Home » Kongkow » Catatan » Musim Kemarau Tiba, Penduduk Indonesia Wajib Berterima kasih

Musim Kemarau Tiba, Penduduk Indonesia Wajib Berterima kasih

- Selasa, 13 Juni 2017 | 10:00 WIB
Musim Kemarau Tiba, Penduduk Indonesia Wajib Berterima kasih

 Indonesia telah resmi memasuki musim kemarau. Meski belum seluruhnya, beberapa wilayah seperti bagian utara pulau Jawa telah lebih dulu mengalami musim kemarau. Untuk itu, bersiaplah bermandi peluh saat cuaca di sekitar semakin panas.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatoligi dan Geofisika ( BMKG) Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, sebagai negara di daerah tropis, matahari melewati Indoenesia dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Maret dan September. Hal ini membuat Indonesia mendapatkan radiasi matahari lebih banyak. Saat ini, matahari berada di belahan bumi utara, maka radiasi yang dipancarkan cenderung menurun.

“Nanti kalau matahari bergerak kembali ke arah selatan, mau ke bulan September, cenderung suhu naik lagi,” Kata Mulyono di kompleks Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Jumat (10/6/2017).


Mulyono mengatakan, bentuk geografis Indonesia sebagai negara kepulauan memberikan keutungan tersendiri. Dengan luas lautan yang mencapai dua per tiga dari wilayah Indonesia, wilayah perairan dapat menyumbangkan uap air saat terjadi penguapan. Uap air ini berfungsi sebagai peredam panas dari radiasi matahari. Dengan begitu, suhu udara bisa turun 2-3 derajat celsius.

“Kalau tidak ada uap air, bukan daerah kepulauan, dan dataran utuh, kecenderungan suhu pasti akan tinggi. Kalaupun suhu udara naik pada bulan September, klimatologis yang sudah kami monitor secara umum paling tinggi 34 hingga 35 derajat celsius,” ucap Mulyono.

Namun, panasnya suhu udara di setiap daerah bisa berbeda. Sebagai contoh, perkotaan pasti memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaaan. Fenomena itu terjadi karena perubahan lanskap kota dari yang sebelumnya ditutupi tumbuhan jadi didominasi gendung bertingkat.

Untuk daerah Jakarta, misalnya. Kawasan di Jalan M H Thamrin, Jakarta Pusat akan memiliki panas yang relatif lebih tinggi. “Jalan banyak bangunan padat cenderung lebih panas karena tidak punya lahan tutupan hijau” kata Mulyono.

Untungnya, Indonesia dikelilingi lautan. Jika tidak, suhu udara akan lebih tinggi seperti di Australia. Di negara tersebut, suhu udara bisa mencapai 40 derajat celsius. “Kalau indonesia seperti itu, satu daratan, uap air sedikit. Suhu udara bisa mencapai 40 derajat celsius,” ujar Mulyono.

Cari Artikel Lainnya