Macam-macam Sastra Melayu Klasik

Oleh : Rizki Anugrah Ramadhan - 02 September 2021 08:00 WIB

Pengertian Sastra Melayu Klasik

Sastra Melayu klasik adalah sastra yang berbentuk lisan yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra Melayu klasik masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam pada abad ke-13.

Sastra Melayu klasik termasuk bagian dari karya sastra Indonesia angkatan tahun 1870 – 1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya.

Pada dasarnya, Sastra Melayu lama atau klasik bersifat verbalisme, yaitu ujaran/ucapan dari mulut ke mulut. Hal ini berdampak pada pemaknaan penerima ujaran tersebut.

Ciri-Ciri Sastra Melayu Klasik

  • Bentuk prosanya sering menggunakan kata-kata klise, seperti sahibul hikayatmenurut empunya ceritakonon, dan sejenisnya.
  • Bentuk puisinya terikat oleh aturan-aturan, seperti banyaknya larik pada setiap bait, banyak suku kata pada setiap larik, dan pola rima akhir. Aturan-aturan itu dapat dilihat dalam pantun atau syair.
  • Biasanya tidak sesuai dengan logika umum.
  • Kisahnya berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya.
  • Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila karya sastra melayu klasik memiliki banyak versi, sesuai orang yang menceritakannya.
  • Nama penciptanya tidak diketahui (anonim). Hal tersebut disebabkan oleh sifat karya sastra klasik yang menganggap karya sastra merupakan milik bersama masyarakat.

Bentuk Sastra Melayu Klasik

1. Gurindam

Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari Bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula asal perumpamaan.

Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Gurindam berisi nasihat, petuah, ajaran moral kebaikan dan budi pekerti.

Ciri-ciri Gurindam adalah sebagai berikut:

  1. Setiap bait terdiri atas dua baris atau larik
  2. Biasanya menggunakan pola rima sama atau lurus (a – a)
  3. Umumnya setiap baris terdiri atas 4-6 kata (8-12 suku kata)
  4. Baris pertama dan kedua biasanya membangun hubungan sebab akibat
  5. Umumnya mengandung petuah, nasihat, atau amsal (ucapan yang mengandung kebenaran).

2. Hikayat

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.

Ciri-ciri Hikayat:

  1. Isi ceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya.
  2. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang menyebutkannya fantastis.
  3. Mempergunakan banyak kata arkais (klise).
  4. Nama pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim).

3. Karmina

Karmina atau pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.

Ciri-ciri Karmina :

  1. Terdiri dari dua baris
  2. Bersajak a-a
  3. Terdiri dari 8-12 suku kata
  4. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi

Contoh pantun karmina :   

Sudah gaharu cendana pula.
Sudah tahu masih bertanya pula.

4. Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti “petuntun”. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

Contoh Pantun:

Nenekku ahli meramu jamu

Dibuatnya ramuan dari resep rahasia

Janganlah kau bosan menuntut ilmu

Agar hidup tetap berguna sampai tua

5. Seloka

Seloka adalah bentuk puisi Melayu klasik yang berisikan pepatah dengan maksud senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Kata “seloka” diambil dari bahasa Sanskerta, sloka.

Contoh seloka 4 baris:

Ke pasar mencari sayur
Beli bayam cukup seikat
Niat menjadi manusia jujur
Kepercayaan mudah didapat

6. Syair

Syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum.

Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi.

Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).

7. Talibun

Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris (mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.

Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut:

  1. Sejenis puisi bebas.
  2. Terdapat beberapa baris dalam rangkap.
  3. Isinya berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara terperinci.
  4. Tiada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita.
  5. Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya.
  6. Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang berirama seperti pengulangan dll).
  7. Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara.
  8. Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara.

Tema talibun biasanya berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contohnya seperti berikut:

  1. Mengisahkan kebesaran/kehebatan sesuatu tempat dll
  2. Mengisahkan keajaiban sesuatu benda/peristiwa
  3. Mengisahkan kehebatan/kecantikan seseorang
  4. Mengisahkan kecantikan seseorang
  5. Mengisahkan kelakuan dan sikap manusia
  6. Mengisahkan perlakuan dimasa lalu

Contoh Talibun:

Pasang wajah muka memelas

Orang sekitar sampai kesal

Hingga semua berpaling muka

Tuntutlah ilmu dengan ikhlas

Agar kelak tak menyesal

Siap menghadapi tantangan dunia

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :