Home » Kongkow » Catatan » Cerita Ajaib Pembangunan Masjid Tiban Turen

Cerita Ajaib Pembangunan Masjid Tiban Turen

- Senin, 12 Juni 2017 | 13:55 WIB
Cerita Ajaib Pembangunan Masjid Tiban Turen

Sempat disangka dibangun oleh jin, tidak serta-merta membuat Masjid Tiban Turen sepi dari jamaah dan wisatawan yang beribadah atau sekadar datang berkunjung. Julukan masjid jin bahkan pernah didapat oleh masjid ini.

Anggapan masjid jin muncul karena masjid tiba-tiba ada dan berdiri sehingga masyarakat awam yang tidak tahu kapan proses pembangunannya menyebut Masjid Tiban Turen dengan julukan masjid jin. Tapi, masjid yang mulai dibangun pada 1978 tersebut ternyata pembangunannya dilakukan oleh santri penghuni pondok pesantren dan jamaah masjid.

"Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin, dan sebagainya itu tidak benar. Karena ini adalah Pondol Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah," begitulah isi bantahan yang terdapat pada meja penerima tamu, yang ditujukan pada masyarakat yang selama ini mengira masjid dibangun oleh jin.

Masjid yang kini berdiri megah dan mewah dengan motif-motif yang menghias dindingnya itu tidak hanya jadi tempat beribadah jamaah dan santri saja, tapi juga objek wisata religi yang kerap dikunjungi wisatawan dari dalam atau luar kota.

Bangunan utama masjid memiliki 10 lantai, tersedia pula kolam renang, lengkap dengan perahu yang bisa dinaiki oleh anak-anak, ada juga koleksi binatang seperti kijang, monyet, kelinci dan aneka jenis ayam serta burung yang ikut meramaikan suasana meriah di masjid.

Bentuk masjid sangat unik, arsitekturnya terpengaruh dari Timur Tengah, China dan Modern. Pada salah satu sisi masjid, terlihat seperti pagoda yang berwarna emas, dengan ukiran kaligrafi yang khas, di masjid ini juga banyak berdiri menara-menara tinggi menjulang yang semakin membuat masjid terkesan megah dan mewah.

Keunikan lainnya dari Masjid Tiban Turen yang terletak di Jalan KH Wahid Hasyim, Gang Anyar, Desa Sanarejo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tersebut ialah pembangunannya tidak menggunakan alat-alat bangunan yang modern. Namun, pengerjaaan masjid dilakukan langsung oleh santri sebanyak 250 orang dan jamaah masjid.

Cari Artikel Lainnya