Psikosis pada remaja berkaitan dengan polusi

Oleh : Bintang Maulidya - 30 July 2019 13:40 WIB

alt="Ilustrasi remaja terpapar polusi udara." src="https://media.beritagar.id/2019-03/original_700/480cc5fe854303d7a0127b8edb79194e521cc5c7.jpg" style="height:267px; width:400px" />

Ilustrasi remaja terpapar polusi udara. Dragon Images /Shutterstock

Tinggal di kota yang udaranya tercemar bisa meningkatkan risiko psikosis. Untuk pertama kalinya para peneliti menemukan kaitan antara polusi udara dengan paranoia intens pada orang muda.

Menurut mereka, hal ini bisa berkembang menjadi gangguan psikosis. Seperti skizofrenia atau bipolar, masalah kesehatan mental, bahkan upaya bunuh diri.

Oleh sebab itu, mengungkap dengan tepat bagaimana polusi bisa menyebabkan psikosis jadi 'prioritas kesehatan yang mendesak'.

Desakan ini dipicu perkiraan PBB bahwa 68 persen dari populasi dunia akan tinggal di kota pada tahun 2050. Sementara per Mei 2018, 55 persen populasi dunia sudah menetap di area urban.

Dalam studi ini para peneliti di King's College London menganalisis data dari 2.232 anak-anak. Semua lahir di Inggris dan Wales. Penilaian dilakukan atas pengalaman psikosis dalam wawancara individu saat mereka berusia 18 tahun.

Para remaja tersebut menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti 'apakah Anda mendengar suara-suara yang orang lain tidak dengar?' Selain itu juga pertanyaan tentang perasaan ketika mereka seolah-olah sedang diamati.

Alamat rumah mereka juga ikut didata, berikut dua tempat lain di mana mereka paling banyak menghabiskan waktu.

Peneliti menggunakan inventaris yang membuat perkiraan polusi udara setiap jam pada titik grid 20x20 meter di seluruh Inggris untuk mendapatkan gambaran polusi yang dihadapi para remaja ini.

Para peneliti yang dipimpin Dr. Joanne Newbury menemukan, pengalaman psikosis secara signifikan lebih umum di daerah perkotaan. Di sini, paparan nitrogen dioksida (NO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel sangat kecil (PM2.5) tertinggi.

Menurut penelitian,  NO2 dan NOx menyumbang 60 persen hubungan antara psikosis dan tinggal di daerah perkotaan.

alt="Prevalensi pengalaman psikosis remaja menurut paparan polutan udara nitrogen dioksida (NO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel dengan diameter aerodinamik kurang dari 2,5 ?m (PM2.5) dan kurang dari 10 ?m (PM10). Prevalensi pengalaman psikotik remaja dibagi oleh kuartil tertinggi dan kuartil terendah dari paparan masing-masing polutan." src="https://media.beritagar.id/2019-03/original_700/1457x733_511da0224ff942ffc973e2e4c143e116d525bb42.png" style="height:201px; width:400px" />

Prevalensi pengalaman psikosis remaja menurut paparan polutan udara nitrogen dioksida (NO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel dengan diameter aerodinamik kurang dari 2,5 ?m (PM2.5) dan kurang dari 10 ?m (PM10). Prevalensi pengalaman psikotik remaja dibagi oleh kuartil tertinggi dan kuartil terendah dari paparan masing-masing polutan. Joanne B. Newbury, Ph.D. /JAMA Psychiatry

Transportasi adalah penghasil NO2 dan NOx terbesar. Karena itu, pemerintah Inggris telah merancang strategi 3.5 miliar Poundsterling untuk mengatasi polusi udara dan membersihkan udara di sana.

Clean Air Strategy bertujuan mengurangi lima polutan udara paling berbahaya, termasuk NO2, NOx dan PM2.5, pada tahun 2030. Sebab polusi udara adalah salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan di Inggris.

Dr. Newbury mengakui, penelitiannya memang tidak membuktikan sebab akibat polutan menyebabkan pengalaman psikosis. "Temuan kami menunjukkan polusi udara bisa menjadi faktor yang berkontribusi dalam hubungan antara kehidupan kota dan pengalaman psikosis," ujar Dr. Newbury.

Menurut peneliti, mereka juga tidak bisa mengesampingkan polusi suara sebagai faktor pendorong. Pasalnya kebisingan mengganggu tidur dan menyebabkan stres, yang kemudian bisa menyebabkan psikosis.

Studi ini adalah yang pertama menyisir data polusi udara geografis yang terinci dan membandingkannya dengan data dari kaum muda di seluruh negara.

"Tampaknya ada beberapa hubungan antara paparan polusi udara dan efek di otak dan--penelitian baru--ini mungkin merupakan contoh lain dari ini," kata rekan penulis studi Profesor Frank Kelly. "Anak-anak dan remaja sangat rentan terhadap dampak kesehatan dari polusi udara karena otak dan sistem pernapasan," lanjutnya.

Sementara menurut penulis riset Dr. Helen Fisher, gangguan psikosis bisa dicegah dengan menangani tanda-tanda awal di masa remaja.

"Gangguan psikosis sulit untuk diobati dan membebani individu, keluarga, sistem kesehatan dan masyarakat secara luas. Dengan memperbaiki pemahaman apa yang memicu pengalaman psikosis pada remaja, kita bisa mencoba mengatasi dan mencegah orang-orang mengalami gangguan psikosis dan masalah kesehatan mental serius lainnya," papar Dr. Fisher.

reaksi beberapa peneliti atas riset ini. Jim van Os, seorang profesor dan kepala Divisi Otak di University Medical Center Utrecht, menulis dalam email bahwa makalah itu "bagus" tetapi tidak memiliki ketelitian.

Temuan ini, menurut Dr. Jim van Os--profesor dan kepala Divisi Otak di University Medical Center Utrecht yang tidak terlibat dalam penelitian--sangat sensitif untuk media, dan ditarik dari penelitian dengan ribuan variabel. Os bisa bilang demikian karena ia juga telah meneliti dan mengeksplorasi psikosis.

Katanya ini hanya bisa dianggap sebagai hipotesis yang perlu diuji lagi.

Sophie Dix, peneliti kognitif dan direktur penelitian di MQ--organisasi nirlaba yang mendanai penelitian kesehatan mental juga mengatakan hal senada. "Tidak ada bukti bahwa polusi harus menyebabkan psikosis atau apakah ini adalah salah satu dari banyak faktor atau bertindak secara terpisah," kata Dix.

Sementara Stefan Reis, yang mengepalai sebuah organisasi penelitian mengatakan "penelitian ini memberikan kontribusi berharga bagi semakin banyak bukti bahwa polusi udara bisa memengaruhi lebih dari sekadar kesehatan kardio-vaskular dan pernapasan."

Namun, kata Reis variabel-variabel lain perlu ditelusuri. Misal pencapaian akademis pada tahap kehidupan awal dan penurunan kognitif pada usia tua karena paparan kehidupan awal terhadap polusi udara.

Ia menyimpulkan, penting untuk memajukan pemahaman tentang bagaimana polusi udara terkait dengan kesehatan mental yang di masa depan dapat berdampak pada kebijakan kualitas udara.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :