Home » Kongkow » Cerpen » Cinta itu Buta

Cinta itu Buta

- Minggu, 12 November 2017 | 14:00 WIB
Cinta itu Buta

Zaman sekarang gak punya pacar?
Astaga, terlalu. Tapi lebih terlalu kalau punya pacar tapi merasa jomblo. Itulah yang dirasakan Mona sekarang, gadis berperawakan kutilang, putih dan cantik. Anehnya, cantik-cantik kok galau.

“Lupain dia kak, jangan mentang-mentang dia kaya dia bisa buat seenaknya saja,” Oing adiknya Mona enggak mau berhenti nyuruh Mona buat putusin Dito, pujaan hati Mona.
“Oing, udalah, kamu enggak usah buat pikiran kakak bertambah kacau lagi,”
“Mana hape kakak?” Mona ngasih tanda bahwa hape dia ada di meja yang terletak di samping tempat tidur mereka. Tanpa basa-basi lagi Oing langsung nyambar hape Mona, ngutak-ngatik dan ternyata dia ngeblack list nomor Dito dan menghapus nomor itu dari hape Mona. Dia tau kakaknya bakal gak bisa ngehubungin Dito lagi, jangankan untuk menghapal nomor Dito, nomornya dia aja dia gak ingat.
“Kamu apain hape kakak?”
“Aku gak ngapa-ngapain hape kakak kok. Hanya saja aku membuat suatu rencana hebat yang bisa membuat kakak kembali ceria seperti dulu. Dia gak pantas untuk kakak. Kemas semua barang yang pernah dia kasih ke kakak, aku akan mengembalikannya besok pagi”
Mona hanya menghela napas berat mendengar rencana adiknya. Tapi mau gak mau, dia akhirnya menurut juga.

Oing mengenalkan Radit kepada kakaknya. Radit adalah sahabatnya sendiri yang dari dulu juga naksir berat sama Mona.
3 bulan kemudian
Mona sudah pacaran dengan Radit dan semua itu berkat Oing.

“Dan akhirnya sang putri jatuh di pelukan sang pangeran, ”
“Oing kamu kenapa jadi lebay begini, ”
Belakangan ini Oing jadi sering senyam-senyum sendiri, dan Mona mengetahui apa penyebabnya. Oing sedang jatuh cinta. Mona pernah secara tidak sengaja membaca pesan di hape Oing. Tapi Mona belum tahu siapa pria itu.

“Oing,”
“Iya kak. ”
“Kakak boleh bertanya, tapi kamu harus menjawabnya dengan jujur, ”
“Hm baiklah,”
“Siapa pria itu?”
Wajah Oing menggambarkan ekspresi terkejut. Dia menjadi gugup
“A..ap.. Apa maksud kakak?”
“Kakak sudah mengetahuinya, katakan saja, siapa pria beruntung itu?” Oing masih saja terdiam.
“Baiklah kakak selalu menunggu kapan kamu siap untuk mengatakannya” Mona berlalu sambil tersenyum.

Hari itu Oing sedang menunggu Taksi, dia berpakaian rapi tapi cukup modis. Katanya dia mau pergi nonton dengan temannya. Mona tau itu pasti bukan sekedar teman biasa. Pasti teman spesialnya karena Oing jarang mau keluar bermain bersama teman-temannya. Dia mengambil hapenya dan menekan nomor Radit.

“Halo Radit, kamu sibuk gak?”
“Hai sayang, enggak. Kenapa?”
“Nonton Yuk,”
“Oke 20 menit lagi aku jemput,”

Tapi Mona langsung berangkat begitu melihat Oing mendapatkan taksinya. Dia mengikuti Oing, rupanya dia sangat penasaran siapa pria yang membuat Oing berbeda dari biasanya. Mona mengirim pesan ke Radit dan menyuruhnya langsung ke bioskop saja. Tiba di bioskop Mona langsung memesan 2 tiket yang sama seperti tiket Oing. Radit datang 10 menit kemudian.

“Aku sudah memesan tiket” kata Mona sambil memperlihatkan 2 tiket Beautiful Shadow. Radit tersenyum.
“Jika kamu selalu seperti ini, kapan aku bisa meneraktirmu”
“Sekarang. Aku lapar” kata Mona manja sambil memegangi perutnya. Radit tersenyum geli melihat acting Mona.
“Baiklah, ayo tuan putri” mereka tertawa bersama dan melangkah menuju kafe di samping bioskop. Selesai makan mereka kembali ke Bioskop. Film diputar 5 menit lagi..

