Perkembangbiakan Vegetatif dan Generatif Pada Tumbuhan

Oleh : Putri Mahmudah - 10 August 2021 07:00 WIB

Perkembangbiakan Tanaman – Pengertian, Vegetatif Dan Generatif – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai perkembangbiakan tanaman yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, keuntungan dan kerugian, nah untuk lebih memahami dan dimengerti simak ulasan dibawah ini.

Pengertian Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan tanaman adalah suatu proses yang bertujuan untuk memperbanyak jumlah tanaman spesies atau kultivar tertentu, secara umum terdapat dua tipe perkembangbiakan tanaman yaitu:

  • Perkembangbiakan seksual
  • Perkembangbiakan aseksual

Dan di alam hampir semua tanaman berkembangbiak secara seksual dengan menghasilkan biji yang viabel.

Perkembangbiakan Seksual

Perkembangbiakan seksual melibatkan penyatuan serbuk sari “jantan” dan sel telur “betina” untuk memproduksi biji. Sebuah biji tersusun atas tiga bagian yakni kulit biji sebagai pelindung biji, endosperma sebagai cadangan makanan dan embrio yang merupakan calon tanaman. Ketika biji telah dewasa dan berada pada lingkungan yang sesuai maka biji tersebut akan mulai berkecambah, yang secara umum terdapat dua tipe pembiakan secara seksual yaitu isogami dan heterogami.

Keuntungan Dan Kerugian

Adapun dalam perkembiakan seksual ada keuntungan dan kerugian yang diantaranya yaitu:

  • Keuntungan

Tanaman ditanam melalui biji dalam kondisi hidup, memiliki sistem perakaran yang dalam sehingga memiliki vigor yang baik, memungkinkan terjadinya perbaikan sifat dibandingkan induknya adanya polyembryony, perkembangbiakan dengan biji sangat dibutuhkan ketika perkembangbiakan vegetatif mengalami kegagalan atau membutuhkan banyak biaya.

  • Kerugian

Jika keturunan yang dihasilkan tidak mewarisi sifat unggul tetuanya maka hasil anakan bersifat inferior sehingga tidak menguntungkan, biji kehilangan viabilitas dalam periode yang singkat penyemaian menyebabkan tanaman mengalami fase juvenile yang lama.

Perkembangbiakan Aseksual

Perkembangbiakan aseksual ialah salah satu metode reproduksi pada tanaman tanpa melalui meiosis, reduksi ploidi atau persilangan sehingga menghasilkan keturunan yang merupakan klon dari induknya.

Sifat anakan sama dengan induk karena tidak terjadi peleburan sifat, beberapa tanaman berkembangbiak secara aseksual yang mana membuat mereka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mempertahankan populasi.

Para ahli hortikultura memanfaatkan sifat ini untuk memperbanyak tanaman dalam jumlah banyak secara cepat. Perkembangbiakan aseksual yang terjadi secara alami ialah membelah diri, sementara metode perkembangbiakan aseksual yang ditemukan oleh manusia ialah cangkok, stek, kultur jaringan dan lain-lain.

Keuntungan Dan Kerugian Perkembangan Aseksual

Adapun keuntungan dan kerugian perkembangan aseksual yang diantaranya yaitu:

Keuntungan

  • Keberhasilannya dapat segera dilihat.
  • Tetua heterosigot dapat dilestarikan tanpa mengubah sifat.
  • Dan lebih mudah dan cepat dari pada pembiakan dengan biji karena masalah dormansi benih dapat dihilangkan sama sekali dan status juvenile diperpendek.

Kerugian

Kerugian utama dari perbanyakan aseksual ialah hilangnya keragaman, para ilmuwan sepakat bahwa keragaman merupakan faktor yang penting dalam resistensi dan penyakit.

Perkembangbiakan tanaman.

Perkembangbiakan tanaman adalah suatu proses dihasilkannya individu generasi keturunan baru dari kedua atau suatu tetua dalam rangka untuk mempertahankan dan pengembangan suatu jenis tanaman. Perkembangbiakan tanaman biasanya mengikuti suatu pola yang teratur yang dikenal dengan siklus atau daur hidup tanaman, yaitu suatu siklus dari biji sampai menghasilkan kembali biji baru atau dari suatu bagian tanaman yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru dan menghasilkan bagian tanaman baru yang dapat tumbuh berkembang menjadi tanaman baru lagi untuk meneruskan kehidupan dengan pola siklus yang teratur.

Cara perkembangbiakan tanaman pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu secare generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif adalah perbanyakan tanaman tersebut melalui biji atau embrio yang dihasilkan dari persatuan gamet jantan dan gamet betina melalui proses penyerbukan dan pembuahan pada tanaman berbunga. Perkembangbiakan secara vegetatif artinya tanaman atauindividu tanaman baru berasal dari bagian vegetatif tanaman induk. Bagian vegetatif dapat berupa akar, batang, daun, umbi yang apabila dilepas dan ditempatkan pada lingkungan yang sesuai dapat tumbuh menjadi tanaman baru yang sempurna.

Perkembangbiakan Generatif

Tanaman yang berkembang biak secara generatif memiliki organ perkembangbiakan dalam bentuk bunga, yang didalamnya terdapat alat – alat kelamin jantan yang disebut anther yang menghasilkan tepung sari sebagai sel kelamin jantan dan putik sebagai organ kelamin betina yang menghasilkan sel telur. Pada jenis tanaman ini dapat dibedakan kelompok tanaman yang determinateartinya pertumbuhan maksimal terjadi pada saat terebentuk bunga, sehingga bunga terdapat dibagian ujung tanaman dan jenis tanaman indeterminate; artinya pertumbuhan berlangsung terus meskipun sudah memasuki phase generatif.

Bentuk atau keadaan modifikasi antara keduanya adalah semi determinate, yaitu setelah masuk phase generatif pertumbuhan vegetatif masih berlangsung sampai batas tertentu saja kemudian terhenti. Pada waktu pertumbuhan tanaman pada phase vegetatif, yang berlangsung sejak perkecambahan sampai dan selama pembentukan organ-organ vegetatif terjadi pembelahan sel secara mitosis, yang dicirikan bahwa sel anakan memiliki susunan dan jumlah khromosom persis sama dengan sel induk. Sel – sel sejenis akan membentuk jaringan, dan jaringan sejenis akan membangun organ yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan tanaman.

Tanaman yang phase vegetatif telah berkembang sempurna, akan memasuki phase generatif yaitu pembentukan organ – organ reproduksi yang dicirikan dengan munculnya primordial bunga. Pada phase generatif terjadi proses pembelahan meiosis yang menghasilkan gamet baik gamet jantan maupun betina yang memiliki jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel induk. Apabila tanaman induk dalam keadaan diploid (2n) maka gamet yang dihasilkan dalam keadaan haploid (n). Proses pembentukan gamet disebut gametogenesis yang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu mikrosprogenesis yang menghasilkan gamet betina.

Disebut mikrosporogenesis karena menghasilkan mikrospora dengan ukuran gametnya kecil dibanding dengan megasporogenesis yang menghasilkan megaspora yang mempunyai ukuran gamet lebih besar. Mikrospora berasal dari sel induk tepung sari yang disebut PMC (pollen mother cell) yang melalui proses mikrosporogenesis akan menghasilkan mikrospora atau tepung sari dalam keadaan haploid. Sel induk sel kelamin betina disebut MMC (megaspore mother cell) yang melalui proses megtasporogenesis akan menghasilkan sel telur atau ovum daslam keadaan haploid.

Pada kelompok Angiospermae megaspore yang dihasilkan akan mengalami pembelahan inti lebih lanjut yang akan menghasilkan 8 inti yang kemudian menempatkan diri secara sistematis yaitu 3 inti antipoda, 3 inti nucellus dan 2 inti sel telur atau lembaga. Apabila kedua sel kelamin telah masak akan terjadi penyerbukan, yaitu suatu peristiwa jatuhnya tepung sari diatas kepala putik. Penyerbukan akan diikuti proses pembuahan yang ditengarai dengan tumbuhnya buluh serbuk sari dengan diikuti terjadinya pembelahan inti jantan yang menghasilkan 3 inti haploid, dan apabila sel kelamin betina subur dan reseptip maka buluh serbuk sari dapat berkembang sempurna dan proses pembuahan berlangsung.

