Home » Kongkow » Tahukah Kamu » 28 April, Mengenang “Si Binatang Jalang” Sebagai Hari Puisi Nasional

28 April, Mengenang “Si Binatang Jalang” Sebagai Hari Puisi Nasional

- Rabu, 28 April 2021 | 13:00 WIB
28 April, Mengenang “Si Binatang Jalang” Sebagai Hari Puisi Nasional

Mungkin banyak orang yang belum tahu, setiap 28 April, kita memperingati Hari Puisi Nasional. Tanggal ini dipilih lantaran tepat dengan wafatnya sang Maestro Puisi, Chairil Anwar.

Chairil Anwar terkenal dengan gagasan puisi yang mendobrak, penuh daya juang. Puisi “Aku” yang ditulis pada 1943, dimuat di majalah Timur pada 1945, dianggap sebagai puisi yang besar pengaruhnya pada Angkatan 45.

Chairil dianggap sebagai orang pertama yang merintis jalan dan membentuk aliran baru dalam kesusastraan Indonesia. Sajak-sajaknya menghembuskan jiwa, semangat, dan cita-cita muda. Selama medio 1942-1949, Chairil menghasilkan 94 tulisan, itu termasuk 70 sajak asli, 4 saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, serta 4 prosa terjemahan.

Puisi-puisi Chairil seperti para pejuang kemerdekaan, banyak berisi perlawanan dan semangat merdeka. Pada zaman pendudukan Jepang, Chairil menggambarkan siksaan Kenpeitai Polisi Rahasia Jepang dalam puisinya “Siap Sedia”. Karena puisi itu, ia ditahan tentara Jepang.

Pria yang dijuluki “Si Binatang Jalang” ini lahir sebagai anak tunggal dari pasangan Toeloes dan Saleha. Sang ayah berasal dari Nagari Taeh, Kabupaten Limapuluh Kota, sedangkan ibunya berasal dari Kota Gadang. Dari pihak ibu, Chairil ada pertalian dengan Mohamad Rasad, ayah Sutan Sjahrir dan wartawan perempuan Rohana Koedoes.

Chairil lahir di Medan, 26 Juli 1922. Chairil suka membaca buku sejak kanak-kanak. Kala masih duduk di HIS dan MULO (sekolah yang setara SD dan SMP), Chairil sudah membaca buku-buku untuk siswa HBS, tingkat SMA saat itu.

Kecintaan pada literasi, membawa Chairil bersua dengan para sastrawan, seperti Subagyo Sastrowardoyo, H.B. Jassin dan lainnya.

Chairil menikah dengan Hapsah Wiriaredja, meskipun hanya dua tahun. Bersama Hapsah, Chairil mempunyai anak Evawani Alissa. Setelah bercerai, Chairil tak produktif berkarya lagi.

Kesehatan Chairil kian memburuk. Ia dilarikan ke CBZ (sekarang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Jakarta. Paru-paru Chairil terserang Tuberculosis (TBC). Ia menghembuskan napas terakhir pada 28 April 1949 di usia yang belum genap 27 tahun.

Cari Artikel Lainnya