Home » Kongkow » Religi Kristen » Kesaksian Kristen, Brryan Jackson yang disuntik HIV oleh ayah kandungnya sendiri

Kesaksian Kristen, Brryan Jackson yang disuntik HIV oleh ayah kandungnya sendiri

- Sabtu, 11 April 2020 | 08:02 WIB
Kesaksian Kristen, Brryan Jackson yang disuntik HIV oleh ayah kandungnya sendiri
Mungkin nama Brryan Jackson masih terdengar asing ditelinga kita. Brryan Jackson merupakan seorang pemuda yang hidup bersama dengan virus HIV dalam tubuhnya. Virus HIV itu sudah ada dalam tubuhnya sejak ia masih bayi sebab papa kanduknya sendiri tega menyuntikkan jarum suntik yang sudah dilumuri darah penderita HIV. Brryan Jackson bersaksi bahwa ia terlampau bersyukur kepada Tuhan sebab Tuhan masih memberinya kesempatan untuk menekuni hidup meskipun virus HIV masih ada dalam tubuhnya.

Pada saat ini umur Jackson menginjak 24 tahun yang artinya virus HIV sudah ada dalam tubuhnya lebih berasal dari 20 tahun. Untuk memaafkan mungkin Jackson masih sukar untuk melakukannya. Bahkan ia berharap ayahnya mendekam di balik jeruji besi sepanjang mungkin. Kali pertama ia wajib bertemu ayahnya lagi adalah disaat ia mendatangi ayahnya di Pemasyarakatan Missouri, Amerika Serikat. Jackson menunggu di area menunggu tahanan bersama dengan perasaan yang bercampur aduk. Tentunya ada sedikit amarah dalam hatinya.

Tujuan Jackson hari itu bukanlah untuk terlampau mendatangi ayahnya, Bryan Stewart. Namun ia datang kesana untuk membacakan sebuah pengakuan yang memuat harapan dan menegaskan bahwa ayahnya akan selalu mendekam di balik jeruji besi seumur hidupnya. Jackson apalagi tidak dambakan menatap ayahnya dan apalagi ia tidak mengenalinya lagi sebagai sosok seorang ayah. Namun, hal yang terlampau diyakini oleh Jackson sekarang adalah bahwa Tuhan selalu menyertai dirinya. Tuhan lebih besar berasal dari semua nya supaya ia punyai keberanian untuk menapaki hidupnya dan pada saat itu bisa membacakan surat pengakuan di depan ayahnya dan di depan banyak orang.

Kisah ini berawal saat papa dan ibu Jackson bertemu di sebuah layanan pelatihan militer di Missouri, di mana mereka berdua ikuti pelatihan sebagai petugas medis. Pada pertengahan 1991, ibunya mempunyai kandungan Jackson. Awalnya semua terlihat baik-baik saja dan ayahnya terlampau bahagian dan menyambut kelahiran Jackson. Namun, sepenuhnya beralih disaat ayahnya wajib pergi ke operasi militer Desert Storm di Arab Saudi.

Sepulangnya berasal dari Arab Saudi, sikap ayahnya terlampau tidak serupa kepada Jackson apalagi ia menyangkal bahwa Jackson adalah putranya. Tidak hingga disana, ia apalagi berharap dilaksanakan tes DNA dan menyerang istrinya sendiri baik secara fisik maupun verbal.

Karena tidak tahan bersama dengan perlakuan suaminya, ibu Jackson pun pergi meninggalkan suaminya. Meskipun sudah berpisah, mereka terus bertengkar terlebih soal cost tunjangan anak sebab Stewart menampik untuk mengimbuhkan nafkah. Selama perselisihan ini berlangsung, papa Jackson selalu melontarkan ancaman yang menyeramkan dan kerap menyebutkan jikalau Jackson pasti tidak akan hidup samapi umur lebih berasal dari lima tahun.

Stewart yang pada saat itu bekerja sebagai seorang penguji darah di laboratorium diam-diam mengambil alih sampel darah yang terinfeksi virus HIV dan menyimpannya di dalam rumah. Sebenarnya disaat umur Jackson 11 bulan, ia menyebutkan bahwa papa dan ibunya tidak dulu saling terkait lagi. Namun, disaat Jackson terserang asma dan wajib dirawat di tempat tinggal sakit, ibunya menelepon papa Jackson untuk memberitahu kabar anaknya.

Tak diduga, Stewart datang ke tempat tinggal sakit untuk mendatangi Jackson. Ia apalagi berharap ibunya untuk minum di kantin supaya Stewart bisa berduaan bersama dengan Jackson. Ketika isterinya pergi, justru hal tak terduga terjadi. Ia mengambil alih botol yang memuat darah orang terinfeksi HIV lalu menyuntikkannya ke tubuh Jackson. Karena darah itu tidak cocok bersama dengan darah Jackson, organ-organ mutlak yang ada dalam tubuh kecilnya langsung terserang hingga tidak berfaedah secara normal. Ia bercerita bahwa pada tahun 1992 dokter mendiagnosisnya terjangkis AIDS stadium akhir. Dalam suasana sekarat dokter memulangkannya ke tempat tinggal sebab dokter sudah tidak bisa lagi untuk menanggulangi Jackson.
Mengetahui di dalam tubuh anaknya terinfeksi virus HIV pasti ibu Jackson jadi putus asa. Dari minggu ke minggu suasana Jackson terus memburuk. Ibu Jackson mengupayakan untuk membuat sembuh dirinya bersama dengan datang ke berbagai dokter bahkanmengikuti serangkaian tes. Namun hasilnya tetaplah nihil sebab virus itu tidak bisa dihilangkan berasal dari tubuh Jackson.