Tiga inti haploid pada buluh serbuk sari mempunyai peranan sendiri – sendiri, satu inti sebagai inti vegetative yang berfungsi untuk mengantarkan buluh serbuk sari menembus mikrofil dan setelah tugasnya selesai inti vegetatif hilang, dan dua inti generatif masing – masing bertemu inti telur (n) untuk membentuk embrio (2n) dan inti generatif lainnya bertemu dengan inti lembaga yang dalam keadaan 2 n sehingga menghasilkan endosperm 3n yang berfungsi sebagai makanan cadangan untuk pertumbuhan embrio. Pembentukan keturunan baru (lembaga) disertai dengan perkawinan antara sel telur dengan inti sperma disebut amphimixa (amphimixis). Peristiwa pembuahan pada Angiospermae dikenal dengan pembuahan rangkap yang dicirikan dengan hasil endosperm dalam keadaan triploid (3n). Pada kelompok Gymnospermae tidak terjadi pembuahan rangkap sehingga endosperm yang dihasilkan dalam keadaan diploid (2n).

Perkembangbiakan Vegetatif

Cara perkembangbiakan vegetatif dengan memanfaatkan bagian – bagian vegetative untuk mendapatkan tanaman baru dalam pemuliaan tanaman sangat berguna untuk menciptakan klon unggul yang uniform. Klon adalah kelompok individu atau populasi yang tersusun atas individu – individu dengan susunan genetic atau genotipa yang sama, karena berasal dari bagian vegetatif tanpa terjadi kombinasi gen baru seperti halnya pada tanaman yang berkembang biak secara generative. Sebagai contoh pada tanaman ubi kayu, ubi jalar, kentang, gladiol, pisang, tebu, karet, teh dan sebagainya. Klon dapat dihasilkan dari stek batang, stek daun, stek akar. Tanaman atau pohon induk klon dapat berasal dari klon tua yang sudah ada atau dari hasil kombinasi genetik melalui persilangan yang kemudian diperbanyak secara vegetatif. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan juga melalui cangkok (air layering), merunduk (layering), okulasi, penyambungan dan sebagainya.

Upaya penggabungan sifat dua atau lebih pohon induk dapat dilakukan dengan mengembangkan metode perkembangbiakan vegetatif, yaitu dengan menggabung dua atau lebih bagian tanaman induk melalui banyak cara atau metoda yaitu sambung pucuk (top grafting), sambung samping (side grafting) maupun okulasi. Contoh klasik dan sederhana dari sambung pucuk misalnya pada ubikayu yang dikenal dengan cara Mukibat, suatu cara memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil ubikayu dengan menggabungkan batang bawah dari jenis ubi kayu yang enak tetapi produksi rendah, umur relatif pendek (10-14 bulan), daun kurang enak untuk sayuran dan ubi kayu tahunan yang dikenal dengan sebutan ubikayu karet dengan sifat umur panjang (menahun), ubi beracun (kandungan sianida tinggi), berdaun lebat sebagai batang atas.

Mukibat berhasil menyambung kedua jenis tersebut sehingga tanaman baru tersebut dapat berumur lebih panjang dan hasilnya meningkat yang ditunjukkan ukuran umbi yang lebih besar dan kualitas rasa enak tidak beracun, sementara daun muda masih dimungkinkan dimanfaatkan sebagai sayuran. Perkembangan dari system Mukibat tersebut pada tahun selanjutnya diaplikasikan pada berbagai tanaman hias, tanaman buah – buahan dan tanaman perkebunan, dengan hasil yang memuaskan. Kelebihan sistem ini dapat menggabungkan dua jenis tanaman atau pohon yang mempunyai hubungan kekerabatan pada tingkat jenus. Sebagai contoh dari genus Mangifera dapat disambung antara kweni (Mangifera foestida) dan mangga (Mangifera indica) atau dua jenis yang mempunyai hubungan kekerabatan lebih dekat misalnya antara dua jenis mangga Lalijiwo sebagai batang bawah dan mangga Manalagi sebagai batang atas. Dari cara perbaikan ini diperoleh tanaman baru dengan umur berbuah lebih pendek disbanding tanaman yang sama yang berasal dari biji, dan rasanya relative tidak berubah.

