4 Ilmuwan yang Menjadi Pemimpin Politik Hebat di Dunia

Oleh : Rizki Anugrah Ramadhan - 09 October 2019 17:05 WIB

alt="" src="https://i0.wp.com/saintif.com/wp-content/uploads/2019/10/Saintis-Politik.png?resize=678%2C381&ssl=1" title="Saintis Politik" />

Ilmuwan itu tidak hanya berdiam diri di laboratorium. Menjadi ilmuwan berarti mempelajari ilmu pengetahuan secara mendalam. Ilmu yang mendalam ini kemudian dapat diaplikasikan dalam berbagai hal di kehidupan sehari-hari. Buktinya ada beberapa sosok ilmuwan hebat yang bisa memanfaatkan ilmunya dan menjadi seorang pemimpin politik besar pada masanya. Berikut ini adalah 4 orang ilmuwan pemimpin politik tersebut.

Margaret Thatcher, ahli kimia

alt="Ilmuwan pemimpin politik" src="https://i2.wp.com/saintif.com/wp-content/uploads/2019/10/Margareth-Tatcher.jpg?ssl=1" style="height:267px; width:400px" />

Mantan perdana menteri Inggris ini mendapatkan gelar sarjana kimia dari Universitas Oxford, lulus dengan gelar kehormatan.

Margaret Thatcher memiliki spesialisasi dalam kristalografi sinar-X. Selama kuliah ia berada di bawah bimbingan Dorothy Hodgkin, yang kemudian memenangkan Hadiah Nobel Kimia. Setelah lulus Thatcher bekerja sebagai peneliti kimia. Setelah itu ia pindah ke Dartfor untuk memulai karir politiknya.

Thatcher adalah salah satu pemimpin dunia pertama yang menangani masalah pemanasan global. Dia mendirikan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim dan British Hadley Centre untuk Prediksi dan Penelitian Iklim (dan memicu pemogokan penambang batubara).

Jimmy Carter, insinyur nuklir

alt="Jimmy carter, ilmuwa yang menjadi presiden Amerika" src="https://i1.wp.com/saintif.com/wp-content/uploads/2019/10/Jimmy-Carter.jpg?ssl=1" style="height:267px; width:400px" />

Jimmy Carter menjabat sebagai insinyur di kapal selam nuklir sebelum menjadi presiden Amerika Serikat.

Carter lulus dari Akademi Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1946 dengan gelar sarjana sains.

Dia menjabat sebagai petugas teknik di USS Seawolf, kapal selam nuklir kedua Amerika, sebelum menyelesaikan studi pascasarjana di bidang fisika nuklir di Union College New York.

Kematian ayahnya mengakhiri karir tekniknya ketika dia pindah kembali ke Plains, Georgia, untuk mengambil alih pertanian kacang tanah keluarga.

Carter kemudian beralih dari kacang tanah ke politik. Ia terus berusaha mengembangkan diri walaupun ia mengalami kesulitan.

Puncak karirnya adalah ketika ia berhasil menjadi presiden Amerika Serikat ke-39.

BJ Habibie, insinyur penerbangan

alt="" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcTz1rEyAS5cohktPj7XupEnrKpsTGZW6zyw4xJg3aUAq5po3geM" style="height:297px; width:400px" />

Siapa yang tidak kenal Beliau? Presiden ketiga Republik Indonesia.

BJ Habibie kuliah hingga Doktor di Jurusan Teknik Aeronautika atau Penerbangan di RWTH Aachen University, Jerman.

Beliau merumuskan beberapa hal penting di teknik penerbangan selama menjadi peneliti di Jerman, diantaranya Habibie Factor, Habibie Theorem, dan Habibie Method.

Namun BJ Habibie menolak untuk menjadi Profesor di Jerman, dan pulang ke Indonesia untuk merintis industri penerbangan di Indonesia.

Dari 1978 hingga 1998 Beliau juga menjadi Menteri Riset dan Teknologi dan Kepala Badan Pengekajian dan Penerapan Teknologi.

BJ Habibie menggantikan Soeharto menjadi Presiden di tahun 1998 – 1999.

Meski menjabat dengan waktu singkat, BJ Habibie mampu membangkitkan Indonesia dari krisis moneter dahsyat.

Angela Merkel, ahli kimia kuantum

alt="Angela merkel ilmuwan politik" src="https://i2.wp.com/saintif.com/wp-content/uploads/2019/10/Angela-Merkel.jpg?ssl=1" style="height:267px; width:400px" />

Angela Merkel telah menjadi kanselir Jerman sejak tahun 2005.

Merkel adalah seorang Kanselir Jerman berprestasi secara akademis di sekolah menengah, tetapi setelah gagal dalam bidang fisika, ia memutuskan untuk berpindah ke ilmu kimia di Universitas Leipzig.

Merkel lulus dengan gelar dalam fisika dan kimia fisik sebelum mendapatkan gelar PhD di bidang kimia kuantum dari German Academy of Sciences.

Dia bekerja sebagai ahli kimia di akademi sampai peristiwa runtuhnya Tembok Berlin. Hal itu mendorongnya untuk pindah haluan menuju karir di bidang politik.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :