7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?

Oleh : Rizki Mumpuni - 31 July 2019 11:40 WIB

Rata-rata curah hujan bervariasi untuk tiap daerah

alt="7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?" src="https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20190729/c8-6be34870e478b23ac54f9354c3938c1c_600x400.jpg" style="height:267px; width:400px" />timesnownews.com

Setiap tanggal 29 Juli selalu diperingati sebagai Hari Hujan Sedunia. Tak bisa dipungkiri, hujan adalah anugerah, karena rintik air yang turun bisa membuat dunia tetap hijau dan segar. Berkat hujan, manusia, hewan dan tumbuhan di muka bumi tetap hidup hingga kini.

Tahukah kamu fakta menarik seputar hujan di Indonesia? Berapa rata-rata curah hujan yang turun setiap tahunnya dan apakah Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan intensitas hujan yang tinggi? Temukan jawabannya di bawah ini!

1. Rata-rata curah hujan di Indonesia berkisar antara 2.000-3.000 mm per tahun

alt="7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?" src="https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20190729/brothers-bungalows-balangan-b0fabd876c78affba442862f0ef3757a.jpg" style="height:266px; width:400px" />tripadvisor.com

Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis ekuator dan termasuk negara tropis. Otomatis, curah hujan di Indonesia terbilang cukup tinggi. Rata-rata curah hujan di Indonesia berkisar antara 2.000-3.000 mm per tahun. Meski begitu, ada beberapa daerah yang cenderung kering dan memiliki curah hujan yang sedikit.

Sartono Marpaung dari Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN menyebut  bahwa wilayah dengan topografi tinggi memiliki curah hujan yang lebih besar dibanding wilayah dengan topografi rendah. Rata-rata curah hujan tahunan dataran di ketinggian 600-1.300 mdpl berkisar antara 2.300-2.800 mm per tahun. Sedangkan wilayah di dataran rendah memiliki curah hujan yang lebih sedikit dibanding daerah dataran tinggi.

2. Meski begitu, Indonesia bukan negara dengan curah hujan tertinggi di dunia!

alt="7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?" src="https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20190729/main-1200-c6b400a84dd1e5c7a9d524d57025d623.jpg" style="height:300px; width:400px" />theatlantic.com

Kalau kamu kira Indonesia adalah negara dengan curah hujan tertinggi di dunia, kamu salah. Faktanya, posisi ini dipegang oleh desa Mawsynram di Meghalaya, India. Desa ini memiliki curah hujan hingga 11.871 mm per tahun! Saking derasnya, penduduk desa ini harus menggunakan peredam suara untuk rumah agar suaranya tak mengganggu.

Disusul oleh desa Cherrapunji di Meghalaya, India dengan curah hujan tahunan hingga 11.777 mm per tahun. Di posisi selanjutnya ada Tutunendo, Kolombia (11.770 mm/tahun), Cropp River, New Zealand (11.516 mm/tahun) dan San Antonio de Ureca, Republik Guinea Khatulistiwa (10.450 mm/tahun). Wah, Indonesia tak ada di daftar!

3. Wilayah Sumatera dan Kalimantan cenderung lebih lembab dengan intensitas hujan tinggi

alt="7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?" src="https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20190729/maxresdefault-1-5e296e38037b62b29e72039af0df819b.jpg" style="height:225px; width:400px" />youtube.com

Karena wilayahnya yang sangat luas, curah hujan di setiap daerah di Indonesia tidak sama. Ada beberapa wilayah yang lebih lembap, basah dengan curah hujan tinggi dibanding dengan yang lain. Seperti di wilayah pesisir selatan Pulau Sumatera dengan rata-rata curah hingga 4.000 mm per tahun! Periode paling deras ada di bulan Oktober hingga Desember.

Sementara, sebagian besar Pulau Kalimantan juga sangat lembap dan basah. Apalagi, hutan hujan tropis di Kalimantan tergolong rapat dan susah untuk ditembus. Di Kalimantan, periode yang relatif paling sedikit hujan biasanya berlangsung antara Juni sampai Agustus, terang laman Climates to Travel.

4. Sementara, beberapa wilayah ini memiliki curah hujan yang rendah

alt="7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?" src="https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20190729/c10-6720b29f64c5faf34d42873df235e686.jpg" style="height:225px; width:400px" />aaj.tv

Jika sebagian Sumatera dan Kalimantan merupakan wilayah yang lembap dengan curah hujan tinggi, hal ini kontras dengan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Wilayah ini cenderung kering, terik dengan curah hujan yang rendah. Bahkan, di Sumba Timur, NTT pernah mengalami hari tanpa hujan selama lebih dari 7 bulan!

Namun, siapa sangka, kondisi alam yang kering dan curah hujan rendah punya potensi untuk dijadikan laham garam? Yep, karena cuacanya yang terik, garam yang dijemur akan lebih cepat kering. Hal ini bisa dimanfaatkan, mengingat Indonesia memiliki kebutuhan garam yang tinggi, yakni 2,6 juta ton setiap tahunnya.

5. Biasanya, awal musim hujan di Indonesia dimulai di bulan Oktober atau November

alt="7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?" src="https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20190729/16767471655-54f2de0119-h-0df0eed6c241a9ff2f7613ca2c3a7bb2.jpg" style="height:295px; width:400px" />khaosodenglish.com

Awal musim hujan setiap tahunnya berubah-ubah. Untuk tahun lalu, awal musim hujan terjadi pada bulan Oktober hingga Desember. Beberapa wilayah bisa mengalami musim hujan lebih awal dibanding wilayah lainnya. BMKG menyebut bahwa puncak musim hujan biasanya terjadi pada bulan Januari atau Februari.

Sementara, untuk periode ini diprediksi bahwa musim kemarau akan terjadi hingga bulan Oktober 2019. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus tahun ini. Kemarau tahun ini memang diprediksi berlangsung lebih lama. Setelahnya, Indonesia akan mengalami musim pancaroba sesaat sebelum memasuki musim hujan.

6. Ternyata, hujan buatan bisa digunakan untuk mengurangi polusi udara!

alt="7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?" src="https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20190729/maxresdefault-2-37da99603472ce6daef66023ae59ed1a.jpg" style="height:225px; width:400px" />youtube.com

Tahukah kamu bahwa hujan buatan bisa digunakan untuk mengurangi polusi udara? Hal ini diutarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang mengatakan bahwa modifikasi cuaca bisa membantu kota-kota besar dalam mengatasi masalah polusi udara. Secara terpisah, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengungkapkan telah menyetujui rencana tersebut dan akan melaksanakannya dalam waktu dekat.

Hujan buatan bisa dilakukan dengan metode penyemaian awan. Bentuk manipulasi cuaca ini bertujuan untuk meniru efek awan hujan di daerah kering, tercemar dan berasap, jelas laman Pollution Solutions. Ini dilakukan dengan cara melepaskan bahan kimia ke udara untuk menstimulasi munculnya awan hujan.

7. Namun, hujan yang turun dalam kurun waktu yang lama bisa menyebabkan banjir!

alt="7 Fakta Hujan di Indonesia, Apakah Intensitasnya Tertinggi di Dunia?" src="https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20190729/indonesia-flood-and-landslide-d7e4167e863ddbaf4a6e83051a106fe8.jpg" style="height:229px; width:400px" />emanchannel.tv

Seperti yang kita tahu, hujan deras yang terjadi terus-menerus bisa menyebabkan banjir di suatu wilayah. Masih ingatkah kita dengan bencana alam yang melanda Sentani, Papua, pada 16 Maret 2019 lalu? Longsor dan banjir bandang yang terjadi di wilayah tersebut menewaskan 83 orang, menyisakan 75 orang luka ringan dan 84 orang luka berat.

Beberapa saat sebelum banjir bandang menerjang, wilayah Sentani sempat diguyur hujan deras hingga 253 mm/hari. Akhirnya, hujan deras itu menyebabkan Pegunungan Cycloop longsor dan membawa material banjir lumpur yang pekat.

Nah, itulah 7 fakta seputar hujan di Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat bagimu, ya!

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :