Home » Kongkow » kongkow » +10 Simbiosis Mutualisme Antara Manusia, Tumbuhan Dan Hewan

+10 Simbiosis Mutualisme Antara Manusia, Tumbuhan Dan Hewan

- Senin, 01 Juli 2019 | 11:16 WIB
+10 Simbiosis Mutualisme Antara Manusia, Tumbuhan Dan Hewan

Manusia diciptakan bukan untuk memusnahkan segala yang ada di muka bumi lalu mendirikan sistemnya sendiri alias membangun ciptaannya sendiri. Tujuan semacam ini jelas berbeda dari apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita. Sebab sebodoh dan seburuk-buruknya ciptaan lainnya, mereka juga memiliki sebagian dari nafas Allah sama seperti kita. Jadi, apa kelebihan kita dibandingkan dengan hewan dan tumbuhan liar? Lebihnya diri ini adalah, kita ditugaskan untuk memanajemen dan mengatur semuanya sedemikian rupa sehingga bisa hidup berdampingan dengan ciptaan lainnya.

Pengertian simbiosis mutualisme

Simbiosis adalah (1) keadaan yang menguntungkan pada pembentuk dua jenis zat, apabila kedua zat tersebut dapat bersama-sama dalam lingkungan serupa; (2) keadaan hidup bersama secara erat antara dua organisme yg berbeda. Sedangkan mutualisme adalah hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan antara dua organisme (KBBI Luring). Jadi simbiosis mutualisme adalah hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara dua atau lebih organisme. Dari keadaan ini mengertilah kita bahwa tidak ada seorangpun yang ditakdirkan untuk hidup sendiri dan menjadi egois seumur hidup melainkan semua manusia adalah makhluk sosial. Kita butuh berbaur antar sesama manusia lainnya dan juga antar makhluk hidup lain.

Manusia menaklukkan alam liar tetapi bukan berarti memunahkannya sama sekali

Ketahuilah bahwa ada enam masa/ hari penciptaan dimana masing-masing diperuntukkan Tuhan untuk menopang kehidupan umat manusia. Dari sini kita ketahui bahwa manusialah yang paling terakhir di ciptakan sehingga bisa dikatakan bahwa kitalah yang dihadirkan untuk berkuasa atas ciptaan lainnya. Tetapi, pahamilah bahwa Tuhanlah yang menciptakan yang lainnya sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk menghancurkan dan memunahkan mereka. Membunuhnya untuk dimanfaatkan bukan masalah tetapi saat mematikan berbagai ciptaan tanpa menggunakannya alias untuk dibuang begitu saja. dimana itu semata-mata demi kesenangan ala keserakahan : adalah dosa terhadap diri sendiri.

Sadar atau tidak manusia di takdirkan untuk hidup berdampingan dengan hewan lainnya, inilah nasib kita. Menolak kenyataan ini demi sekedar alasan hawa nafsu akan keinginan duniawi berarti mengabaikan ketetapan yang sudah digariskan Tuhan sejak dari awal mula zaman. Bila hanya mendorong diri sendiri akan keinginan untuk memiliki sejumlah materi, kemewahan, kemegahan, penghargaan, pujian, popularitas dan berbagai hal lainnya, alhasil itu tidak akan mendamaikan hati. Sebesar apapun kenikmatan dan kemuliaan duniawi tidak akan menyisakan kebaikan dalam hidup ini. Justru kita hanya akan dikuasai oleh berbagai-bagai ketidakdamaian dan ketidaktenteraman dari waktu ke waktu.

Resiko saat tumbuhan hijau kita lenyapkan dari sekitar

Selain hati menjadi cemas sendiri, pilihan mengikuti hawa nafsu dengan membunuh hewan dan tumbuhan lain juga merugikan secara materi. Sebab saat tanaman ditiadakan dari lingkungan sekitar maka tepat saat itu juga  sinar matahari akan terlalu kuat membakar kulit. Udara tidak lagi bersih untuk dihirup dan gerah di malam dan siang hari. Keadaan ini akan terus berlanjut sehingga membuat cuaca semakin buruk, angin kencang dimana-mana dan hujan lebat bak air bah jatuh dari langit. Bahkan bisa saja beberapa hewan buas akan memasuki kediaman anda karena hutan-hutan yang telah rusak dimakan habis oleh pembangunan perumahan.

Akibatnya saat binatang buas ditekan habis-habisan

Sebaliknya, saat kita terlalu agresif terhadap keberadaan binatang buas maka hewan yang tak kenal takut dan selalu mendapatkan yang diinginkannya akan hidup menjadi parasit dengan kita. Merekalah serangga yang sangat berani untuk mendekat dan menggerogoti tubuh kita, misalnya nyamuk. Sedangkan di kawasan pertanian, mereka akan menjadi hama yang merusak tanaman dan menurunkan hasil produksi. Bahkan dalam berbagai kesempatan, hama serangga akan mencapai pemukiman warga seperti kejadian saat merebaknya ulat bulu disekitar pemukiman hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Sama halnya juga ketika hama pacet/ lintah merebak disekitar lingkungan kita, semuanya itu karena jumlah binatang buas telah menurun drastis.

Mengurus serangga lebih merepotkan dari binatang buas

Alam butuh keseimbangan dan adalah lebih mudah bagi kita untuk mengendalikan binatang buas yang ukurannya besar dan terlihat jelas. Sebab kita bisa mengantisipasi keberadaannya, setidak-tidaknya mengusir hewan tersebut. Lain halnya saat serangga cecunguk yang jumlahnya banyak (minta ampun) dan sedikitpun tidak memiliki rasa takut terhadap manusia. Bahkan sekalipun anda berupaya untuk mengusirnya berulang-ulang pasti akan kembali lagi. Keadaan ini dikarenakan binatang yang ukurannya kecil, otaknya juga kecil dan tingkat kesadarannya juga kecil sehingga rasa takutnya tidak ada saat berhadapan dengan manusia. Sedangkan binatang yang lebih besar, otaknya besar, tingkat kesadarannya tinggi sehingga rasa takutnya terhadap manusia juga teramat besar.

Contoh simbiosis mutualisme

Memamang di luar sana ada banyak sekali contohnya bahkan kami bisa mengatakan bahwa hampir tidak ada makhluk hidup yang tidak bersimbiosis dengan makhluk hidup lain. Setidak-tidaknya ada yang bersimbiosis komensalisme dan parasitisme. Tidak perlu jauh-jauh mengenali hubungan timbal balik yang saling menguntungkan ini sebab disekitar kita sudah ada banyak. Kami akan memberikan beberapa contoh, berikut selengkapnya.

  1. Simbiosis mutualisme antara manusia dengan kucing.

    Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan dalam beberapa keluarga. Sebenarnya makhluk berbulu lembut ini termasuk omnivora, selain mengkonsumsi makanan lunak seperti nasi mereka juga mengkonsumsi serangga dan hewan pengerat (tikus). Sayang, kita terlalu memanjakannya dengan memberikan makanan secara berlebihan bahkan pernah terlihat beberapa kucing memiliki bobot tubuh yang sangat besar (gendut). Kebetulan karena kami tinggal di pinggir hutan, sudah pasti makhluk yang satu ini mendapatkan serangga dari hutan. Jadi kami hanya memberikan mereka makanan dua atau tiga kali seminggu saja. Agar mereka tetap liar, berikanlah makanan secara terbatas dan jangan terlalu berlebihan sehingga nafsunya terhadap serangga yang muncul tetap ada.

  2. Antara kita dan anjing.

    Simbiosis mutualisme dengan anjing membuat kita terjaga dari ancaman hewan liar lainnya. Mereka adalah binatang yang pertama-tama bersuara ketika ada keanehan disekitar rumah. Misalnya saja ketika ada seekor ular atau hewan predator lain maka anjing akan menggonggong. Semua hewan predator yang datang tanpa undangan pasti akan diteriakin oleh hewan peliharaan yang satu ini.

  3. Simbiosis mutualisme antara manusia dengan ayam.

    Ayam bermanfaat untuk menjaga lingkungan rumah tetap jauh dari hewan-hewan kecil seperti cacing dan lintah. Mereka juga akan menjadi tameng bagi manusia saat ada serangan binatang buas maka sasaran pertamanya adalah ayam yang dikandang di belakang rumah.

  4. Manusia dengan kodok/ katak.

    Suara katak sangat khas dan berisik di musim penghujan. Suaranya yang berisik ini akan mempersiapkan anda untuk menghadapi kebisingan yang lebih besar seperti knalpot bisingdan lain sebagainya. Ketika anda membiarkan mereka hidup di perairan sekitar rumah atau diselokan maka katak/ kodok akan menjadi pemangsa utama bagi nyamuk dan jentik nyamuk di dalam perairan.

  5. Kita dengan ikan.

    Memelihara ikan memang termasuk hobi yang baik. Beberapa orang menjadikannya aduan dan ada pula yang dijadikan daging. Saat di rumah anda ada bak yang besar terbuka maka itu adalah tempat yang bagus untuk perkembangan jentik nyamuk. Peliharalah beberapa ikan didalamnya niscaya jentik-jentik akan terkendali jumlahnya.

  6. Simbiosis mutualisme antara kita dengan laba-laba.

    Dirumah manapun kita berada, pasti menemukan laba-laba. Biasanya mereka ada di bagian yang tidak sering dikunjungi manusia, seperti sudut rumah, belakang rumah, plafon dan lain sebagainya. Bersimbiosis mutualisme dengan laba-laba adalah tameng bagi serangan serangga. Setiap sarang yang mereka lebarkan adalah perisai sekaligus penghalang bagi masuknya serangga pengganggu.

  7. Kita dengan cicak.

    Cicak adalah hewan yang sangat lucu berjingkrak-jingkrak di atas dinding dan plafon rumah. Mereka predator nyamuk dan lalat yang tidak sengaja kesasar dan masuk ke dalam rumah anda. Biarkanlah mereka hidup bersama kita agar bisa membasmi beberapa makhluk kecil pengisap darah yang kerap menyerang tanpa takut.

  8. Manusia dengan burung.

    Ada berbagai jenis burung di luar sana. Suaranya yang merdu bagaikan suara klasik yang membuat kita cerdas. Misalnya saja burung gereja yang berterbarang di sekitar rumah akan menjadi predator bagi serangga kecil. Hidup bersimbiosis mutualisme dengan membiarkan burung berkeriapan di sekitar rumah dan pohon adalah baik untuk menjaga keseimbangan alam. Keberadaan burung-burung kecil juga merupakan suatu jaminan bahwa burung predator (misal eleng) tidak akan menyerang anak-anak ayam. Sebab predator ini lebih memilih untuk menyerang objek di atas angin daripada harus turun ke tanah dan berhadapan dengan manusia.

  9. Simbiosis mutualisme antara petani dengan burung hantu.

    Adalah burung hantu yang dipelihara oleh para petani agar ladang mereka terbebas dari hama tikus. Memelihara burung ini sama sekali tidak ada ruginya sebab makanannyapun sudah disediakan oleh alam. Atau setidak-tidaknya hindari melakukan perburuan terhadap burung hantu agar lingkungan sekitar anda terkendali dari hama tikus dan ular.

  10. Petani dengan ular.

    Ketahuilah bahwa membiarkan ular berada di dalam kebun atau ladang adalah salah satu cara terbaik untuk menjauhkan tanaman pertanian dari semut. Ular sebagai binatang yang menjalar sangat menyukai semut sebab tubuhnya yang langsung berlekatan dengan permukaan tanah membuat hewan ini bisa melihat dan merasakan aktivitas semut. Selain itu, ular juga turut membasmi beberapa hama serangga lainnya termasuk kupu-kupu dan lintah.

  11. Petani dengan serangga.

    Tidak semuanya serangga itu jahat, ada juga beberapa yang bermanfaat dalam hal penyerbukan tanaman. Jahatnya serangga pada dasarnya tergantung dari jumlah mereka. Jika populasinya meledak sudah pasti akan menjadi hama pertanian. Oleh karena itu, untuk mengendalikan jumlah serangga petani cerdas juga turut membiarkan hidup ular dan predator lainnya.

  12. Simbiosis mutualisme antara petani dengan kadal.

    Dipohon biasanya terdapat kadal yang lebih besar ukurannya dari cicak. Mereka agak sedikit berbelang dan larinya sangat cepat. Hewan ini bermanfaat untuk memakan serangga termasuk yang menyebabkan hama. Oleh karena itu, membiarkannya hidup begitu saja dan tidak memburunya adalah pilihan yang cerdas.

  13. Manusia dengan pohon.

    Simbiosis mutualisme antara manusia dan pohon sudah terjalin semenjak kita ada di bumi ini. Pepohonan dan tanaman hijau lainnya lebih duluan diciptakan untuk mengamankan bumi dari teriknya sinar matahari yang beresiko membakar kulit. Suhu udara di luar angkasa sangatlah tinggi dan tidak dimungkinkan untuk menopang kehidupan. Udara dan oksigen yang dihasilkan tanaman berklorofil adalah perisai dari intensitas sinar matahari yang terlalu tinggi.

  14. Manusia dengan bunga.

    Kawula muda sangat menyukai bunga. Mereka biasanya menanamnya di depan pekarangan dan ada juga yang melakukannya di sekeliling rumah. Tidak jarang juga ada tanaman yang ditanam di dalam pot dan diletakkan dalam rumah. Memelihara bunga dapat menambah kesegaran dan keindahan lingkungan sekitar rumah anda. Jadi tanam dan rawatlah itu dari sekarang.

  15. Manusia dengan rumput-rumputan.

    Banyak orang yang tidak membabat habis rumput di pekarangan rumahnya. Ini diupayakan agar lapisan tanah tetap terjaga dan terlindung dari aktivitas erosi terutama saat musim hujan tiba. Erosi permukaan tanah dapat menyebabkan tinggi permukaan halaman semakin lama semakin rendah.

  16. Kita dan mikroorganisme permukaan kulit.

    Pada permukaan kulit manusia ada kuman yang disebut sebagai flora normal. Setiap orang hidup bersimbiosis mutualisme dengan flora normal sebab saat ada invasi mikroorganisme lainnya maka mereka akan melawannya duluan sebelum patogen tersebut penetrasi ke dalam kulit, terkecuali saat kulit anda sedang terluka.

  17. Simbiosis mutualisme antara manusia dan bakteri usus.

    Ada banyak jenis bakteri di dalam usus manusia. Pada dasarnya mereka akan membantu membusukkan makanan dan beberapa diantaranya ada yang menghasilkan vitamin K. Jadi, konsep sehat yang lebay dengan tujuan hendak mensterilkan organ pencernaan dari berbagai mikroorganisme adalah mustahil sebab mereka sudah disana semenjak kita mengkonsumsi makanan dan minuman pertama sekali.

Saat keberadaan kita mampu mengatur alam sekitar sedemikian rupa maka tepat saat itu jugalah tercipta keseimbangan alam. Kondisi semacam ini ditunjukkan oleh jumlah serangga yang sangat terkendali sedang jumlah pemangsa dapat kita kontrol. Mengapa kita lebih mudah mengendalikan predator yang ukurannya besar daripada serangga yang ukurannya kecil? Sebab sebuas-buasnya hewan yang ukurannya besar pasti akan takut dengan keberadaan kita tetapi sekecil-kecilnya serangga justru sangat berani menyerang manusia sekalipun kita telah mengusir mereka berkali-kali. Sedangkan pepohonan hijau ada untuk menopang kehidupan manusia dari udara kotor dan terik matahari yang menyengat. Tanaman juga berperan aktif untuk mendukung kehidupan binatang liar sehingga pasokan makanannya tetap ada.

Salam, hidup alami itu menjaga keseimbangan….!

Cari Artikel Lainnya