Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Inilah Kalimat yang Dianggap Positif Ternyata Sangat Toxic!

Inilah Kalimat yang Dianggap Positif Ternyata Sangat Toxic!

- Sabtu, 09 April 2022 | 12:00 WIB
Inilah Kalimat yang Dianggap Positif Ternyata Sangat Toxic!

Ketika sahabat atau keluarga kita ada yang sedang tertimpa musibah, tentunya kita akan memberikan semangat, agar mereka bisa bangkit kembali. Namun, sayangnya, beberapa dari kita sering kali keliru dalam pemilihan kata. Sehingga kalimat yang dianggap positif malah menjadi toxic positivity bagi mereka yang menerimanya.

5 Kalimat yang Dianggap Positif Ternyata Sangat Toxic!

terkapar.id

Agar kita tidak lagi mengulangi hal tersebut, berikut kami telah merangkum beberapa kalimat yang dianggap positif tapi sangat toxic.

1. “Yasudah, lebih baik lihat positifnya saja”

Mungkin kamu sering menderngar atau mengatakan kalimat ini, ketika salah seorang temanmu mendapati masalah dalam hidupnya. Dari kalimat di atas, bisa saja maksudnya memang baik, apabila melihat sisi positif dari kejadian yang tidak mengenakkan.

Namun, terkadang setiap orang yang curhat, hanya ingin didengar saja, loh. Sebab, jika kamu hanya menyuruh mereka melihat sisi positif, dapat membuatmu merasa bahwa kamu adalah seorang pengeluh, padahal baru kali ini curhat.

Lantas, bagaimana sih caranya agar kita bisa tetap mendengarkan curhatan mereka, tapi tetap bisa membuatnya bangkit kembali? Misalnya, “Oh iya, itu memang menyebalkan banget. Mungkin ada hal yang bisa aku bantu agar kamu bisa lebih baik?” Bukankah kalimat ini lebih enak didengar?

2. “Makanya, rajin sedekah dong”

Kalimat ini sering kali terdengar, ketika seseorang tertimpa musibah dalam hal kehilangan harta atau bendanya. Jika diibaratkan, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Dengan kalimat tersebut, seolah-olah mereka yang kehilangan adalah orang yang pelit dan tidak pernah sedekah.

Hal ini bukan hanya terjadi di dunia nyata, tapi sering juga terlihat di dunia maya, loh. Kalimat di atas tidaklah santun untuk diucapkan kepada mereka yang sedang terkena musibah. Alangkah lebih baiknya gantilah kalimat tersebut dengan “Bisa jadi saat ini Allah sedang mengujimu, yang sabar, ya, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik.”

3. “Gak usah lebay, aku sudah berkali-kali gagal, tapi biasa aja”

Jangan pernah samakan usahamu dengan orang lain, begitupun dengan kegagalan yang mereka alami. Apalagi, kita tidak tahu seberapa besar usaha mereka dan seberapa banyak pengorbanan yang telah dilakukannya.

Biasanya seseorang yang melontarkan kalimat tersebut adalah tipe yang egosentris. Melihat segala sesuatu dari kacamata diri sendiri dan itu bukanlah hal yang baik. Jika kalimat tersebut masih terus dilontarkan, bisa-bisa kita akan dijauhi orang lain.

4. “Masa segitu saja sudah menyerah sih, padahal ini belum seberapa dari usahaku kemarin, loh”

Mungkin niat dari kata-kata tersebut adalah untuk membangkitkan semangat seseorang. Namun, sayangnya, mereka tidak akan terhibur, karena kalimat tersebut hanya membanding-bandingkan saja. Sikap seperti ini sebaiknya dibuang jauh-jauh. Karena setiap orang memiliki ujian dengan kapasitas yang berebeda. Bisa jadi apa yang kamu anggap ringan pada orang lain, belum tentu kondisinya sama.

Daripada berkata demikian, coba deh diubah narasinya menjadi “Iya, aku bisa ngertiin kalau apa yang kamu jalani saat ini sama sekali tidak mudah. Tapi aku yakin kalau kamu pasti bisa melewati itu, jadi semangat terus, ya! Jika ada yang ingin kamu ceritakan nanti, jangan ragu untuk membicarakannya denganku”.

5. “Harusnya kamu banyak bersyukur, masih banyak yang lebih menderita”

Memang benar, masih banyak orang yang bisa jadi penderitaannya jauh lebih parah dari kita. Namun, bukan berarti apa yang kita alami adalah hal remeh, sehingga tidak patut untuk dikeluhkan. Sering mengeluh memang tak baik, tapi bukan berarti tak boleh terjadi sama sekali.

Sangat manusiawi kok, ketika kita merasakan beban berat di pundak, dan sesekali ingin didengar. Setidaknya dengan didengarkan, bisa jadi penyemangat tersendiri bahwa kita masih punya orang di sekitar yang peduli dan sayang. Dari situ bisa membuat kita menjadi semangat lagi.

Berusaha berpikir positif memang baik, tapi bukan berarti mengubur emosi-emosi negatif. Mengubur rasa takut, marah, atau sedih, hanya demi terlihat bahagia, justru lama-lama akan menumpuk dan menimbulkan stres hingga depresi.

Itulah beberapa kalimat yang dianggap positif, padahal sangat toxic sekali. Lantas, bagaimana caranya agar kita tidak terjebak dalam toxic positivity?

  • Dengarkan mereka ketika bercerita. Jadilah pendengar yang baik, tapi jangan sampai menyela, apalagi sampai cerita masalah kalian.
  • Berusahalah untuk mempertajam rasa empati kalian. Tempatkan diri kalian pada posisi teman kalian tersebut dan jangan menghakimi. Sebab, dengan menghakimi tentu tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada malah teman kalian akan semakin merasa terpuruk.
  • Biarkan mereka mengekspresikan perasaan mereka, baik menangis, muram atau marah, asal dalam batas wajar dan tidak sampai merugikan orang lain maupun diri sendiri.
  • Tidak perlu mengucapkan kalimat positif jika hal tersebut hanya bertujuan untuk basa-basi. Lebih baik kalian selalu mendampingi mereka menghadapi masalah yang ada. Karena dukungan, kehadiran, serta waktu yang kalian luangkanlah yang paling berarti, bukan sekedar kalimat-kalimat positif tanpa makna.
Sumber :
Cari Artikel Lainnya