Home » Kongkow » Kuliner » Minyak kelapa tak terbukti lebih sehat

Minyak kelapa tak terbukti lebih sehat

- Rabu, 25 Januari 2017 | 09:00 WIB
Minyak kelapa tak terbukti lebih sehat

Jika Anda berpikir bahwa minyak kelapa menyehatkan, mungkin Anda salah. Sebab ternyata, tak ada riset yang pernah membuktikannya secara ilmiah.

Minyak kelapa mengandung 92 persen lemak jenuh. USDA dan American Heart Association merekomendasikan penggunaan minyak jenis ini agar dibatasi karena dapat meningkatkan kadar LDL (kolesterol buruk), yang memicu risiko penyakit jantung dan strok.

Selain itu, satu sendok makan minyak kelapa mengandung 117 kalori; 13,6 gram lemak (11,8 jenuh, 0,8 tak jenuh tunggal dan 0,2 tak jenuh ganda); 0 gram protein dan karbohidrat (0 gr serat dan gula). Artinya, sangat sedikit atau tidak ada sama sekali kandungan vitamin dan mineral.

Lantas, mengapa minyak kelapa selama ini digembar-gemborkan menyehatkan?

Sejauh ini, sebagian besar penelitian terdiri dari studi jangka pendek untuk menguji efek minyak kelapa pada kadar kolesterol. Sementara efek kesehatan menyeluruh tidak dapat diprediksi hanya dengan perubahan LDL dan HDL. Begitu kata Walter Willett, M.D., ketua departemen nutrisi Harvard School of Public Health.

Ia menduga kesimpulan singkat bahwa minyak kelapa menyehatkan, terkait adanya kandungan asam laurat yang tinggi dalam minyak kelapa. Setengah dari lemak jenuh dalam minyak kelapa mengandung asam laurat, yang akan meningkatkan HDL, bahkan lebih baik dibanding jenis lemak jenuh lainnya--misalnya lemak susu, jelasnya.

Adakah bukti yang menjelaskan bahwa minyak kelapa tak sehat?

Sepenggal temuan soal minyak kelapa dapat meningkatkan HDL itulah yang kemudian banyak digunakan dalam riset. Ada penelitian lanjutan yang menemukan orang yang mengonsumsi banyak produk kelapa tidak mengalami komplikasi jantung negatif. Ada pula yang berkesimpulan minyak kelapa bisa melindungi jantung.

Nutrition Reviews yang pertama membantah klaim tersebut dengan mengatakan "gagasan penelitian tidak akurat".

Selain karena data yang tidak lengkap, periset juga menemukan, populasi peserta sedang mengonsumsi buah kelapa asli sebagai bagian dari dietnya, bukan sekadar menambahkan minyak kelapa dalam masakan sebagaimana gaya makan Barat umumnya.

Mendukung bantahan tersebut, studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal American College of Cardiology menyatakan, ternyata HDL tak sesehat yang dibayangkan para ahli.

Studi menemukan bahwa memiliki HDL tinggi tak menjamin orang terlindung dari serangan jantung atau stroke. Selain itu, orang yang punya HDL paling tinggi (lebih dari 70 mg) justru lebih berisiko mengalami kematian akibat penyakit nonjantung atau stroke, dibanding orang yang HDL-nya di kisaran normal (sekitar 41-60 mg).

Jadi pada akhirnya, minyak kelapa memang tak selalu baik untuk kesehatan. Sebagaimana disimpulkan periset Nutrision reviews, tak ada bukti bahwa makan minyak kelapa akan meningkatkan kolesterol baik, pun mengurangi risiko jantung.

Begitu pula yang disampaikan Dr. Willet pada Health, "Tidak ada bukti langsung bahwa minyak kelapa memiliki lemak sehat."

Apakah sebaiknya penggunaan minyak kelapa dihindari?

Bukan dihindari, tapi digunakan secara bijak. Berikut saran para ahli dalam WebMD dan Medical News Today untuk menggunakan minyak kelapa:

  • Hindari makanan kemasan yang mengandung minyak kelapa terhidrogenasi. Ini sama berbahayanya dengan minyak proses yang mengandung lemak trans.

  • Gunakan minyak kelapa murni berlabel "virgin oil" untuk memasak. Ini lebih baik karena diekstrak dari buah kelapa segar tanpa menggunakan suhu tinggi atau bahan kimia.

  • Batasi penggunaan minyak kelapa, sama dengan menggunakan minyak goreng.

  • Minyak kelapa paling lezat untuk memanggang karena cita rasanya yang unik.

  • Gunakan sebagai pengganti mentega.

  • Simpan minyak kelapa di tempat yang sejuk dan tidak terpapar matahari agar awet.

  • Sertakan juga sumber lemak sehat seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein tanpa lemak saat mengonsumsi minyak kelapa.

Cari Artikel Lainnya