Mereka duduk di bangku tengah. Mona celingak celinguk mencari Oing dan begitu dia melihat Oing jantungnya berdetak dengan sangat cepat dan dia merasa sesak seketika. Pria yang di samping Oing itu… Dito!!! Tapi apa yang sebenarnya terjadi, batinnya.
Selama film diputar Mona selalu terlihat resah, dia tak pernah sedikitpun memalingkan pandangannya dari Oing yang terlihat begitu mesra dengan Dito. Dia tidak mengacuhkan Radit yang dari tadi bingung melihat tingkahnya yang aneh.

Film selesai
Sebisa mungkin Mona menghindar dari Oing dan Dito. Apapun alasannya dia tidak mau tahu. Bagaimana Oing dan Dito tega?
Tetapi..

“Mona bukannya itu Oing? dan siapa pria yang bersamanya itu?” tanpa menunggu respon dari Mona, Radit langsung memanggil Oing yang berada di seberang. Jarak mereka hanya 15 meter. Radit menarik Mona menuju tempat Oing. Oing terlihat sangat terkejut melihat Mona. Berbeda dengan Dito yang terlihat begitu senang karena melihat Mona kembali. Pertemuan itu sama sekali tidak bisa dihentikan.

2 hari setelah kejadian itu Mona tetap tidak mau berbicara kepada Oing dan Oing terlalu takut untuk memulai pembicaraan dengan Mona. Oing menceritakan semuanya setelah mereka tiba di rumah 2 hari yang lalu.
Oing sudah lama menyukai Dito. Saat mengetahui Dito dan Mona berpacaran, Oing patah hati. Tapi dia tidak mau tinggal diam. Dia berusaha agar mereka putus,
“Aku tau kakak tidak akan percaya aku setega itu. Tapi aku benar-benar sangat menyukainya kak,”
Mona tersenyum kecut.
“Aku terlalu menyukainya, sebenarnya Dito selalu mencoba untuk menghubungi kakak. Tapi karena aku ngeblacklist nomor dia di hape kakak, makanya dia gagal menghubungi kakak. Di tengah kegundahannya itulah aku datang sebagai penghibur hatinya. Aku bilang kakak sudah punya pacar. Dia terlihat begitu kecewa, semua tergambarkan jelas lewat kata-katanya. Aku memberi masukan kepadanya dan mulai sejak itulah dia simpati ke aku, dan akhirnya kami jadian. Tapi semuanya sudah berakhir. Dia benar-benar marah kak. Aku sudah meminta maaf berkali-kali. Tapi kesalahanku terlalu fatal.”
Mona masih memilih untuk diam, dan akhirnya Oing memutuskan untuk meninggalkan Mona sendirian. Dia butuh waktu untuk semua ini, bathinnya.

Hubungan antara Mona dan Oing sama sekali tidak ada perubahan. Keduanya sama-sama masih bungkam. Dito memutuskan untuk pergi menjauh dari keduanya. Sedangkan Radit, bia bahkan tidak tahu menahu sedikitpun tentang masalah ini.
Tapi lama-kelamaan Mona jadi kasihan juga kepada Oing. Dia akhirnya maafin Oing.
“Kakak sebenernya yang salah. Seharusnya dari awal kakak tau kamu menyukainya. Tapi kakak gak pernah mau tau soal perasaan kamu. Sekarang semuanya sudah terlambat. Kamu harus tegar, kakak tau kamu gadis yang kuat. Tapi sebenernya Ditolah yang menjadi korbannya. Kakak berharap dia mengerti dan memaafkanmu.”
Oing memeluk Mona dan menangis sejadi-jadinya.
“Aku terlalu bodoh kak. Cinta membutakanku. Dan hasilnya aku bahkan tidak mengubah apapun. Dan membuat semuanya bertambah parah. Sekarang dia membenciku. Pada awalnya rasa ini hanya separuh rasa cinta dan separuh rasa kecewa. Dan pada akhirnya juga akan tetap seperti itu.”

Cerpen Karangan: Elda Novalina Simatupang
Facebook: Elda Novalina Simatupang

Cari Artikel Lainnya