Selain infeksi virus HIV, Jackson termasuk mengalami tiga infeksi akut dalam tubuhnya. Para dokter apalagi menyebutkan jikalau sudah tidak ada lagi harapan bagi kelangsungan hidup Jackson.
Meskipun demikian, para dokter yang memelihara Jackson terus mengimbuhkan perawatan dan pengobatan meskipun bersama dengan obat yang terbatas. Jackson menyebutkan bahwa pada saat itu ia terlampau ketakutan. Ia tidak dambakan mati. Ia termasuk bicara bahwa keadaannya dalam satu hari bisa beralih bersama dengan cepat. Ketika pagi hari dia baik-baik saja, satu jam seterusnya ia bisa dilarikan ke tempat tinggal sakit sebab infeksi lain. Ia apalagi wajib menderita masalah pendengaran sebagai efek samping berasal dari obat-obatan yang dikonsumsinya.

Namun hal yang patut disyukurinya adalah ia bisa bertahan hidup apalagi keadaannya semakin membaik. Dokter pun mengijinkannya untuk bersekolah dan jadi belajar di kelas paruh waktu. Meskipun demikian, ia wajib terus mempunyai obat-obatan dalam ranselnya. Obat-obatan tersebut wajib selalu disuntikkan lewat pembuluh darah Jackson supaya ia selalu bisa bertahan melawan virus yang ada dalam tubuhnya.

Dalam kehidupan sosialnya Jackson bercerita bahwa ia diasingkan. Teman-teman apalagi orang tua sekalipun was-was untuk berkenalan bersama dengan Jackson. Jackson apalagi selalu dibully dan diejek oleh teman-temannya. Bahkan Jackson jadi sudah tidak ada lagi banginya area di dunia ini.
Untuk mengakibatkan hidupnya lebih baik, pada umur 10 tahun Jackson menyebutkan bahwa ia jadi mengumpulkan potongan-potongan kisah kejahatan ayahnya pada dirinya. Awalnya Jackson terlampau marah dan apalagi benci kepada ayahnya. Namun, saat usinya 13 tahun, Jackson jadi mempelajari Alkitab sendiri di kamartidurnya dan selanjutnya Ia menemukan keyakinan untuk memaafkan kejahatan ayahnya. Meskipun hingga saat ini ia belum bisa memaafkan ayahnya sepenuhnya tapi kebencian dalam dirinya sudah sedikit berkurang.

Jackson menyebutkan bahwa pada saat ini kuantitas sel T dalam tubuhnya sudah di atas umumnya yang artinya dirinya tidak punyai kesempatan untuk menularkan virus. Setiap harinya ia wajib terus konsumsi 23 pil obat hingga sekarang status HIV nya jadi tidak terdeteksi. Jackson sekarang bekerja sebagai motivator dan punyai badan amal “Hope is Vital” yang mempromosikan pemahaman tentang HIV. Ia termasuk punyai harapan besar dalam dirinya untuk jadi seorang papa dan membesarkan anak-anaknya bersama dengan pandangan bahwa dunia adalah area yang damai. Ia termasuk dambakan memelihara anak-anaknya baik suka maupun duka.

Dari kesaksian Jackson ini kami belajar bahwa Tuhan punyai konsep yang indah bagi anak-anakNya. Ketika semua orang melihat kami rendah apalagi mearagukan kita, justru Ia akan bertindak menuruh kasih dan kuasaNya. Tentu saja Jackson masih bisa hidup di dunia ini bukan sebab kekuatannya atau kekuatan ibunya atau kekuatan para medis. Ia masih bisa ada di dunia ini sebab penyertaan dan kasih Tuhan. Dalam tiap tiap persoalan yang dihadapi, Jackson selalu berdoa dan bersyukur pada Tuhan apalagi Ia mempelajari FirmanNya supaya ia bisa mengetahui maksud Tuhan dalam hidupnya. Hingga selanjutnya Tuhan memulihkan Jackson.

Jika pada saat ini kamu sedang hadapi masalah, berdoa dan berserahlah pada Tuhan sebab Ia akan jalankan tingkah laku yang hebat atas hidup kamu baik hari ini apalagi selamanya. Kiranya kesaksian Jackson ini bisa memberkati dan mengimbuhkan kami kekuatan bahwa Tuhan punyai kuasa dan konsep indah bagi umat yang dikasihiNya. Tuhan Yesus memberkati.
Cari Artikel Lainnya