Penyebab dan Pengobatan Ginjal Bocor

Oleh : UAO - 04 February 2021 12:00 WIB

Ginjal bocor merupakan istilah masyarakat awam untuk menggambarkan kondisi ginjal yang mengeluarkan terlalu banyak protein di dalam urine. Di dunia medis istilah ini lebih dikenal dengan proteinuria. 

Proteinuria atau albuminuria adalah suatu kondisi di mana urine mengandung sejumlah protein dalam jumlah yang terlalu banyak. Bocornya protein ke dalam urine biasanya disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah kecil (glomeruli) pada ginjal, sehingga tidak dapat menyaring darah dengan baik.

Meski berbahaya, namun ada batas toleransi keberadaan protein di urine. Rata-rata batas normal protein yang dikeluarkan melalui urine berkisar antara 5 – 10 mg per hari. Sementara, keberadaan protein dalam urine dengan jumlah 30 – 300 mg per hari atau melebihi 300 mg per hari dapat mengindikasikan adanya gangguan di ginjal Anda.

Apa Saja Penyebab Ginjal Bocor?

Beberapa penyakit dan kondisi tertentu dapat menyebabkan ginjal bocor, meliputi:

  • Nefropati diabetik
    Nefropati diabetik bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya ginjal bocor. Saat Anda menderita diabetes, glomeruli yang ada di dalam ginjal akan mengalami penebalan. Akibatnya, glomeruli yang berperan dalam menyaring zat sisa metabolisme dan mengeluarkan cairan dari tubuh akan mengalami penurunan fungsi. Hal inilah yang membuat protein albumin ikut terbawa ke dalam urine. Pada tahap awal, penyakit ini mungkin tidak menunjukkan gejala. Tanda dan gejala penyakit baru akan dirasakan ketika kerusakan ginjal sudah semakin parah. Gejala-gejala yang bisa terjadi adalah sakit kepala, kelelahan, menurunnya nafsu makan, dan pembengkakan pada kaki.

  • Infeksi ginjal
    Infeksi ginjal atau pielonefritis dapat terjadi karena adanya perpindahan bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke ginjal. Bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi saluran kemih, yaitu E. coli, merupakan penyebab utama infeksi ginjal. Gejala infeksi ginjal meliputi demam menggigil, rasa sakit ketika buang air kecil, dan timbulnya rasa sakit di sekitar perut, punggung, atau pinggang.
    Bila tidak segera ditangani, infeksi ginjal dapat menyebabkan komplikasi serius berupa munculnya jaringan parut di glomeruli. Jika ini terjadi, maka ginjal akan kehilangan fungsinya, dan menyebabkan protein terbawa masuk ke urine atau yang disebut ginjal bocor.

  • Lupus nefritis
    Lupus nefritis merupakan peradangan pada ginjal yang terjadi akibat adanya pengaruh dari penyakit systemic lupus erythematosus (SLE). Lupus sendiri adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan yang seharusnya melindungi tubuh dari penyakit, justru berbalik menyerang sel dan organ tubuh sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan ginjal mengalami peradangan, sehingga mengganggu fungsi ginjal sebagai penyaring limbah dari dalam tubuh. Akibatnya, darah dan protein tidak tersaring dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan adanya darah dan protein di dalam urine. Gejala lupus nefritis umumnya tidak jauh berbeda dengan gangguan ginjal lainnya, seperti adanya darah dan protein dalam urine, mengalami pembengkakan pada kaki, mata, dan perut, serta kencing berbusa dan berwarna gelap.

  • Preeklamsia
    Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi (hipertensi), dan tingginya kadar protein dalam urine (proteinuria). Wanita hamil yang menderita preeklamsia dapat mengalami gejala berupa nyeri pada perut bagian atas, sakit kepala parah, adanya kenaikan tekanan darah (melebihi 140/90 mmHg), terdapat protein dalam urine, dan penglihatan menjadi kabur. Namun, preeklamsia terkadang bisa terjadi tanpa disertai gejala apa pun.

  • Sindrom nefrotik
    Sindrom nefrotik merupakan gangguan ginjal yang membuat tubuh kehilangan terlalu banyak protein melalui urine. Meskipun sindrom nefrotik jarang terjadi, namun kondisi yang menyebabkan ginjal bocor ini bisa dialami oleh siapa saja, baik orang dewasa ataupun anak-anak. Sindrom nefrotik terjadi akibat rusaknya glomeruli di ginjal yang disebabkan oleh peradangan, sumbatan pembuluh darah, infeksi, hingga penyakit tertentu, seperti diabetes, lupus, dan kanker. Gejala sindrom nefropatik adalah protein dalam urine, pembengkakan di seluruh tubuh, mudah terserang infeksi, lemas, dan urine yang berbusa.

Gejala Ginjal Bocor

 

Ginjal bocor tidak selalu memunculkan tanda ataupun gejala apa pun. Sebagian penderitanya bahkan baru menyadari mengalami ginjal bocor setelah menjalani tes darah, tes urine atau pemeriksaan protein urine, dan pemeriksaan fungsi ginjal. Tapi, ada beberapa tanda yang dapat mengindikasikan Anda mengalami ginjal bocor, yaitu:

  • Urine yang dikeluarkan berbusa atau berbuih.

  • Muncul pembengkakan di bagian tubuh, seperti kaki, tangan, perut, hingga wajah.

  • Mudah lelah.

  • Mual atau muntah.

  • Sering buang air kecil.

  • Mengalami kesulitan tidur atau insomnia.

  • Kulit menjadi gatal dan kering.

  • Kesulitan untuk berkonsentrasi.

  • Sesak napas.

  • Gangguan elektrolit.

Bila Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segeralah lakukan pemeriksaan ke dokter guna mengetahui penyebab pastinya.

Bagaimana Ginjal Bocor Diobati?

Pengobatan ginjal bocor biasanya tergantung dari penyebab munculnya kondisi tersebut. Beberapa obat-obatan mungkin akan diresepkan dokter untuk membantu mengurangi gejala, serta mencegah munculnya komplikasi. Obat-obatan ini meliputi:

  • Obat tekanan darah
    Obat jenis ini berguna untuk mengontrol tekanan darah di glomeruli dan menurunkan jumlah protein dalam urine Anda, yang mencakup obat golongan ACE inhibitor dan ARB (Angiotensin II Receptor Blockers).

  • Obat diuretik
    Obat diuretik berguna untuk mengurangi pembengkakan di bagian tubuh akibat ginjal bocor. Yang termasuk obat diuretik adalah furosemide, spironolactone, dan thiazide.

  • Obat penekan sistem kekebalan tubuh
    Obat jenis ini berguna untuk menekan respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh dan mengurangi peradangan, misalnya obat golongan kortikosteroid.

  • Diet khusus
    Selain menggunakan obat-obatan, penderita ginjal bocor disarankan menerapkan pola hidup sehat dan menjalani diet khusus, seperti menghindari makanan berlemak, mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi, dan diet garam.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :