6 Makanan “Sehat” yang Sebenarnya Malah Kurang Baik untuk Kesehatan

Oleh : Bintang Maulidya - 28 September 2019 15:47 WIB

alt="6 Makanan “Sehat” yang Sebenarnya Malah Kurang Baik untuk Kesehatan" src="https://hellosehat.com/wp-content/uploads/2016/06/shutterstock_355200866-1024x683.jpg?x11178" style="height:267px; width:400px" />

Tren gaya hidup sehat dan clean eating yang digandrungi oleh banyak orang dalam beberapa tahun terakhir bisa Anda jumpai dengan mudah di berbagai supermarket dan mall-mall besar. Buktinya, produk makanan sehat yang dilengkapi dengan jargon “organik”, “rendah lemak”, “tanpa gula tambahan”, hingga “tanpa bahan pengawet dan pemanis buatan” banyak tercantum di berbagai produk.

Namun hati-hati, banyak makanan berlabel “sehat” yang kita konsumsi sehari-hari sebenarnya tidak sesehat seperti apa yang selama ini Anda yakini. Jika Anda mengulik lebih dalam mengenai informasi gizi yang tertera di label produk atau menyelidiki apa yang sebenarnya terkandung dalam makanan di balik semua label “sehat” tersebut, Anda akan mengetahui bahwa beberapa makanan ini sebenarnya tidak sehat-sehat amat.

1. Sereal dengan gula tambahan

Sereal adalah salah satu menu sarapan praktis yang jadi favorit banyak orang. Apalagi sereal juga diklaim sebagai makanan sehat. Ini memang tidak sepenuhnya salah, namun kebanyakan sereal instan yang dijual di supermarket justru mengandung gula yang sangat tinggi.

Begitu pun dengan snack granola bar yang pada umumnya tidak mendapatkan serat dari gandum asli atau kacang-kacangan, karena kebanyakan mengambil serat dari ekstrak akar chicory, tanaman hambar yang kaya akan kandungan serat. Serat fortifikasi yang terkandung dalam energy bar adalah serat yang tidak mudah larut.

Solusi: Jika ingin mengonsumsi makanan atau snack instan tapi memiliki manfaat bagi kesehatan, cobalah pilih produk snack bardengan bahan dasar kacang-kacangan atau buah-buahan. Pilihlah terbuat dari kacang kedelai yang tinggi serat dan protein, sehingga dicerna perlahan dalam tubuh memberikan efek kenyang lebih lama.

2. Roti gandum

Tidak semua roti gandum mengandung gandum utuh murni (whole wheat), bahkan produk yang berlaber “multi-grain” atau “seven-grain” masih bisa mengandung tepung terigu olahan.

Roti “multi-grain” hanya menunjukkan bahwa roti tersebut terbuat dari banyak biji-bijian, tidak menyatakan seberapa banyak tahapan proses pengolahan yang dilalui. Gandum olahan telah melalui begitu banyak proses pabrik, dan kandungan bakteri baik, serat, vitamin, dan mineral juga ikut terbuang, meninggalkan hanya karbohidrat sederhana yang bisa meningkatkan kadar gula darah Anda dan menaikkan berat badan.

Lebih lanjut, banyak produk roti gandum yang mengandung minyak hidrogenasi, pemanis buatan, fruktosa (gula jagung), pengawet, hingga pewarna.

Solusi: Perhatikan tabel nutrisi di kemasan produk dan pastikan bahan yang paling pertama tercantum adalah “gandum utuh”(whole wheat) atau “biji utuh” (whole grain). Umumnya, bahan komposisi yang paling pertama dicantumkan memiliki porsi paling besar dalam produk tersebut.

3. Frozen yogurt

Frozen yogurt seperti tidak pernah ada matinya dari tahun ke tahun. Apalagi, kini banyak produk fro-yo yang mengklaim mengandung antioksidan dan detoksifikasi dari berbagai bahan aktif alami, seperti charcoal bamboo. Padahal, sekalipun Anda memilih rasa yang plain, kandungan gula dalam ½ cup frozen yogurt bisa mencapai 25 gram, bahkan sebelum Anda menambahkan topping favorit Anda.

Solusi: racik fro-yo versi Anda sendiri di rumah dengan plain greek yogurt (rendah lemak atau tanpa lemak) dengan topping irisan buah segar, granola, chia seeds, dan/atau madu.

4. Susu skim dan rendah lemak

Susu skim dan yang rendah lemak mengandung kalori yang lebih sedikit, tetapi susu sapi segar mengandung lebih banyak lemak jenuh dan tidak jenuh tunggal yang membantu Anda kenyang lebih lama dan mendukung metabolisme. Susu skim dan susu rendah lemak juga memiliki lebih sedikit kandungan vitamin A, D, E, dan K jika dibandingkan dengan susu sapi utuh tanpa olahan.

Produsen susu skim juga menambahkan bubuk susu guna menyamakan tekstur susu skim dengan susu sapi yang baru saja diperah. Proses penambahan bubuk susu ini melibatkan kolesterol yang teroksidasi, yang jauh lebih merusak arteri Anda dibanding kolesterol pada umumnya.

Dilansir dari Muscle and Fitness, sejumlah studi telah membuktikan bahwa susu rendah lemak dan tanpa lemak memiliki risiko lebih tinggi terhadap obesitas anak dibanding susu sapi biasa.

5. Minuman energi, smoothies, dan jus dalam kemasan

Meskipun minuman energi, jus, dan smoothies dikemas dengan nutrisi sehat seperti vitamin, mineral, hingga antioksidan, tetap saja minuman “sehat” pelepas dahaga yang dijual dalam kemasan biasanya tinggi akan kandungan gula.

Proses jus mengekstrak semua serat baik dalam buah dan sayur yang bisa membantu Anda untuk merasa kenyang, dan mengandung gula dalam jumlah tinggi dalam satu kemasan kecil, bisa mencapai 50 gram per satu sajian, dan kebanyakan dari gula ini berasal dari buah-buahan. Meskipun ini adalah gula alami, tetap saja asupan gula sebanyak itu dalam satu kali konsumsi tidak baik untuk tubuh Anda.

Solusi: Jika Anda memang ingin menenggak jus botolan, periksa label komposisi dan tabel gizinya. Pastikan minuman kemasan Anda tidak mengandung lebih dari 15 gram karbohidrat per satu sajian. Idealnya, jus atau smoothies yang baik memiliki perbandingan 1 porsi buah dan sisanya adalah sayur.

6. Buah-buahan kering

Buah segar terbukti baik untuk kesehatan. Bagaimana dengan buah-buahan kering? Produsen buah-buahan kering menggunakan sulfur dioksida untuk mempertahankan kesegaran buah dan menambahkan gula untuk meningkatkan cita rasanya. Memang buah kering masih mengandung vitamin, mineral, dan serat yang baik untuk Anda, tapi rasa manis buatan dari buah kering ini akan menipu Anda untuk ngemil semakin banyak dan sering, yang tidak baik untuk kesehatan.

Jadi, buah-buahan kering, seperti kismis atau sultana, sebenarnya sama saja dengan sebungkus permen.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :