Home » Kongkow » kongkow » 10 Fakta Perjalanan Hidup Hingga Sakitnya B.J. Habibie Yang Perlu Kamu Ketahui

10 Fakta Perjalanan Hidup Hingga Sakitnya B.J. Habibie Yang Perlu Kamu Ketahui

- Kamis, 12 September 2019 | 09:25 WIB
10 Fakta Perjalanan Hidup Hingga Sakitnya B.J. Habibie Yang Perlu Kamu Ketahui

Innaa lillaahi wa Innaa iliahi raajiuun. Duka kembali menggelayuti Bangsa Indonesia atas wafatnya putra terbaik bangsa Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.

Presiden ketiga RI mengembuskan napas terakhir pada usia 83 tahun di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB.

Habibie merupakan tokoh paling berpengaruh dan prestasinya diakui hingga luar negeri. Habibie lahir di Pare Pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, dari pasangan Alwi Abdul Djalil Habibie dan Raden Ayu Toeti Saptomarini.

Berikut fakta tentang Habibie hingga sepeninggalnya :

1. Sosok Cerdas dan Religius

Sejak kecil, Habibie yang oleh keluarganya lebih akrab disapa Rudy itu sudah dikaruniai kecerdasan luar biasa. Putra keempat dari delapan bersaudara itu memiliki latar belakang keluarga yang religius. Sang ayah terbiasa membacakan Alquran kepada Habibie kecil. Tak heran, di saat usianya masih tiga tahun, Habibie sudah lancar melantunkan ayat-ayat suci Allah itu. Kecerdasan Rudy memang sudah terlihat sejak balita.

2. Habibie punya gelar yang sangat panjang

Menempuh pendidikan di dalam dan luar negeri, Habibie punya nama dan gelar yang cukup panjang. Jika dituliskan nama lengkap beserta gelarnya, akan menjadi Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Habibie menempuh pendidikan strata satunya di Institute Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat, usai menyelesaikan pendidikan SMA di Gouverments Middlebare School.

Dengan mendapat beasiswa dari pemerintahan, yang kala itu dipimpin Presiden Pertama Republik Indonesia Sukarno, Habibie muda melanjutkan pendidikannya ke Jerman.

3. Raih Gelar Doktor Teknik dengan Summa Cumlaude di Jerman

Pada 1954, Habibie memulai studinya di Jurusan Teknik Mesin di Universitas Indonesia Bandung--yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Masa pendidikannya di kampus biru itu hanya berlangsung setahun. Habibie lantas memutuskan untuk berkuliah di Jerman, yakni di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH). Di sana, dia memilih Jurusan Teknik Penerbangan.

Pada 1960, Habibie meraih gelar Diploma Teknik dengan predikat cumlaude. Lima tahun berselang, dia mengantongi gelar Doktor Teknik dengan predikat summa cumlaude. Secara keseluruhan, ada 10 tahun dia menghabiskan masa pendidikannya di Jerman.

4. Penemu Teori Keretakan Pesawat yang Dikenal Faktor Habibie Sehingga diakui di Mata Dunia

Habibie muda ketika bersekolah di Jerman mencetuskan rumus untuk menghitung crack progression on random. Rumus ini kemudian disebut dengan Faktor Habibie.

Tak menjadi sembarang rumus, karya Habibie ini diakui lembaga internasional. Seperti, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Luar Angkasa Jerman), The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de I'Air de I'Espace (Prancis), dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).

Habibie juga memperoleh penghargaan sebagai guru besar di ITB dan penghargaan Edward Warner Award dan Theodore Van Karman Award.

5. Jabat Wapres Perusahaan Penerbangan di Jerman

Setelah studinya rampung di negeri orang, Habibi tak langsung pulang ke Tanah Air. Dia memutuskan untuk menetap di Jerman. Bahkan, ayah dari Ilham dan Thareq Kemal Habibie itu pernah bekerja cukup lama di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan kedirgantaraan yang masyhur di Jerman. Di perusahaan penerbangan itu, Habibie mendapat kehormatan sebagai wakil presiden bidang teknologi di perusahaan tersebut.

6. Memimpin PT IPTN atau PT Dirgantara Indonesia selama 10 tahun

Habibie baru pulang ke Indonesia pada 1973. Kepulangannya kala itu atas permintaan Presiden Soeharto. Awalnya, Habibie ditugaskan Pak Harto mengelola Pertamina. Tiga tahun berikutnya, Habibie dipercaya menjadi pimpinan pertama PT Industri Pesawat Terbang Negeri (IPTN) yang kini berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia.

7. Menteri Riset dan Teknologi Selama 20 tahun

Setelah dipercaya memimpin PT Dirgantara Indonesia, selanjutnya, sejak 1978, Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi. Jabatan itu dipegangnya selama dua dasawarsa.

8. Wakil Presiden ke-7 RI

Pada 11 Maret 1998, Habibie resmi menjadi Wakil Presiden ke-7 RI menggantikan Try Sutrisno. Namun, jabatan wapres yang diembannya hanya seumur jagung.

9. Jadi Presiden ke-3 RI dengan masa jabatan 17 bulan

Pada saat krisis 1998, Habibie akhirnya menjabat Presiden RI, menggantikan Soeharto. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia berhasil selamat dari keterpurukan. Berbagai terobosannya mampu mengubah wajah Indonesia menjadi jauh lebih demokratis. Pelemahan rupiah berhasil dia tekan dari angka hampir menyentuh Rp16.500 menjadi Rp6.500 per dolar AS.

Bahkan, kala itu ia menamai kabinetnya dengan sebutan Kabinet Reformasi Pembangunan. Habibie berkesempatan menjadi orang nomor satu di Indonesia selama 17 bulan,

Usai menjabat, Habibie digantikan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab disapa Gus Dur.

10. B.J Habibie ditangani oleh total 44 dokter 

BJ Habibie dirawat di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto sejak Minggu (1/9/2019) silam. Pemerintah sendiri telah mengarahkan tim dokter kepresidenan sebanyak 34 orang. Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Setya Utama, mengatakan total ada 44 orang dokter yang mengawal Habibie selama perawatan, terdiri dari 34 tim panel ahli, dan 10 tim dokter pribadi. Tidak hanya itu,sang anak Thareq Kemal Habibie mengaku pihak keluarga sengaja memasukkan ayahanda ke ruang Cerebro Intensive Care Unit (CICU) Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Hal ini dilakukan agar presiden ke-3 itu istirahat.

Sumber :
Cari Artikel Lainnya