Dalam hal tertentu sering dijumpai cara perbanyakan generatif yang menyimpang dari kondisi normal misalnya terjadinya pembentukan lembaga (keturunan baru) tanpa adanya peristiwa perkawinan terlebih dahulu disebut apomixis, dimana parthenogenesis merupakan salah satu contoh apomixis. Kultur anthera, yang menghasilkan tanaman haploid, kultur embryo, embryo rescue melalui teknologi kultur jaringan (tissue culture) yang pada dasa warsa terakhir telah banyak dikembangkan untuk menciptakan variabilitas baru.

Morphologi dan Biologi Bunga

Sebelum melakukan persilangan buatan atau pengendalian penyerbukan dan pembuahan dalam rangka mencegah tercampurinya oleh tepung sari asing atau untuk membuat kombinasi genetik baru melalui persilangan buatan, maka hal utama yang harus difahami adalah hal ikhwal atau seluk beluk, perilaku, struktur dan susunan bagian – bagian bunga dari suatu jenis tanaman. Disamping itu juga harus difahami tentang perilaku organ kelamin jantan maupun betina yaitu kapan masing – masing bersifat fungsional dan reseptif. Kapan bunga membuka sempurna, bagaimana dan kapan terjadi penyerbukan, kapan tepung sari masak dan kapan sel telur atau putik siap dibuahi dan juga hambatan – hambatan yang mungkin terjadi yang menyebabkan gagalnya proses pembuahan berlangsung secara normal.

Pengetahuan yang mempelajari hal – hal tersebut dikenal dengan morphologi dan biologi bunga. Dalam morphologi bunga dipelajari tentang struktur dan susunan bagian – bagian bunga antara lain bentuk dan kedudukan dasar bunga, susunan dan banyaknya perhiasan bunga yang mencakup kelopak bunga, mahkota bunga, banyaknya dan kedudukan kepala sari, kedudukan tangkai dan kepala putik. Keterangan tentang bagian – bagian bunga tersebut dinyatakan dalam rumus bunga.

Berdasarkan alat – alat kelamin yang terdapat pada masing – masing bunga, dapat dibedakan menjadi :

  • Bunga banci atau bunga berkelamin dua hermaphrodit, yaitu bunga yang memiliki benang sari (alat kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina). Bunga seperti ini disebut juga sebagai bunga sempurna atau bunga lengkap, karena bunga hermaphrodit biasanya juga memiliki perhiasan bunga yang terdiri dari kelopak dan mahkota. Tanaman yang memiliki bunga hermaphrodit atau bunga sempurna disebut tanaman berbunga hermaphrodit.
  • Bunga berkelamin tunggal (unisexualis), yaitu apabila pada bunga hanya terdapat salah satu alat kelamin. Berdasar alat kelamin yang ada maka dibedakan menjadi :
  1. Bunga jantan (flos masculus) jika bunga tersebut hanya memiliki benang sari. Sebagai contoh bunga jantan jagung (tassel) yang terdapat di ujung tanaman.
  2. Bunga betina (flos famineus) jika hanya memiliki putik saja.
    Sebagai contoh bunga betina jagung yang akan berkembang menjadi tongkol.
  • Bunga mandul yaitu bunga yang tidak memiliki alat kelamin jantan maupun betina. Sebagai contoh bunga pita pada bunga matahari.

Berdasar bunga yang dimiliki, maka tanaman dibedakan menjadi :

  1. Tanaman berumah satu (monoccus), yaitu tanaman yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu tanaman, misalnya jagung, mentimun, jarak dan lainnya.
  2. Tanaman berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah pada individu tanaman yang lain, artinya ada tanaman yang hanya membawa bunga betina dan ada tanaman yang hanya membawa bunga betina, misalnya pada tanaman salak (Zalacca edulis, Reinw.).
  3. Tanaman polygamous, jika pada satu tanaman terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci bersama – sama, misalnya pada papaya (Carica papaya L). Poligamy digunakan untuk memperlihatkan suatu kombinasi bukan berumah satu dan bukan berumah dua. Perlu diketahui juga bahwa terdapat berbagai variasi dari polygamy, misalnya gynodinoecie, yaitu jika pada suatu tanaman hanya terdapat bunga betina saja, sedang pada tanaman lain terdapat bunga banci yang banyak dijumpai pada keluarga Labiatac (tanaman berbunga berbibir), androdioccic, yaitu jika pada suatu banci, misalnya pada Dryas octopetala, monoccisch polygam, jika pada satu tanaman terdapat bunga – bunga jantan, betina dan banci bersama – sama, misalnya pada Carica papaya, gynomonooecie, jika pada satu tanaman terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama ; gynomonooecie, jika pada satu tanaman bunga betina dan bunga banci bersama – sama ; andromonoecie, jika pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga banci bersama – sama ; trioecie atau trioecisch – polygam, jika bunga jantan, bunga betina dan bunga banci masing – masing terpisah pada tanaman yang berbeda.

Berdasar jenis tanaman atas dasar bunganya tersebut akan berkaitan erat dengan program pemuliaan terutama dalam pengendalian penyerbukan untuk persilangan buatan. Hal ini berkaitan dengan waktu untuk melakukan kastrasi yaitu suatu pekerjaan atau tahan pekerjaan persilangan buatan yang bertujuan membuang seluruh organ kelamin jantan dengan memotong atau menghilangkan selurus stamen sebelum tepung sari masak dan meninggalkan organ kelamin betina (tangkai putik dan kepala putik) dalam keadaan yang tidak rusak. Setelah tindakan kastrasi dilakukan bunga tersebut dilindungi dari penyerbukan baik oleh angin, serangga atau perantara / agensia lainnya dengan cara membungkus atau mengerodong dengan kantong kertas.

Tindakan selanjutnya yaitu hibridisasi buatan dengan menaburkan serbuk sari dari tanaman jantan pada saat putik reseptif. Dari pengetahuan morphologi dan biologi bunga diketahui kapan tepung sari masak dan kapan putik reseptif. Beberapa jenis tanaman ada yang waktu masak tepung sari bersamaan dengan masaknya kepala putik, tetapi banyak juga yang masaknya tepung sari dan putik tidak bersamaan. Ada jenis tanaman yang dalam satu bunga tepung sari masak lebih awal (protandrie atau protrandrie) dan serbuk sari bersifat viable dalam waktu yang relatif panjang, dan putik masak belakangan atau sebaliknya putik masak lebih awal disbanding tepung sari (protogynie atau proterogynie) sehingga penyerbukan silang lebih besar kemungkinannya terjadi.

Didepan telah disebutkan bahwa pengertian penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari diatas kepala putik, dan tepung sari bias berasal dari berbagai sumber, oleh karena itu atas dasar sumber serbuk sari yang berperan dalam penyerbukan, maka penyerbukan, dibedakan menjadi :

  1. Penyerbukan sendiri (autogamie), yaitu jika serbuk sari yang jatuh diatas kepala putik berasal dari bunga yang sama.
  2. Penyerbukan tetangga (geitonogamie), yaitu jika serbuk sari yang jatuh diatas kepala putik berasal dari bunga lain pada tanaman yang sama
  3. Penyerbukan silang (allogamie, xenogamie), yaitu jika serbuk sari yang jatuh diatas kepala putik berasal dari bunga tanaman lain yang sejenis
  4. Penyerbukan bastar (hybridisatie), jika serbuk sari berasal dari bunga pada tanaman lain yang berbeda jenisnya.

