Home » Kongkow » Tahukah Kamu » GURU MALAS MENGAJAR, KOK BISA?

GURU MALAS MENGAJAR, KOK BISA?

- Senin, 15 Oktober 2018 | 13:59 WIB
GURU MALAS MENGAJAR, KOK BISA?

Hari ini ada jam pelajaran lain di kelas saya, dengan begitu saya punya kesempatan untuk melakukan aktivitas lain di sudut literasi kelas. Biasanya saya gunakan waktu selama 2 jam pelajaran untuk membaca buku, membaca berita di media elektronik atau sekedar mengamati dan mendengarkan penjelasan dari guru yang sedang mengajar di depan kelas saya.

  • Banyak hikmah yang bisa saya dapatkan dengan tetap berada di dalam kelas, selain saya bisa mendapatkan ilmu baru dari guru tersebut, saya juga bisa mempelajari bagaimana guru itu mengajar di kelas, bagaimana pula karakter anak-anak saya ketika berhadapan dengan guru lain. Di sinilah saya bisa melakukan evaluasi dan refleksi dengan dibandingkan dengan cara mengajar saya selama ini.

Selama menyimak interaksi siswa, tak ada perubahan mencolok yang tampak dari siswa saya. Yang terbiasa duduk disiplin menyimak, tetap saja begitu. Yang biasa izin kekamar mandi, tidak absen untuk keluar kelas, juga anak yang tidak bisa duduk diam, masih saja terlihat mondar-mandir di kelas. Jadi kesimpulan awal, sikap siswa tidak jauh beda antara saya yang mengajar dan dia guru mata pelajaran.

Beberapa menit terdengar guru memberikan ceramah, terdengar anak-anak mulai ramai membicarakan hal lain. Mulai kegiatan bermain yang akan dilakukan saat istirahat nanti, tayangan televisi yang mereka saksikan kemarin juga tentang kegiatan yang dilakukan di saat libur dua hari. Hampir keseluruhan siswa menjadi tidak tertarik menyimak ceramah guru.

“Diam!” teriak guru saat mereka tidak memperhatikan.

Anak-anakpun diam seketika.

“Kerjakan halaman 46 nomor satu sampai sepuluh.”

Guru kemudian keluar kelas, meninggalkan anak-anak yang mulai membuka halaman yang dimaksud.

“Ini gimana maksudnya, Cha?”

“Gak tau juga gimana ini?”

“Ini mau diapakan ya?”

“Ya, gimana sih?”

Terdengar mereka masih mendiskusikan atau lebih tepatnya memperdebatkan tugas yang diberikan guru mata pelajaran tadi. Perdebatan yang tak menemukan pangkal ujung. Karena masing-masing mereka tidak ada yang tau pasti apa maksud tugas yang ada di buku.

“Bu, ini maksudnya gimana ya?” nah kan, saya sudah menebak mereka akan mencari petunjuk pada saya.

Saya tidak langsung menjawab, bukannya tidak mau tapi saya takut dianggap mencampuri urusan guru lain. Karena belum tentu semua guru terima jika guru kelasnya membantu. Saya lihat ke luar kelas, rupanya guru tadi duduk santai di sebuah kursi dengan menyeruput segelas teh. Pemandangan seperti ini bukan hanya sekali saya lihat. Sepertinya guru kurang semangat ketika berada di dalam kelas. Masuk dengan terlambat dan keluar sebelum jam pelajaran berakhir memang sudah biasa saya dapatkan.

Tidak semangat, itulah yang terjadi.

Saya jadi merefleksi diri sendiri, kenapa seorang guru bisa jenuh, malas dan tidak semangat dalam mengajar? padahal mengajar adalah tugas utama seorang guru. Berikut ini beberapa penyebab malasnya guru masuk kelas:

1. Kurang persiapan

Guru yang tidak melakukan persiapan sebelum mengajar seringkali tidak menemukan bahan untuk diajarkan di kelas. Dengan begitu waktu yang digunakan terasa lama, karena guru menjadi satu-satunya pusat perhatian.

