Home » Kongkow » Materi » Eutrofikasi dan Bentuk Pencemaran Air Lainnya

Eutrofikasi dan Bentuk Pencemaran Air Lainnya

- Rabu, 04 September 2019 | 11:19 WIB
Eutrofikasi dan Bentuk Pencemaran Air Lainnya

Kebutuhan akan air bagi makhluk hidup, termasuk manusia, merupakan hal yang sangat penting. Jenis air yang dapat dikonsumsi harus memenuhi syarat fisik, kimia, maupun biologis. Secara fisik air layak dikonsumsi jika tidak berbau, berasa, maupun tidak berwarna. Dari syarat kimia, air tidak boleh mengandung racun  maupun zat – zat kimia berbahaya. Untuk syarat biologi, air tidak mengandung bakteri seperti protozoa atau kuman – kuman penyakit. Oleh karena itu kebersihan dan terbebasnya air dari polutan menjadi hal yang sangat penting.

Sayangnya, aktivitas manusia yang dilakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan sehari – hari dapat menjadi pemicu timbulnya pencemaran lingkungan, salah satu diantaranya adalah pencemaran air. Limbah cair yang berasal dari sisa – sisa operasional pabrik memiliki kandungan zat beracun serta logam – logam berat seperti timbal (Pb), air raksa (Hg), cadmium (Cd) dan seng (Zn). Bukan hanya itu, limbah cair hasil sisa aktivitas rumah tangga seperti sisa detergen juga dapat menjadi penyebab pencemaran air. Limbah cair tersebut dapat mencemari air bersih yang berada di sekitar lingkungan.

Pencemaran Air

Salah satu akibat dari bentuk pencemaran air adalah eutrofikasi? Apa itu eutrofikasi? Bagaimana eutrofikasi dapat berdampak pada kondisi air? Selain eutrofikasi, apa saja bentuk pencemaran air lainnya yang dapat terjadi? Simak ulasan lebih lengkapnya pada bahasan di bawah.

Apa itu Eutrofikasi?

Bentuk pencemaran air yang cukup sering dibahas adalah eutrofikasi. Pencemaran air – eutrofikasi merupakan pencemaran air yang timbul karena limbah pertanian yang dihasilkan dari penggunaan pupuk, pestisida, atau bahan organik lainnya secara berlebihan. Penggunaan pupuk berlebihan yang mengandung senyawa nitrat dan pospat dapat terbawa ke sungai oleh air hujan. Kemudian akan berkumpul di danau atau bendungan.

Kandungan pupuk yang terbawa akan mengendap sehingga membuat kandungan zat hara di perairan meningkat. Akibat meningkatnya zat hara dalam perairan membuat alga atau ganggang, eceng gondok, dan tumbuhan sejenis lainnya tumbuh dengan sangat subur. Sehingga, terjadilah blooming algae yaitu banyaknya alga, ganggang, eceng gondok, dan tumbuhan sejenis lainnya di suatu perairan.

Oksigen pun banyak dibutuhkan oleh ganggang untuk pertumbuhannya serta penguraian nya jika ganggang tersebut mati. Akibatnya, kadar oksigen di perairan sangat sedikit. Sehingga terjadi kompetisi penggunaan oksigen yang mengakibatkan air menjadi kekurangan oksigen dan ikan-ikan mati. Hal tersebut menjadikan kondisi di perairan tidak dapat ditinggali oleh organisme yang memerlukan oksigen.

Peristiwa inilah yang disebut sebagai Eutrofikasi.

Eutrofikasi dan Bentuk Pencemaran <a href=Air Lainnya" src="https://idschool.net/wp-content/uploads/2019/07/Eutrofikasi-Pencemaran-Air.png" style="height:149px; width:400px" />

Mengapa Eutrofikasi Berbahaya?

Dalam basahan pengertian eutrofikasi telah disinggung sedikit bahwa adanya fenomena eutrofikasi menyebabkan perairan tidak dapat ditinggali oleh organisme yang memerulukan oksigen. Pembahasan selanjutnya ini akan menjelaskan mengapa eutrofikasi berbahaya secara lebih detail.

Permukaan air yang tertutup oleh tumbuhan air akan membuat difusi oksigen dan penetrasi cahaya matahari ke dalam air menjadi terhalang. Sementara tumbuhan air terus-menerus mengambil air dan menguapkannya ke udara. Aktivitas ini akan mempercepat habisnya cadangan air di tempat tersebut.

Akibatnya, alga menjadi kekurangan cahaya sehingga laju fotosintesis terganggu.

Lebih dari itu, semakin menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air menyebabkan kematian organisme air. Pembusukan oleh organisme pengurai juga akan semakin menipiskan kadar oksigen terlarut.

Pengaruh negatif dari eutrofikasi adalah terjadinya perubahan keseimbangan kehidupan antara tanaman air dengan hewan air, sehingga beberapa spesies ikan mati.

Menurut laporan hasil penelitian, kandungan nitrat yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan gangguan sistem peredaran darah pada bayi berumur di bawah 3 bulan. Penyakit ini disebut blue baby syndrome (gejala bayi biru) yang ditandai dengan warna kebiruan pada daerah sekitar bibir dan pada beberapa bagian tubuh.

Bentuk Pencemaran Air Lainnya

Bentuk pencemaran air lainnya meliputi beberapa hal seperti tercemarnya air dengan zat berbahaya, tercemarnya air oleh DDT, rusaknya ekosistem air, air sebagai sumber penularan penyakit,  dan terancamnya habitat laut. Bentuk pencemaran air dapat diakibatkkan oleh sebab – sebab berikut.

