Home » Kongkow » Biologi » Mekanisme Pertahanan Tubuh Spesifik dan Nonspesifik

Mekanisme Pertahanan Tubuh Spesifik dan Nonspesifik

- Senin, 11 Oktober 2021 | 13:39 WIB
Mekanisme Pertahanan Tubuh Spesifik dan Nonspesifik

Setiap makhluk hidup selalu memiliki cara untuk melindungi tubuhnya dari gangguan seperti bakteri, kuman, virus hingga polutan. Sistem pertahanan tubuh ini biasa disebut sebagai imunitas. Imunitas merupakan suatu mekanisme yang secara otomatis melengkapi tubuh manuia dan hewan untuk mengenali zat asing. Sistem imun ini sangat kompleks dan memiliki peran ganda dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Baca Juga:

Metabolisme : Pengertian , Proses , Fungsi, Macam-macam, dan Cara Meningkatkan Metabolisme

Mekanisme pertahanan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik dan spesifik. Pertahanan Tubuh nonspesifik adalah pertahanan tubuh bawaan sejak lahir karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu tetapi memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh. Sedangkan, pertahanan tubuh spesifik merupakanan pertahanan tubuh yang berfungsi untuk melawan patogen tertentu dan akan diaktifkan apabila pertahanan tubuh nonspesifik tidak mampu mengatasi infeksi patogen. Untuk lebih jelasnya simak penjelasannya berikut ini ya.

a. Pertahanan Tubuh Nonspesifik

Setiap benda asing yang memasuki tubuh pertama kali akan dihadapi oleh mekanisme pertahanan nonspesifik. Mekanisme ini memiliki dua garis pertahanan yaitu Garis pertahanan pertama dan garis pertahanan kedua.

1. Garis pertahanan pertama ada dua yaitu pertahanan secara fisik dan kimiawi. Pertahanan fisik merupakan baris pertama yang mencegah patogen masuk ke dalam tubuh. Pertahanan fisik ini dilakukan oleh kulit, membrane mukosa dan silia. Sedangkan pertahanan kimiawi merupakan senyawa kimia hasil sekresi yang berfungsi untuk membunuh patogen yang masuk.

- Kulit, Kulit ditutupi sel-sel epitel yang sangat rapat. Kulit yang normal tidak dapat ditembus oleh bakteri dan virus. Mikroorganisme hanya dapat masuk melalui kulit jika sudah terluka.  Selain itu, lapisan sel-sel yang mati membuat permukaan kulit selalu berganti sehingga bakteri yang berada di permukaan kulit tersebut juga selalu terbuang dengan sel yang mati.

- Membran Mukosa, Membran mukosa melapisi saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran kelamin dan saluran ekskresi. Sama seperti kulit, membran mukosa tidak dapat ditembus oleh bakteri dan virus karena antara satu membran dan membran lain sangat rapat.

- Zat KimiaAntimikroba, Kulit mampu mensekresikan protein anti mikroba seperti lisozim yang terkandung pada keringat, air ludah, air mata, dan air susu ibu (ASI). Zat kimia tersebut dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri.

2. Garis pertahanan kedua terjadi di bagian dalam tubuh berupa fagositosis oleh sel fagosit, reaksi inflamasi dan interferon. Apabila patogen berhasil melewati pertahanan garis pertama maka hal ini akan diatasi oleh pertahanan garis kedua.

 

- Fagositosis, adalah proses dimana sel fagosit menelan atau memakan sel lain atau patogen.

- Inflamasi atau peradangan, merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi yang ditandai dengan adanya pembengkakan, nyeri, panas, dan kemerahan.

- Demam yang merupakan suatu kondisi ditandai dengan naiknya suhu tubuh diatas ambang normal. Demam berfungsi untuk menghambat penyebaran dan pertumbuhan patogen yang masuk.

- Interferon merupakan suatu protein yang dihasilkan oleh leukosit akibat adanya infeksi virus. Terdapat 3 jenis interferon yaitu IFN-α, IFN-β, dan IFN-Y yang berfungsi untuk melawan virus.

- Sistem Komplemen, protein komplemen dapat memberikan respon pertahanan dengan cara melekat pada dinding bakteri dan menyebabkan pembentukan lubang pada dinding bakteri, sehingga cairan dan ion dari sel bakteri akan keluar sehingga menyebabkan kematian sel bakteri.

 

b. Pertahanan Tubuh Spesifik

Pertahanan tubuh spesifik disebut juga pertahanan tubuh ketiga. Sebab baru bekerja jika antigen berhasil masuk ke dalam tubuh dan telah melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik internal. Jadi pertahanan tubuh spesifik akan diaktifkan apabila pertahanan tubuh nonspesifik tidak mampu mengatasi infeksi patogen.

Sistem pertahanan tubuh spesifik yaitu limfosit. Limfosit terdiri dari dua macam yaitu limfosit B dan limfosit T.

1. Limfosit B

Limfosit B dibentuk dan dimatangkan di sumsum tulang belakang, dan ketika sudah matang atau siap digunakan, akan menyebar ke seluruh tubuh. Limfosit B memiliki reseptor yang bisa ditempeli oleh antigen. 

Apabila ada antigen yang menempel di reseptor, hal tersebut akan merangsang limfosit B untuk berubah menjadi sel plasma. Sel plasma inilah yang menghasilkan antibodi. 

Tapi, antibodi yang dihasilkan khusus untuk antigen yang merangsang produksi sel tersebut. Sehingga, satu jenis antibodi hanya bisa menyerang satu jenis antigen saja.

2. Limfosit T

Limfosit T terbentuk di sumsum tulang belakang namun pematangannya terjadi di kelenjar timus. Kelenjar timus merupakan bagian dari sistem limfatik yang bertugas untuk memproduksi dan menyimpan sel-sel yang melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Ketika sudah matang, maka limfosit T juga akan menyebar ke seluruh tubuh.

Ada 4 jenis sel limfosit T yaitu :

- Sel T Sitotoksik, berfungsi menghancurkan bakteri, virus, dan patogen lainnya.

- Sel T Penolong, berfungsi mengaktifkan sel T Sitotoksik dan memicu produksi antibody oleh sel limfosit B.

- Sel T Supresor, berfungsi menekan produksi antibody yang dihasilkan oleh sel-sel B plasma.

- Sel T memori, berfungsi mengingat antigen yang pernah menyerang tubuh.

Demikian penjelasan mengenai mekanisme pertahanan tubuh baik yang nonspesifik maupun yang spesifik. Terima kasih sudah membaca artikel disini yah dan semoga artikel ini bermanfaat buat kalian.

Sumber :
Cari Artikel Lainnya