Home » Kongkow » Cerpen » Hikmah Dibalik Setangkai Mawar

Hikmah Dibalik Setangkai Mawar

- Jumat, 28 Oktober 2016 | 11:04 WIB
Hikmah Dibalik Setangkai Mawar

Suatu hari ada seorang pemuda sederhana.
Lalu ia mendatangi keluarga yang memiliki 5 orang anak gadis,
ia ingin memperistri salah satunya.

Tapi ibu sang gadis tidak ingin menunjukkan bagaimana fisik anak-anaknya, yang katanya cantik-cantik itu.
Ibunya meminta setangkai bunga dari sebuah kebun yang memiliki bunga yang cantik dan wangi.
Pemuda itu diminta mengambil 1 bunga dari semua bunga yang ada.
Tapi setiap melewati satu jenis bunga,
dan berniat mengambil bunga itu karna merasa bunga itu cukup cantik dan ia menyukainya.

Tapi jika pemuda tidak mengambil bunga itu,
pemuda tidak boleh kembali untuk mengambil bunga sebelumnya.
ia harus berjalan terus sampai pintu keluar.

Lalu tiba ibu dan pemuda itu di kebun, pemuda memasuki kebun itu, ia berjalan. Dan menemui bunga yang cantik dan wangi,
tapi ia berharap dan meyakinkan dirinya ada bunga di depan yang lebih cantik. Tiba ia dibarisan kedua, ia mendapati bunga yang cantik lagi,
begitu seterusnya sampai tiba dipojok kebun, sang ibu menyusul dari belakang. Dan bertanya,”bagaimana nak?

Apa kau sudah mendapat bunganya, bunga yang menurutmu cantik, tapi kenapa kau tak membawa setangkai pun?”.

Dengan wajah kecewa, pemuda itu berkata, “duhai ibu, aku tidak mendapatkan setangkai pun, aku selalu mengira bahwa di depan nanti aku akan mendapatkan bunga yang lebih cantik, begitu terus sampai aku tiba disini”.

Lalu ibu itu bertanya kembali, “lalu, mana yang menurutmu bunga yang paling cantik?”, pemuda itu menjawab, “bunga yang pertama kali aku temui, bu”.

“itulah nak, berharap itu boleh, tapi jangan melampaui batas, sudah menemukan yang baik, kenapa ingin yang lebih baik?
kenapa tidak bersyukur dan menerima, coba kalau kau ambil bunga yang sejak awal kau menemukannya, kau tidak akan kecewa dan menyesal, meskipun ada bunga-bunga yang lebih cantik dan sempurna,

Tapi yakinlah bahwa bungamu yang paling cantik.” Sang pemuda hanya diam
Lalu sang ibu berbicara kembali, “bayangkan jika bunga-bunga itu adalah anak-anak gadisku, kau pasti ingin melihat semua kan?

Lalu kau akan membandingkannya. Siapa yang mau dibandingkan?
Tidak ada. Lalu jika kau tidak membandingkan, kau ingin memiliki semuanya? Tapi jika tadi kau mengambil bunga pertama kau akan kuberikan pada anak pilihanku yang menurutku seperti baik untukmu.”

Sumber :
Cari Artikel Lainnya