Nilai C alias rantai karbon bagaikan neraka bagi sebagian orang. C+ pun yang masih memungkinkan kamu untuk nggak mengulang, tetap saja nggak sedap dipandang mata. IPK jadi sekarat, orang tua pun bertanya-tanya. Banyak hal yang menyebabkan nilai C muncul di transkrip nilaimu. Mulai dari kamu yang nggak serius mengikuti kuliah, jarang masuk, lupa belajar pas UTS, atau memang kamu sedang sial dapat dosen yang hobi menyiksa mahasiswa.
Tapi tenang, nilai C bukan akhir dunia. Kamu yang sedang kuliah sambil berharap tak pernah bertemu nilai C, atau kamu yang dulu semasa kuliah akrab dengan nilai C, nggak harus minder hanya karena kamu nggak dapat A atau B. Justru hal-hal bermanfaat di bawah ini layak kamu syukuri, karena nilai C bisa menjadi berkah tersembunyi.
1. Nilai C sama dengan mengulang mata kuliah. Di balik kesedihannya, itu adalah kesempatan emas untuk menjalin network, baik dengan dosen ataupun junior
Untuk sebagian besar kampus, nilai C masih bisa diluluskan. Sementara untuk sebagian kampus lain, minimal kelulusan adalah C+. Namun pakai (+) atau nggak, tetap saja satu nilai C bisa merusak IPK yang sudah sedemikian baiknya. Bila kamu termasuk mahasiswa yang harus mengulang mata kuliah karena nilai C, lihat sisi positifnya.
Kamu bukan hanya punya kesempatan untuk lebih memahami materi, tapi juga berkesempatan menjalin koneksi. Nggak bisa disangkal, dosen akan lebih hafal padamu karena kamu hadir di kelasnya selama dua semester. Dan kamu juga bisa bertemu dengan junior-juniormu saat mengulang mata kuliah. Toh nggak ada yang mustahil di dunia ini. Siapa tahu berawal dari mengulang kelas, kamu bisa menjalin kerja sama atau sekadar bertemu jodoh di sana.
2. Kamu adalah orang yang tahu caranya menikmati hidup. Karena prinsipmu adalah keseimbangan hidup, study hard play hard. Kuliah iya, main iya banget!
Apakah nilai C di transkripmu itu akibat kamu sering bolos kuliah dan lupa belajar saat ujian? Bila ya, barangkali nilai C mu itu adalah tanda bahwa kamu orang yang sangat menikmati hidup. Prinsipmu adalah life-balance. Kamu nggak mau kalau masa mudahmu habis di kelas untuk menyimak penjelasan dosen penuh konsentrasi, dan di perpustakaan untuk mempersiapkan materi kuliah minggu depannya.
Tekadmu adalah membuat hidup yang seimbang antara bermain dan belajar. Kamu juga orang yang cukup tahu diri, bahwa mungkin kamu nggak akan bisa mendapat nilai A kalau kamu sering cabut kuliah. Jadi kamu cukup puas dengan nilai minimal, toh, kamu juga berkesempatan mendapat pelajaran di luar kuliah.
3. Bagimu, nilai bukanlah segalanya, dan yang penting adalah prosesnya. Mengulang mata kuliah yang sama nggak masalah, toh kamu bisa jadi lebih paham dan mengerti
4. Kamu bukan seorang yang perfeksionis. Bagimu tugas yang selesai lebih berguna tugas yang sempurna tapi nggak selesai-selesai
Banyak orang yang bingung dengan tipe kerjamu ini. Tapi sebenarnya prinsipmu sederhana, karena bagimu tugas yang selesai jauh lebih berguna daripada tugas yang dirancang dengan sempurna, tapi justru nggak selesai-selesai. Prinsipmu ini sangat membantu saat kamu menyusun skripsi. Betul nggak, hey, mantan pejuang skripsi? ;p
5. Kamu tahu bahwa masa-masa kuliah bukan hanya masa untuk belajar di kelas, tapi juga melakukan hal-hal lain yang nggak kalah bermanfaat. Jadi mungkin rajin ikut organisasi atau traveling
6. Kamu tahu apa yang kamu sukai dan apa yang nggak kamu sukai. Itulah alasan kenapa kamu kurang tertarik pada sebuah mata kuliah, jadi terkadang dapat nilai C aja sudah syukur
Sementara di kuliah lain yang ‘kamu-banget!’ kamu akan totalitas mulai dari rajin masuk dan rajin mengerjakan tugas. Ini membuktikan bahwa kamu selangkah lebih maju dari teman-temanmu. Kamu tahu apa yang kamu mau, dan kamu tahu apa yang nggak kamu mau.
7. Kamu punya definisi suksesmu sendiri. Nilai A dan pujian dari dosen serta teman bukan hal utama
Kamu tahu bahwa kualitasmu nggak ditentukan dengan huruf apa yang kamu dapat. Kamu pandai memaknai kesuksesan dengan defisinimu sendiri, dan kamu yakin bahwa kamu tetap bisa sukses meski kesuksesan itu nggak sejalan dengan apa yang wajar di mata orang. Kamu bukanlah pribadi yang tekun mendengarkan omongan orang dan menjadikannya penghalang kesuksesan masa depan.
Untung saja kita hidup di zaman yang sudah lumayan berkembang. Tak perlu minder dengan nilai C yang bertebaran, ketika sudah melepas toga dan punya ijazah kelak, kamu dan teman yang nilainya A semua bersaing dari titik yang sama. Terlebih lagi, sekarang sudah banyak perusahaan yang melihat kandidat bukan dari besarnya IPK, tapi dari niat dan kemampuanmu yang sesungguhnya. Nilai bukan syarat utama yang kamu perlukan untuk bersaing di dunia kerja. Semangat untuk bekerja dan belajar dan bekal berbagai softskill lain justru lebih menentukan. Toh, nggak selamanya kemampuanmu tergambar dari angka-angka pada transkrip nilai.