2. Tidak menguasai materi

Masih ada kaitannya dengan alasan pertama, guru yang kurang persiapan akan cenderung untuk tidak menguasai materi yang diajarkan. Akibatnya dia akan memotong atau menjelaskan dengan setengah-setengah atau malah memberikan penjelasan yang menyesatkan.

3. Metode mengajar yang monoton

Ceramah adalah pilihan utama yang hampir pernah dilakukan oleh semua guru. Namun jika digunakan berulang-ulang bahkan tidak menggunakan metode lain sebagai selingan, akan membuat guru sendiri jenuh. Jika guru saja jenuh dalam mengajar, apalagi siswanya yang belajar.

4. Tidak tersedianya media pembelajaran

Media pembelajaran selain berguna untuk memudahkan siswa memahami pelajaran, juga membuat guru semangat dalam menjelaskan. Tugasnya menjadi lebih ringan karena tidak membutuhkan tenaga ekstra untuk ceramah. Diharapkan guru lebih kreatif dalam menyiapkan media pembelajaran agar tidak ada lagi rasa malas saat mengajar.

5. Kurangnya kesadaran guru

Untuk yang alasan ini kembali pada masing-masing guru, ada guru yang mengajar dengan kesadaran penuh sebagai tugas dan tanggung jawabnya terutama kepada sang Khaliq. Sehingga menjadikan rutinas di kelas sebagai kewajiban yang tidak boleh dilakukan dengan setengah-setengah. Ada pula yang menganggap mengajar hanya sebagai formalitas sehingga tidak perlu totalitas dalam mengajar. hal inilah yang menyebabkan guru malas dalam mengajar.

6. Disharmoninasi

Disharmonisasi atau tidak harmonisnya hubungan, baik itu antara satu guru dengan guru yang lain, guru dengan wali murid ataupun guru dengan kepala sekolah. Terjadinya hubungan yang tidak baik ini kadang menyebabkan sebagian guru tidak bisa konsentrasi lagi dalam mengajar, sehingga sekolah menjadi tempat yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Walaupun tidak semua orang terpengaruh dengan masalah yang terjadi di luar kelas, namun tidak bisa dipungkiri, jalinan komunikasi yang baik diantara berbagai pihak yang terkait di dunia pendidikan sangat berpengaruh baik dalam menunjang suksesnya proses belajar mengajar. guru semakin bersemangat dan siswapun termotivasi untuk meraih prestasi.

7. Finansial

Alasan ini sebenarnya tidak urgen, tapi sebagian guru ada yang tidak bersemangat ketika kesejahteraanya dipertanyakan. Hal ini juga ada hubungannya dengan gaya hidup guru yang cenderung menggadaikan SK nya di bank. Memang tidak ada penelitian yang menyebutkan adanya hubungan signifikan antara honor guru dengan motivasi mengajarnya. Namun banyak terjadi di kalangan guru yang gajinya nol, semakin malas dalam mengajar. Kemungkinan besar disebabkan tidak ada yang bisa membuatnya bersemangat di tanggal muda.

8. Tekanan psikologis

Tekanan ini bisa dari perilaku siswa, kebijakan pimpinan yang memberatkan serta masalah lain yang dialami oleh guru. Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, masalah ini kadang terbawa saat berada di dalam kelas, yang pada akhirnya konsentrasi guru dalam mengajar akan menurun.

9. Kelelahan

masalah ini banyak dialami oleh guru. Baik itub disebabkan menumpuknya beban yang padat. Guru profresional memiliki kewajiban mengajar 24 jam perminggu, ditambah tugas sebagai wali kelas, pembina OSIS, ektrakurikuler, guru piket dan sebagainya yang menguras energi dan pikiran guru.

Apa solusi yang bisa ditempuh saat semangat kendor?

1. Biasakan melakukan persiapan sebelum mengajar.

Persiapan bisa dilakukan untuk semua aspek, materi ataupun media pembelajaran yang akan diajarkan. Persiapan yang matang membuat guru akan bersemangat saat masuk kelas.

2. Pastikan kondisi selalu sehat dan prima

Agar tetap bersemangat dalam mengajar, pastikan kondisi fisik dalam keadaan bugar dan prima. Hal ini mutlak menjadi syarat yang tidak bisa ditawar lagi. Mana mungkin guru akan tampil bersemangat dan heroik di kelas, jika kondisi fisiknya sedang lemas dan loyo. Yang ada malah siswa ikut merasa lesu dalam belajar.

Agar mendapatkan kondisi fisik yang bugar dan sehat, diperlukan istirahat yang cukup, makan makanan yang bernutrisi dan perbanyak minum air putih serta berolahraga. Selain itu,hal yang tak kalah penting untuk kesehatan adalah melakukan refreshing terhadap otak dengan cara piknik atau bertamasya.

3. Pengelolaan kelas yang baik

Siswa yang tidak bisa dikelola dengan baik memang membuat guru jenuh dalam mengajar, sehingga mereka menjadi gaduh dan ribut. Keadaan ini tentu saja menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terganggu.

Pengelolaan kelas yang baik dan terstruktur akan menjadikan kondisi belajar yang baik dan menyenangkan. Hal ini tergantung pada metode dan gaya mengajar dari guru. Metode mengajar ini disesuaikan dengan karakteristik dan gaya belajar siswa, media belajar dan pendukung dalam pembelajaran. Setidaknya guru kreatif dalam membuat sendiri media dan alat peraga yang dibutuhkan.

4. Gaya mengajar

Gaya mengajar masing-masing guru berbeda satu sama lain. Ada guru yang mengajar dengan santai, humoris, bahkan ada juga yang mengajar dengan kaku dan penuh disiplin sehingga membuat pembelajaran terasa hambar dan membosankan.

Gaya mengajar ini merupakan ciri khas dari masing-masing guru yang bukan dibuat-buat. Namun demikian, bukan berarti ini sudah paten dari seorang guru. Sikap terbuka untuk belajar adalah jalan agar gaya mengajarnya menjadi lebih baik dan cocok untuk siswa. Dengan demikian diharapkan gguru mampu menjaadi magnet atau daya tarik yang tercermin dalam perkataan dan perbuatan saat mengajar.

5. Perbaiki posisi guru

Posisi guru berpengaruh terhadap suasana belajar di dalam kelas. Guru yang cenderung hanya duduk di kursi membuat siswa merasa cepat bosan. Selain itu, posisi ini juga tidak baik untuk kesehatan guru.

Demikian juga guru yang berdiri di satu tempat saja atau menuliskan di papan dengan membelakangi siswa, memungkinkan siswa memiliki kesempatan luas untuk tidak memperhatikan.

Tepuk semangat

Untuk guru PAUD, TK dan SD bisa dengan melakukan tepuk semangat untuk memecahkan keheningan di kelas. Tepukan ini bisa juga dengan menggunakan yel-yel yang dibuat guru atau juga siswa. Di saat siswa mulai terlihat bosan, bisa dipraktekkan.

Setiap tepukan dan nyanyian yang dilakukan dengan suara lantang dan penuh semangat, terbukti membuat gurupun jadi lebih bersemangat.

6. Komunikasikan atau pindah

Ini solusi bagi yang bermasalah atau disharmonisasi antara guru dan personil disekolah. Lakukan komunikasi yang baik untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Kalau perlu libatkan pihak ketiga yang netral sebagai penengah. Jika berbagai cara sudah ditembuh, namun juga tak menemukan solusi terbaik, maka pindah tugas adalah jalan yang terakhir. Ajukan permohonan mutasi kepada atasan, jangan paksakan ketidakharmonisan terjadi di kalangan guru. Karena bisa jadi, siswa yang menjadi korban.

7. Niatkan ibadah

Ini merupakan poin penting dalam menumbuhkan semangat mengajar guru. Dengan diniatkan ibadah, tentunya guru akan lebih termotivasi dalam dirinya untuk meningkatkan kualitas diri dalam mendidik siswa. Harapannya tidak hanya dalam jangka pendek saja, melainkan lebih jauh ke depan. Jauh ke masa depan kita di akhirat nanti.

Dengan menjadikan mengajar sebagai ladang ibadah, guru akan berpikir seribu kali untuk malas-malasan di kelas. apapun yang terjadi di dalam kelas,dapat diterima dengan lapang dada. Karena bisa jadi, di antara merekalah ada tangan-tangan yang akan menarik kita kesurga. Aamin..

Cari Artikel Lainnya