Penyebab Pencemaran air dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

  1. Pembuangan limbah industri ke perairan (sungai, danau, laut)
  2. Pembuangan limbah rumah tangga (domestik) ke sungai, seperti air cucian, air kamar mandi
  3. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan
  4. Terjadinya erosi yang membawa partikel-partikel tanah ke perairan
  5. Penggunaan racun dan bahan peledak dalam menangkap ikan
  6. Pembuangan limbah rumah sakit, limbah peternakan ke sungai
  7. Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas pantai.

Berikut ini adalah bentuk – bentuk pencemaran air lainnya.

1.    Tercemarnya air oleh zat berbahaya

Pada bagian awal telah disinggung bahwa limbah cair yang berasal dari sisa – sisa operasional pabrik memiliki kandungan zat beracun serta logam – logam berat seperti timbal (Pb), air raksa (Hg), cadmium (Cd) dan seng (Zn). Limbah cair yang mengandung zat – zat beracun dapat bercampur dengan air sungai sehingga kandungan air menjadi tercemar. Air tercemar zat berbahaya yang ter konsumsi dapat mengancam nyawa seseorang.

2.   Kadar DDT

Bukan hanya limbah cair dari aktivitas produksi pabrik, limbah pestisida yang digunakan dalam pertanian, seperti DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) dapat merangsang pertumbuhan kanker, menyebabkan gangguan ginjal, dan gangguan kelahiran. DDT bersifat non biodegradable (tidak dapat terurai secara alamiah), karena itu jika dipergunakan dalam pemberantasan hama DDT akan mengalami perpindahan melalui rantai makanan, akhirnya tertimbun dalam tubuh konsumen terakhir.

Semakin tinggi tingkat trofi makin pekat kadar zat pencemarnya. Hal ini disebut biological magnification (pemekatan hayati).

Biological Magnification

3.   Rusaknya Ekosistem Air

Penggunaan racun dan bahan peledak dalam menangkap ikan menimbulkan kerusakan ekosistem air. Bahan peledak dapat menghancurkan terumbu karang. Di samping merusak ekosistem terumbu karang, penggunaan bahan peledak juga merusak habitat dan tempat perlindungan ikan. Racun tidak hanya membunuh hewan sasaran yaitu ikan yang berukuran besar, tapi juga memutuskan daur hidup dan regenerasi ikan tersebut.

4.   Sumber Penularan Penyakit

Limbah rumah sakit dan limbah peternakan sangat berbahaya jika langsung dibuang ke sungai. Kandungan organisme seperti bakteri, protozoa pathogen dapat menjadi sumber penularan penyakit.

5.   Terancamnya Habitat Laut

Tumpahan minyak di laut karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas pantai mengakibatkan kematian kerang, ikan, dan larva ikan di laut. Hal ini karena aromatik hidrokarbon seperti benzene dan toluene bersifat toksik. Sebagian minyak dapat membentuk lapisan mengambang dan lengket yang menyebabkan burung – burung laut tidak dapat terbang karena lengketnya sayap. Lapisan minyak di permukaan air dapat menghalangi difusi oksigen ke air laut, sehingga berakibat terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut. Hal ini akan membahayakan kehidupan di laut.

Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Air

Pencegahan dan penanggulanga pencemaran air dapat dilakukan dalam berbagai upaya.

Upaya pertama: pembangunan kawasan industri sebaiknya disertai dengan perencanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Selain hal tersebut kawasan industri harus memenuhi syarat telah memiliki instalasi pengolahan limbah, jauh dari pemukiman warga, serta seminimal mungkin menghasilkan limbah.

Limbah cair dari pabrik sebaiknya disaring, diencerkan, diendapkan dan dinetralkan dulu sebelum dibuang ke sungai. Demikian pula rumah sakit sebaiknya memiliki bak penampungan limbah (septick tank) untuk menampung limbah yang dihasilkan.

Kedua: penggunaan pupuk organik dan kompos sebagai pengganti pupuk buatan pabrik merupakan alternatif tepat untuk mengurangi pencemaran air oleh nitrat dan pospat. Kompos dan pupuk organik di samping dapat memulihkan kandungan mineral dalam tanah juga dapat memperbaiki struktur dan aerasi tanah serta mencegah eutrofikasi.

Demikian juga pemanfaatan musuh alami dan parasitoid dalam pemberantasan hama lebih aman bagi lingkungan. Hama pengganggu populasinya berkurang, tetapi tidak menimbulkan residu pestisida dalam tanah dan dalam tubuh tanaman. Di samping menghasilkan produk yang aman bagi lingkungan dan kesehatan, produk pertanian organik memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Ketiga: dalam menangkap ikan dihindari penggunaan racun dan bahan peledak. Penggunaan jala dan pancing di samping lebih higienis juga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan, kelangsungan regenerasi ikan juga dapat berlangsung baik.

Kelima: Mengupayakan pencegahan kebocoran instalasi pengeboran minyak lepas pantai, kebocoran tanker minyak yang dapat menimbulkan tumpahan minyak di laut. Jika terjadi tumpahan minyak di pantai harus segera dibersihkan sebelum menimbulkan dampak lebih luas.

Demikianlah tadi ulasan materi terkait eutrofikasi dan pencemaran air lainnya

Cari Artikel Lainnya