Penyerbukan sendiri dan penyerbukan tetangga sering dikelompokkan menjadi satu yaitu kelompok tanaman menyerbuk sendiri atau autogami sedang penyerbukan bastar lebih banyak diaplikasikan dalam rangka menyusun genotipa unggul. Artinya dapat terjadi antara spesies yang sama maupun yang berbeda, tergantung sifat yang ingin digabungkan berasal dari mana.

Penggolongan Tanaman.

Penggolongan tanaman dalam bahasan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran agar dalam penerapan suatu metode pemuliaan tanaman sudah dapat diantisipasi segala kemudahan dan juga kesulitan yang mungkin dihadapi dalam membentuk genotipa unggul baru. Penggolongan tanaman yang sudah lazim adalah pengelompokan tanaman secara sistematik tumbuhan yang mengelompokkan tanaman kedalam Devisio, Klassis, Ordo, Familia, Genus dan spesies yang kadang sesuai kebutuhan masih terdapat tingkatan yang lebih rinci misalnua sub-devisio, sub-klassis, sub-ordo.

Pengelompokkan kedalam strata yang lebih rendah lagi dibawah varietas adalah land-ras atau ras dan forma. Hubungan secara sistematik ini bermanfaat untuk menggambarkan tingkat kekerabatan antara tanaman satu dengan lainnya, yaitu jauh dekatnya hubungan kekerabatannya. Antara dua tanaman yang hubungan kekerabatannya jauh memberikan dampak tingkat kesulitan yang lebih dalam penggabungan sifat dari keduanya kedalam satu genotipa, sedang yang hubungan kekerabatannya dekat lebih cenderung mudah untuk menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua kedalam satu genotipa. Hubungan kekerabatan jauh dapat ditinjau dari spesies, genus keatas. Jadi persilangan antar spesies pada tanaman tertentu sudah dijumpai kesulitan-kesulitan terlebih persilangan antar genus atau aras yang lebih tinggi.

Persilangan dari tanaman yang hubungan kekerabatannya dekat misalnya antar varietas antar ras atau lini biasanya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Dalam mata kuliah sistematika tumbuhan telah dipelajari bahwa tumbuhan masuk dalam phylum Plantae dengan beberapa klassis dan klassis terdiri dari beberapa ordo, ordo terdiri dari beberapa familia, dan familia terdiri dari beberapa genus. Perbedaan yang menyebabkan timbulnya beberapa kesulitan dalam persilangan jauh antara lain jumlah khromosoma yang berbeda baik jumlah khromosom dasar maupun ploidi dari individu tersebut. Misalnya persilangan antara tanaman diploid (2n) dengan tanaman tetraploid (4n) dapat diperoleh genotipa baru tetapi dalam keadaan triploid (3n) yang mempunyai sterilitas yang tinggi, sehingga untuk dapat bersifat viable harus digandakan jumlah khromosomanya menjadi heksaploid (6n). Hambatan – hambatan dalam persilangan jauh akan dibahas lebih lanjut pada bagian lain dalam rangkaian kuliah ini.

Penggolongan tanaman menurut sistem yang lain yang berkaitan dengan proses persilangan adalah berdasarkan sistem pembungaan dan penyerbukannya yang secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu tanaman menyerbuk sendiri (autogamous) dan tanaman menyerbuk silang (allogamous) dengan struktur bunga seperti diuraikan pada bahasan morphologi bunga di depan. Di samping itu juga peran agensia persilangan alami yang menyebabkan terjadinya penyerbukan silang misalnya tanaman yang penyerbukannya dibantu serangga (entomophilie, entomogamie), penyerbukan dengan perantaraan burung (ornitophielie, ornitogamie), penyerbukan dengan perantaraan kelelawar (chirpterophielie, chiropterogamie) dan kelompok tanaman yang penyerbukannya dibantu air (hydrophielie). Pada masing – masing kelompok tanaman memiliki ciri yang spesifik terlebih dengan struktur bunga dan alat atau sel kelamin jantannya.

Ancmophelic

Tumbuhan yang penyerbukannya dengan bantuan angin mempunyai sifat – sifat menghasilkan serbuk sari dalam jumlah banyak sekali, lembut dan kering tidak berlekatan, sehingga mudah beterbangan kemana-mana. Kepala putik mempunyai bentuk seperti bulu ayam atau seperti benang, sehingga kemungkinan menangkap serbuk sari yang beterbangan sangat besar. Bunga seringkali tidak mempunyai perhiasan bunga (kelopak dan mahkota) atau kedua bagian bunga tersebut sangat tereduksi, hingga baik benang sari maupun kepala putiknya tidak terlindung bila ada tiupan angin yang mungkin membawa tepung sari (dapat digoyang), memudahkan berhamburannya serbuk sari jika ada tiupan angin. Tempat kedudukan bunga tidak tersembunyi. Contoh keluarga rumput-rumputan (Graminae), tumbuhan yang berbiji telanjang (Gymnospermae).

Zoidophielie (perantaraan binatang)

Tumbuhan atau tanaman yang penyerbukannya dengan bantuan binatang mempunyai bunga dengan ciri – ciri warna menarik, menghasilkan sesuatu yang menjadi makanan serangga atau binatang, serbuk sari sering bergumpal – gumpal dan berperekat, sehingga mudah menempel pada tubuh atau kaki binatang yang mengunjunginya. Kadang mempunyai bentuk yang khusus sehingga bunga hanya dapat dikunjunhi oleh jenis binatang atau hewan tertentu saja. Contoh tanaman entomophielie adalah vanili (Vanilla planifolia), tanaman ornithophielie misalnya pohon dadap (Erythrina lithosperma) pohon randu hutan (Bombax malabaricum).

Pada tanaman menyerbuk sendiri (autogamie) berdasar waktu terjadinya penyerbukan dibedakan menjadi cleistogami yaitu penyerbukan terjadi sebelum bunga membuka, sehingga terjadinya persilangan luar sangat kecil, sedang kelompok yang lainnya penyerbukan terjadi pada saat bunga membuka sehingga kemungkinan terjadinya penyerbukan silang sangat besar. Hal ini menjadi penting berkaitan dengan tindakan kastrasi dalam rangka melakukan persilangan buatan untuk membentuk hybrid baru. Tanaman kacang-kacangan adalah contoh tanaman cleistogami dengan waktu masak serbuk sari lebih awal dari masaknya putik.

Hal lain tentang bunga yang perlu difahami adalah keadaan abonormalitas yang dapat menimbulkan kegagalan penyerbukan sendiri yaitu adanya ketidakcocokan (inkompabilitas) antara serbuk sari dan putik dan sterilitas serbuk sari. Inkompabilitas dapat disebabkan karena berbagai hal yang berkaitan dengan struktur putik dan kepala sari atau ketidak sinkronnya waktu masaknya sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Inkompabilitas dapat disebabkan akibat susunan tangkai sari atau tangkai putik dalam satu bunga yang sangat berjauhan yang disebut heterostylie. Heterostylie dibedakan menjadi :

  1. Heterodistylie, jika pada satu spesies tanaman diketemukan tanaman dengan dua bentuk bunga (dimorphisme), yaitu tanaman diketemukan dengan bunga bertangkai putik panjang dan benang sari pendek atau tanaman dengan bunga bertangkai putik pendek dan benang sari panjang.
  2. Heterotristylie, jika dalam satu spesies tanaman ada tanaman yang mempunyai bunga dengan tangkai putik pendek dan benang sari sedang dan panjang, atau tanaman dengan bunga yang bertangkai putik sedang dan benang sari pendek dan panjang, atau tanaman mempunyai bunga dengan tangkai putik panjang dan benang sari pendek dan panjang.

Sterilitas adalah suatu fenomena tidak berfungsinya sel kelamin baik jantan maupun betina. Jadi tanaman betina yang steril meskipun mendapat penyerbukan dengan tepung sari yang subur (fertile) pembuahan tetap tidak terjadi atau sebaliknya putik yang fertile diserbuki oleh tepung sari yang mandul (steril) maka tidak akan terjadi pembuahan juga.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :