Home » Kongkow » Prestasi » Herayati Anak Tukang Becak dari Cilegon Jadi Mahasiswa Nilai Tertinggi di ITB

Herayati Anak Tukang Becak dari Cilegon Jadi Mahasiswa Nilai Tertinggi di ITB

- Senin, 13 Februari 2017 | 18:00 WIB
Herayati Anak Tukang Becak dari Cilegon Jadi Mahasiswa Nilai Tertinggi di ITB

Masih ingat dengan Herayati anak tukang becak warga Lingkungan Masigit, Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon yang diterima kuliah secara gratis di Fakultas Matematika dan IPA Institut Teknologi Bandung (ITB) ?.

Saat ini remaja lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Cilegon itu menjadi mahasiswa terbaik di fakultas ternama tersebut dengan nilai Index Prestasi Kumulatif (IPK) 4.

Berkat prestasinya, Hera begitu panggilannya, bakal mendapatkan program fast track yakni program S1 dan S2 hanya dalam waktu 5 tahun saja. Tentu prestasi yang luar biasa bukan?.

“Alhamdulilah dapat IP 4. Berkat IP itu saya mendapat penghargaan dari dekan FMIPA ITB,” ujar Hera.

Hera mengaku penghargaan tersebut membuat motivasi belajarnya semakin tinggi. Apalagi dirinya ditawarkan mendapatkan program fast track. Sehingga dia harus lebih keras lagi dalam belajar.

“Saya sekarang lagi ngejalanin program honours yakni program bagi mahasiswa dengan kemampuan akademik yang baik. Insya Allah akan lanjut ke program fast track yaitu program S1 dan S2 hanya 5 tahun. Belum tahu ada beasiswa atau tidak untuk S2 ini. Namun saya akan berusaha bisa mencapai program ini. Mohon doanya,” terang Hera.

Herayati diterima masuk ITB pada tahun 2014 lalu melalui seleksi cukup ketat di ITB. Keterbatasan ekonomi tidak menghalangi Herayati untuk menambatkan cita-citanya setinggi langit. Bersatus sebagai anak tukang becak, Herayati (19) ternyata mampu lulus di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Tinggal bersama keluarga kurang mampu menjadikan kebanyakan seseorang kurang bersemangat dalam meraih cita-cita dan memiliki pendidikan tinggi.

Namun berbeda dengan Herayati, justru dengan latar belakang kurang beruntung, dia menjadi lebih bersemangat untuk terus belajar demi meraih impiannya.

Tinggal di rumah sederhana di Lingkungan Masigit, Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol dara berkerudung itu mempunyai cita-cita mulia.

Meski penghasilan orangtuanya bisa dibilang sangat kurang, namun Hera mampu membuktikan kalau dirinya juga siap bersaing dengan para pelajar lainnya yang lebih beruntung. Hal itu dibuktikannya dengan lolos tes di ITB Bandung.

Tentu tidak mudah untuk bisa lolos di institut ternama yang sudah banyak melahirkan para intelektual di Indonesia itu. Bahkan bagi para pelajar berduit sekalipun.

Hanya bagi orang yang memiliki prestasi terbaik saja yang bisa masuk ke perguruan tinggi tersebut. Dalam sehari-harinya, Sawiri ayahanda Hera berprofesi sebagai tukang becak di sekitar wilayah Kecamatan Grogol.

Penghasilannya pun tidak seberapa yakni hanya sebesar Rp 15.000. Jumlah tersebut tentu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Apalagi untuk bisa menyekolahkan anaknya hingga bisa ke perguruan tinggi. Namun tidak ada yang tidak mungkin bagi Hera, dia percaya Allah maha kaya.

Berkat kegigihannya dan semangat yang cukup kuat, Hera juga menginspirasi masyarakat sekitar dengan memberikan bantuan kepadanya agar bisa menggapai cita-citanya besarnya itu.”Selama ada ada kemauan, Insya Allah ada jalan. Saya yakin Allah maha kaya,” kata Hera waktu itu.

Bukan kebetulan Hera bisa diterima di ITB. Sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pulomerak dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pulomerak, Hera selalu meraih rangking pertama. Hal itu berkat kerja keras dan semangat belajarnya selama ini.

Dia juga tidak patah semangat ketika dirinya tidak lolos dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ITB akibat nilai mata pelajaran rapor yang nilainya cukup besar diragukan kebenarannya.

“Waktu ikut SNMPTN ITB, panitianya tidak percaya kalau nilai saya di raport besar-besar. Akhirnya saya ikut tes tertulis dan akhirnya saya diterima,” terangnya.

Keberhasilan dirinya dalam belajar tidak lain karena inspirasi orangtuanya yang selama ini hidup dalam kesusahan. Dia menginginkan orangtuanya bisa hidup lebih baik.

“Saya ingin merubah hidup orangtua saya dan ingin membangun daerah kelahiran saya,” kata Hera seraya menyatakan cita-citanya selama ini menjadi konsultan perusahaan.

Sementara itu, Sawiri, ayahanda Hera mengaku sangat bangga terhadap anaknya tersebut. Dia mengaku tidak bisa berkata-kata apapun ketika Hera dinyatakan lulus di ITB Bandung. “Saya tidak bisa berbuat banyak selain berdoa kepada Allah untuk kesuksesan Hera,” ucapnya seraya meneteskan air mata.

Cari Artikel Lainnya