helium, dan lapisan luar yang sebagian besar terdiri dari hidrogen molekuler. Inti Jupiter biasanya dikatakan berbatu, namun komposisi detailnya masih belum diketahui, dan begitu pula properti material-material pada suhu dan tekanan di kedalaman semacam itu.

Pada tahun 1997, keberadaan inti pada planet Jupiter telah ditunjukkan melalui pengukuran gravitasi yang diperkirakan memiliki massa 12 hingga 45 kali lebih besar dari Bumi atau kurang lebih 3%–15% jumlah massa Jupiter. Keberadaan inti dalam sejarah Jupiter ditunjukkan oleh model pembentukan planet yang melibatkan pembentukan inti berbatu atau ber-es yang cukup besar untuk mengumpulkan hidrogen dari helium pada nebula proto matahari.

Sumber :
Cari Artikel Lainnya