Nidji lahirkan kembali album Breakthru'

Oleh : Marissa Putri - 29 November 2016 14:00 WIB

Saat ini industri musik sudah bergerak ke arah digital, tanpa bentuk fisik. Orang bisa beli lagu hanya dengan mengunduh dari internet, tanpa perlu membeli album fisik dari sang pemusik.

Majunya internet juga membuat sebagian penikmat musik memilih mendengarkan lagu dari layanan pengaliran musik (streaming).

Namun siapa sangka, pada saat musik sudah serba digital, format piringan hitam alias vinyl --salah satu medium pemutaran musik paling awal-- masih disukai. Buktinya, kemarin (28/11/2016), kelompok band Nidji baru saja meluncurkan album Breakthru' dalam bentuk piringan hitam.

Lho, bukankah Breakthru' adalah album perdana Nidji, yang dirilis pada 2006?

Ya, betul sekali, Breakthru' kali ini sama dengan album yang memperkenalkan band ini ke dalam dunia musik Indonesia.

Rupanya, versi piringan hitam ini merupakan semacam perayaan dari Nidji untuk 10 tahun album Breakthru', yang pertama kali dirilis pada November 2006 dengan beberapa lagu tunggal (single) andalan, seperti "Sudah", "Hapus Aku", "Disco Lazy Time", dan "Kau dan Aku".

Sebetulnya, kelompok yang digawangi oleh Giring Ganesha (vokal), Andi Ariel Harsya dan Ramadhista Akbar (gitar), Randy Danistha (kibor), Andro Regantoro (bass), serta Adri Prakarsa (drum) ini ingin merilis versi vinyl pada bulan Februari.

"Harusnya kami luncurkan album ini pada Februari, bertepatan dengan ultah Nidji ke-14," ujar Ramadhista dalam acara peluncuran album Breakthru' di Kinosaurus, Kemang, Jakarta Selatan (28/11/2016).

"Tapi karena beberapa hal, akhirnya berhalangan dan geser ke bulan November, kan momennya juga bertepatan banget dengan ulang tahun album Breakthru'" jelas pria yang akrab dipanggil Rama ini.

Lagipula, Nidji menganggap album Breakthru' sebagai sesuatu yang masih relevan. Rama bercerita, ketika Nidji manggung dalam sebuah acara yang mayoritas penontonnya adalah anak-anak sekolah menengah pertama (SMP), mereka bisa menyanyikan lagu "Hapus Aku" dengan lancar.

Padahal, lagu tunggal kedua dalam album Breakthru' ini dirilis hampir 10 tahun lalu, saat sebagian besar dari anak-anak SMP itu masih berusia balita.

Aransemen dalam album ini pun sengaja dipertahankan keasliannya untuk membawa suasana nostalgia."Kami harus mengembalikan semangat yang lama," ujar Rama, yang bertugas sebagai kepala proyek perilisan album vinyil ini.

Lalu, mengapa menggunakan piringan hitam sebagai medium reinkarnasi album Breakthru'?

"Piringan hitam lebih cocok untuk dikoleksi. Zaman sekarang, orang beli vinyl buat ditaruh atau dipajang," jelas Rama.

Ada semacam rasa bangga bagi para penggemar suatu kelompok musik, bila mereka memiliki karya musisi favorit dalam bentuk klasik ini. Namun, kebanggaan itu tak hanya milik penggemar, tapi juga sang musisi.

"Kami proud juga sih, bisa bikin piringan hitam," Rama mengakui.

"Cetaknya aja di Prancis, sebelumnya seluruh album kami dicetak di dalam negeri," timpal Giring.

Album Breakthru' versi piringan hitam dijual secara terbatas, hanya 225 keping saja. Dengan jujur, Andro Regantoro mengaku tak mengharapkan profit sama sekali dari penjualan album piringan hitam. "Ini adalah hadiah dari kami bagi para penggemar Nidji," ujar Andro.

Menurut Andro, orang yang membeli album vinyl dari musisi yang digemarinya merupakan penggemar yang sangat setia, makanya album ini ia sebut sebagai hadiah bagi mereka. Terlebih, ada beberapa hal spesial yang menjadi nilai tambah album ini, yaitu tanda tangan asli, serta coretan gambar (doodle) guratan para personel Nidji.

Album Breakthru' versi piringan hitam bisa dipesan sejak 28 November di situs toko daring Elevenia. Harganya Rp350.000, sudah termasuk ongkos kirim.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :