Home » Kongkow » Catatan » Kartini: Sebagai Ibu, Wanita adalah Pendidik Pertama Umat Manusia

Kartini: Sebagai Ibu, Wanita adalah Pendidik Pertama Umat Manusia

- Jumat, 21 April 2017 | 12:00 WIB
Kartini: Sebagai Ibu, Wanita adalah Pendidik Pertama Umat Manusia

Sebagai ibu, wanita adalah pendidik pertama umat manusia. Sebab di pangkuannyalah anak mulai belajar merasai, berpikir, dan berbicara.

Pada banyak peristiwa, pendidikan paling awal ini bukan tanpa arti untuk seluruh kehidupan anak.

Tangan ibunyalah yang mula-mula menaruh benih pengertian baik dan buruk di hati anak, yang tidak jarang akan menetap seterusnya pada manusia.

Bukan tanpa alasan jika kebajikan dan kejahatan serentak bersama-sama dengan air susu ibu. Tapi, bagaimana ibu Jawa bisa mendidik anak-anak mereka jika mereka sendiri tidak terdidik?

Peradaban dan kemajuan bangsa Jawa tidak akan pernah melangkah dengan pasti, jika wanitanya tertinggal dan tidak ada tugas untuk itu yang bisa disandangnya!

Kembangkan budi dan akal wanita Jawa: pasti nanti muncul pekerja-pekerja penyerta yang tangguh untuk karya agung yang sangat indah: peradaban bangsa.

Berilah Jawa ibu yang pandai, peradaban dan peningkatan bangsa ini akan hanya soal waktu. Sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, keluarga juga harus bekerja sama.

Kekuatan mendidik justru mesti datang dari keluarga: keluarga ada terus-menerus, siang dan malam, sedangkan sekolah hanya ada beberapa jam saja seharinya.

Bagaimana keluarga bisa memancarkan berkah pendidikan, jika unsurnya yang paling utama, wanita, ibunya, sama sekali tidak mampu mendidik?

Untuk tujuan itu, sebaiknya sekarang didirikan sekolah, berasrama; tapi sekolah berasrama demikian hendaknya terbuka juga bagi murid yang tinggal di luar.

Bahasa pengantarnya sebaiknya bahasa Belanda.

Sebab, hanya kemahiran dalam bahasa Eropalah, yang terkemula sudah barang tentu bahasa Belanda, yang bisa membawa lapisan teratas masyarakat bumiputra kepada perkembangan dan kebebasan spiritual.

Cara yang terbaik untuk belajar bahasa ialah sebanyak mungkin berpikir dan berbicara dalam bahasa itu.

Tapi bahasa sendiri pun tidak boleh diabaikan; bahkan bahasa sendiri pun mestilah dipelihara dengan saksama, di samping bahasa Belanda.

Alangkah indahnya pikiran yang hendak menterjemahkan karya Eropa yang mengandung pengembangan dan pendidikan bagi orang Jawa ke dalam bahasa Jawa.

Cari Artikel Lainnya