Home » Kongkow » Prestasi » 5 Desa di Indonesia ini bukti nyata transisi Energi Biogas

5 Desa di Indonesia ini bukti nyata transisi Energi Biogas

- Senin, 02 Januari 2017 | 13:00 WIB
5 Desa di Indonesia ini bukti nyata transisi Energi Biogas

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Mulai dari pesona alam yang potensi wisatanya tak terkira, sampai semua sumber daya alam yang seharusnya cukup untuk tujuh turunan.

Sayangnya, Indonesia justru mengalami ketergantungan energi yang tidak bisa diperbaharui seperti minyak dan gas. Terlebih lagi, subsidi pemerintah untuk kedua sumber energi yang diperkirakan akan habis dalam hitungan puluhan tahun ke depan, terus bertambah tiap tahunnya.

Padahal, subsidi ini harusnya bisa digunakan untuk mengembangkan sektor energi terbarukan yang masa depannya lebih cerah. Sehingga, pemerintah maulai menggarap langkah menuju transisi ke energi terbarukan.

Program Biogas Rumah atau BIRU adalah hasil kerjasama Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan pemerintah Belanda dan Norwegia untuk menyediakan reaktor biogas di sembilan provinsi di Indonesia.

Di mana pengembangan biogas atau gas yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik seperti kotoran manusia atau hewan serta limbah organik yang memiliki metana dan karbon dioksida.

Berikut ini, 5 desa di Indonesia yang sudah menggunakan transisi energi biogas

1. Desa Cabbeng Bone, Sulawesi Selatan

 

Desa yang memiliki luas 6,8 kilometer ini bahkan sudah memanfaatkan biogas sejak tahun 2013 lalu. Berawal dari informasi dan bantuan dari Badan Lingkungan Hidup, warga desa Cabbeng Bone kemudian mengembangkan biogas sebagai sumber energi utama bagi kebutuhan rumah tangga mereka.

Setidaknya sudah ada 30 alat pengolah limbah kotoran ternak mereka. Menurut penuturan warga, biogas ini sangat membantu. Cukup kotoran dari dua ternak sapi, mereka bisa memasak hingga 8 jam.

Selain itu, ampas hasil pengolahan biogas juga bisa mereka manfaatkan. Ampasnya dikeringkan dan kemudian bisa digunakan sebagai pupuk organik.

 

2. Desa Penyabangan, Bali

Desa Penyabangan di Bali pun juga sudah memilih untuk beralih ke biogas. Sedikitnya, 44 rumah yang sudah menggunakan biogas. Sebelumya, desa yang mayoritas warganya adalah petani tersebut menggunakan kayu bakar untuk memasak. Namun, semenjak masuknya BIRU, warga desa ini mulai tertarik menggunakan biogas.

Bermula sejak 2011 silam, warga desa Penyabangan mulai menggunakan kotoran hewan ternak mereka guna diolah menjadi biogas. Hasilnya meski sekarang harga minyak dan elpiji mahal, mereka tak bergitu terpengaruh dengan kenaikan harga tersebut untuk urusan memasak.

 

3. Desa Medowo, Kediri

 

Di balik keadaan alamnya yang sejuk dan asri yang terletak di kaki gunung Anjasmoro, kebanyakan warga desa Medowo memang berprofesi sebagai peternak sapi perah. Karenanya mereka tak kesulitan mencari limbah kotoran untuk digunakan sebagai biogas.

Meski pada awalnya ragu, namun setelah mereka memasang biogas, ternyata secara keseluruhan harganya tak semahal yang diperkirakan.

Bahkan setelah menggunakan biogas, mereka bisa mengurangi pencemaran air sungai di lingkungannya. Yang dulunya tercemari oleh limbah kotoran ternak, kini pencemaran tersebut sudah bisa ditekan sampai 90 persen.

 

4. Desa Argosari, Malang

Meskipun pada awalnya tak percaya, namun kini warga desa Argosari merasakan sendiri keuntungan menggunakan biogas. Jika dulu untuk memasak mereka harus menebang pohon di hutan, kini mereka tinggal menyalakan kompor berbahan bakar biogas.

Biogas mengubah pola pikir masyarakat Argosari. Hutan yang dulu pepohonannya ditebangi kini justru mereka tanami lagi dan dirawat sepenuh hati.

Karenanya debit air di desa mereka bisa terjaga. Hasilnya, selain mandiri energi, mereka juga bisa mandiri air.

 

5. Pasuruan

Pasuruan adalah salah satu contoh yang sudah menggunakan biogas sejak dulu. Bahkan, ada empat desa di Pasuruan sana yang 100 persen warganya sudah memanfaatkan biogas sebagai sumber energi untuk aktivitas masak-memasak mereka.

Empat desa tersebut adalah desa Gunung Sari, Ngempiring, Cemoro, dan Kumbo. Bekerjasama dengan koperasi di sana, keempat desa tersebut sekarang sudah bebas dari menggunakan elpiji dan kayu bakar.

Menurut warga sana, mereka bahkan bisa menghemat pengeluaran hingga Rp 400.000 tiap bulannya.

 

Cari Artikel Lainnya