Home » Kongkow » Kesehatan » Chronic Myelogenous Leukemia (CML): Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Chronic Myelogenous Leukemia (CML): Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

- Selasa, 10 Mei 2022 | 08:00 WIB
Chronic Myelogenous Leukemia (CML): Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Chronic myelogenous leukemia (CML) atau leukemia CML adalah kanker yang memengaruhi sel-sel darah dan sumsum tulang. Chronic myelocytic leukemia (CML) atau leukemia mielositik kronis terjadi ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel mieloid yang matang.

Gejala Leukemia CML

CML adalah kondisi yang memiliki tiga fase: kronis, accelerated, dan blastic. Berikut penjelasannya:

1. Fase Kronis

Ini adalah tahap paling awal dan paling mudah untuk diobati. Kondisi ini sering kali tidak memiliki gejala.

2. Fase Accelerated

Untuk fase akselerasi biasanya terjadi setelah 3 tahun penderita mengidap CML. Fase lebih sulit dikendalikan daripada fase kronik. Selama periode ini, jumlah sel darah yang tidak berfungsi dengan benar meningkat. Anda mungkin mendapatkan beberapa gejala seperti:

- Merasa sangat lelah

- Demam

- Muncul memar

- Berkeringat di malam hari

- Napas pendek

- Menurunnya berat badan

- Terjadi pembengkakan atau rasa sakit di sisi kiri (bisa menjadi tanda limpa membesar)

- Tulang terasa sakit

Gejala lain yang mungkin terjadi yaitu stroke, perubahan penglihatan, dering di telinga, merasa seperti berada dalam keadaan linglung, dan mendapatkan ereksi berkepanjangan. Pada fase akselerasi ini gejala yang terjadi memang kasat mata. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut kalau seseorang sudah didiagnosis terkena CML.

3. Fase Blastic

Fase ini ditandai dengan ditemukannya lebih dari 30% sel myleoid pada sumsum tulang. Tapi ada juga sel eritroid, megakariositik, dan limfoblas yang ditemui pada fase ini. Jika sel tersebut mencapai >100.000/mmk, maka penderita memiliki resiko terkena sindrom hiperleukositosis. Sel-sel leukemia berlipat ganda dan mengeluarkan sel darah dan trombosit yang sehat. Pada tahap ini, Anda akan memiliki gejala yang lebih parah, termasuk:

- Infeksi

- Perdarahan

- Perubahan kulit termasuk benjolan atau tumor

- Kelenjar membengkak Sakit tulang
 

Penyebab Leukemia CML

Leukemia CML terjadi ketika ada sesuatu yang tidak beres pada gen di sel sumsum tulang. Tidak jelas apa yang awalnya memicu proses ini, akan tetapi terdapat beberapa kondisi yang bisa menyebabkan CML adalah:

1. Kromosom Berkembang Abnormal

Sel manusia terdiri dari 23 pasang kromosom. Kromosom-kromosom ini menyimpan DNA yang berisi instruksi (gen) yang mengendalikan sel-sel dalam tubuh. Seseorang yang memiliki leukemia CML, kromosom dalam sel darah saling bertukar bagian. Bagian dari kromosom 9 mengganti tempat-tempat dengan bagian kromosom 22, kemudian menciptakan kromosom ekstra pendek 22 dan kromosom ekstra panjang 9.

2. Kromosom Abnormal Menciptakan Gen Baru

Gen dari kromosom 9 bergabung dengan gen dari kromosom 22 untuk membuat gen baru yang disebut BCR-ABL. Gen BCR-ABL berisi instruksi yang memberitahu sel darah abnormal untuk memproduksi banyak protein yang disebut tyrosine kinase. Tyrosine kinase meningkatkan kanker dengan membiarkan sel darah tertentu tumbuh di luar kendali.

3. Gen Baru Mengganggu Sel Darah Sehat

Ketika sumsum tulang berfungsi secara normal, ia menghasilkan sel-sel yang belum matang (sel-sel induk darah) secara terkendali. Sel-sel ini kemudian matang dan mengkhususkan ke dalam berbagai jenis sel darah yang beredar di tubuh yaitu sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Pada leukemia CML, proses ini tidak bekerja dengan baik. Tyrosine kinase yang disebabkan oleh gen BCR-ABL memungkinkan terlalu banyak sel darah putih untuk berkembang. Sebagian besar atau semua sel ini mengandung kromosom yang abnormal. Sel darah putih yang sakit tidak tumbuh dan mati seperti sel normal. Kemudian sel-sel darah putih yang sakit menumpuk dalam jumlah besar, memadatkan sel-sel darah sehat dan merusak sumsum tulang.

 

Faktor Risiko yang Meningkatkan Leukemia CML

- Orang-orang yang lanjut usia.

- Laki-laki.

- Paparan radiasi. Dalam kasus yang jarang terjadi, kondisi ini disebabkan oleh paparan radiasi yang sangat tinggi, seperti selamat dari ledakan bom atom atau kecelakaan reaktor nuklir. Sedikit peningkatan risiko juga terjadi pada beberapa orang yang diobati dengan terapi radiasi dosis tinggi untuk kanker lain, seperti limfoma.
 

Cari Artikel Lainnya