Home » Kongkow » Religi Islam » Ucapkan 'Alhamdulillah' Usai Bersin, Mengapa?

Ucapkan 'Alhamdulillah' Usai Bersin, Mengapa?

- Selasa, 13 Februari 2018 | 18:00 WIB
Ucapkan 'Alhamdulillah' Usai Bersin, Mengapa?

Ketika kita mengalami bersin, setelahnya disunahkan untuk membaca “alhamdulillah.” Bahkan menurut Muhyiddin Syarf An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar—sebagaimana dikemukakan Zakariya Al-Anshari—jika setelah bersin membaca alhamdulillahi rabbil ‘alamin itu dianggap lebih baik (ahsan).

Sedangkan jika membaca “Alhamdulillah ‘ala kulli hal,” itu lebih utama (afdhal) karena didasarkan pada hadits sahih yang diriwayatkan Abu Dawud, yang menyatakan, “Apabila salah satu di antara kalian bersin, maka bacalah ‘alhamdulillah ‘ala kulli hal’, kemudian hendaknya saudara atau temannya mengucapkan ‘yarhamukumullah’, sedangkan orang yang bersin memberikan respon dengan menyatakan, ‘yahdikumullah wa yushlihu balakum’”.
 

وَ) أَنْ (يَحْمَدَ اللَّهَ) عَقِبَ عَطَاسِهِ بِأَنْ يَقُولَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ قَالَ فِي الْأَذْكَارِ فَلَوْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ كَانَ أَحْسَنَ وَلَوْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ كَانَ أَفْضَلَ لِخَبَرِ أَبِي دَاوُد وَغَيْرِهِ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ {إذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَلْيَقُلْ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُك اللَّهُ وَيَقُولُ هُوَ يَهْدِيكُمْ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ}


Artinya, “(Kita) disunahkan setelah bersin memuji Allah SWT dengan membaca ‘alhamdulillah.’ Muhyiddin Syaraf An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menyatakan, apabila membaca ‘alhamdulillahi rabbil ‘alamin,’ maka itu lebih baik. Seandainya membaca ‘alhamdulillah ‘ala kulli hal,’ maka itu lebih afdlal karena didasarkan pada hadits riwayat Abi Dawud dengan mata rantai yang sahih; ‘Apabila salah satu di antara kalian bersin, maka bacalah ‘alhamdulillah ‘ala kulli hal’, kemudian saudara atau temannya hendaknya mengucapkan ‘yarhamukumullah.’ Sedangkan orang yang bersin memberikan respon dengan menyatakan, ‘yahdikumullah wa yushlihu balakum,’” (Lihat Zakariya Al-Anshari, Asnal Mathalib Syarhu Raudlatit Thalib, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, cetakan pertama, 1422 H/2000 M, juz IV, halaman 187).

Lantas apa hikmah pensyariatan membaca ‘alhamdulillah’ setelah bersin? Banyak penjelasan mengenai hal ini. Salah satunya adalah penjelasan yang kami pahami dari salah satu ulama, yaitu Al-Halimi sebagaimana dikemukakan dalam Kitab Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Menurutnya, di dalam otak terdapat kekuatan berpikir. Di samping itu otak juga merupakan pusat dari sistem urat-saraf, di mana urat-saraf adalah sumber indra. Jika otak itu terhindar dari hal yang bisa mengganggu kinerjanya, maka secara otomatis anggota tubuh bisa berfungsi dengan baik.

Sedangkan ketika seseorang bersin, maka ia akan sehat karena bersin itu mampu melindungi otak dari hal yang bisa menggangu kinerjanya otak itu sendiri. Dari sini kemudian kita dapat memahami bahwa bersin itu adalah nikmat dari Allah.

Sebab, ternyata bersin itu mampu melindungi otak dari hal-hal yang bisa mengganggu kinerjanya sehingga anggota tubuh lainnya pun bisa berfungsi dengan baik. Untuk itu, maka ketika kita mendapatkan nikmat dari Allah berupa bersin, maka sudah selayaknya kita bersyukur dengan mengucapkan ‘alhamdulillah’, di mana ucapan tersebut mengandung pengakuan bahwa hanya Allah-lah segala penciptaan dan kekuasaan. Demikian yang kami pahami dari pernyataan Al-Halimi.
 

قَالَ اَلْحَليِمِيُّ: اَلْحِكْمَةُ فِي مَشْرُوعِيَّةِ الْحَمْدِ لِلْعَاطِسِ أَنَّ الْعَاطِسَ يَدْفَعُ الْأَذَى عَنِ الدِّمَاغِ الَّذِي فِيهِ قُوَّةُ الْفِكْرِ وَمِنْهُ مَنْشَأُ الْأَعْصَابِ اَلَّتِي هِيَ مَعْدِنُ الْحِسِّ وِبِسَلَامَتِهِ تَسْلَمُ الْأَعْضَاءُ، فَظَهَرَ بِهَذَا أَنَّهَا نِعْمَةٌ جَلِيلَةٌ فَنَاسَبَ أَنْ تُقَابَلَ بِالْحَمْدِ لِلَّهِ لِمَا فِيهِ مِنَ الْإِقْرَارِ لِلَّهِ بِالْخَلْقِ وَالْقُدْرَةِ وَإِضَافَةِ الْخَلْقِ إِلَيْهِ لَا إِلَى الطَّبَائِعِ


Artinya, “Menurut Al-Halimi, hikmah pensyariatan baca ‘alhamdulillah’ bagi orang yang bersin adalah bahwa orang yang bersin itu menolak hal yang dapat menyakiti otak yang di dalamnya (otak) terdapat kekuatan berpikir. Di samping juga otak sebagai pusat dari sistem urat-saraf, di mana urat-urat saraf merupakan sumber pencerapan. Dengan keselamatan otak maka selamat pula anggota tubuh lainnya. Dari sini, tampak jelas bahwa hal tersebut sungguh merupakan kenikmatan besar karenanya sudah pas jika diimbangi dengan pujian kepada Allah dengan mengatakan ‘alhamdulillah.’ Sebab di dalamnya mengandung pengakuan hanya bagi Allah segala penciptaan dan kekuasaan, dan penyandaran penciptaan hanya kepada Allah, bukan yang lain,” (Lihat Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, Beirut, Darul Ma’rifah, 1379 H, juz X, halaman 602).

Cari Artikel Lainnya