Home » Kongkow » Travel » Jejak Seni Manusia Indonesia di Zaman Es

Jejak Seni Manusia Indonesia di Zaman Es

- Kamis, 07 April 2022 | 12:00 WIB
Jejak Seni Manusia Indonesia di Zaman Es

Kalau di belahan Bumi yang lain sedang mengalami Zaman Es, bagaimana dengan Indonesia? Dari sebuah penelitian arkeologi diketahui bahwa manusia di wilayah Indonesia ternyata sudah mengembangkan seni dan perhiasan.

Hal itu terungkap dari penggalian yang dilakukan arkeolog dari Universitas Griffith di Australia. Kebudayaan manusia di wilayah Indonesia, pada 22.000 tahun yang lalu ternyata sudah lebih maju ketimbang yang diperkirakan sebelumnya.

Mereka menemukan artefak berupa liontin dan manik-manik di kawasan Leang Bulu Bettue, sebuah gua di Sulawesi. Kawasan ini termasuk ke dalam Wallacea, wilayah seluas 1.600 km di Indonesia, yang memisahkan Asia Tenggara dari Australia.

Artefak yang terbuat dari tulang babirusa dan kuskus, itu berasal dari masa sekitar 22.000 tahun lalu. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa manusia modern mendiami kawasan Wallacea pada 47.000 tahun lalu.

Pada zaman es, setidaknya ada 2.000 pulau di kawasan itu yang bisa dihuni manusia. Tapi, kata Adam Brumm, penulis penelitian itu, jejak-jejak manusia hanya terekam pada tujuh pulau.

“Wallacea adalah tempat ditemukannya fosil Manusia Flores pada 2003 dan penemuan beberapa seni batu tertua di dunia pada 2014,” kata Brumm.

Brumm mengatakan, mereka menggali banyak sekali bukti-bukti arkeologis yang memperlihatkan perilaku simbolik. “Mengindikasikan bahwa kebudayaan artistik sudah berkembang di Sulawesi pada menjelang akhir Zaman Es,” kata Brumm, seperti dikutip Live Science.

Penggalian sendiri dilakukan pada kurun waktu 2013-2015. Usia temuan bervariasi, dari 22.000-30.000 tahun lalu. Antara lain manik-manik berbentuk cakram terbuat dari gigi babirusa. Serta sebuah liontin dari tulang jari kuskus. Babirusa dan kuskus adalah binatang endemik di kawasan itu.

Ditemukan pula batu-batu serpih dengan pola geometris, fragmen pigmen mineral seperti oker berwarna merah dan murbei. Serta tulang kuskus yang punya jejak pigmen merah dan hitam, mungkin telah digunakan untuk menciptakan seni batu.

Penelitian ini menjadi jawaban tentang kebudayaan manusia di era Pleistocene di Asia Tenggara. Selama ini, anggapannya manusia era itu masih kurang maju bila dibandingkan manusia di zaman Paleolitik Atas Eropa.

Cari Artikel Lainnya