Home » Kongkow » kongkow » Hati-Hati Latte Factor, Pengeluaran Kecil Yang Lama-Lama Bikin Boncos

Hati-Hati Latte Factor, Pengeluaran Kecil Yang Lama-Lama Bikin Boncos

- Selasa, 18 Februari 2020 | 13:43 WIB
Hati-Hati Latte Factor, Pengeluaran Kecil Yang Lama-Lama Bikin Boncos

Uang jajan sudah cukup buat pengeluaran bulanan tapi kok masih nggak bisa nabung ya? Padahal sudah direncanain uangnya buat kemana aja dari awal bulan. Mana dompet sering sekarat pas diajak jalan sama temen menjelang akhir bulan. Siapa yang suka kayak gini?

Coba deh inget-inget, dalam bulan ini ada nggak pengeluaran yang nggak sesuai rencana. Jajan es kopi mungkin, nyobain boba yang baru buka atau beli barang diskon di e-commerce. Mungkin terkesan sepele, tapi kalau dihitung nih misal: 1 gelas kopi seharga 20ribu yang kamu konsumsi setiap hari selama sebulan bisa menghabiskan uang jajanmu 600 ribu. Ini bisa jadi penyebab kenapa kamu nggak bisa nabung.

Pengeluaran kecil tapi rutin itu disebut Latte Factor

Gaya hidup kadang tanpa sadar membuat kita mengeluarkan pengeluaran-pengeluaran kecil yang rutin, seperti kopi yang kamu beli setiap hari. Ini yang disebut bocor halus pengeluaran atau “Latte Factor”. Istilah ini mengacu pada pengeluaran kecil yang sifatnya rutin, tapi sebenarnya nggak terlalu penting dan bisa ditiadakan. David Bach, seorang penulis dan motivator keuangan di Amerika Serikat mencetuskan istilah ini. Ia melihat kopi sebagai sumber pengeluaran skala kecil yang jika dijumlahkan dalam sebulan, totalnya bisa lebih besar dari tagihan listrik dan air.

Iya lihat aja hitung-hitungan kita di atas tentang kopi yang kamu konsumsi setiap hari. Angka 600 ribu sebulan untuk jajan kopi sebenarnya bisa kamu maksimalkan misalnya untuk investasi diri ikut kelas menulis, membeli 5-6 buku atau buat investasi reksadana. Menariknya, ada pengeluaran lain penyebab bocor halus selain kopi yaitu biaya administrasi bank, godaan diskon di e-commerce bahkan kebiasaan ikut naik transportasi online yang di luar budget bulanan. Bener nggak?

Latte Factor tanpa disadari hanya untuk memuaskan keinginan kita

Penyebab Latte Factor bisa jadi dikarenakan kebiasaan kita untuk mengikuti tren  dari lingkungan atau hanya memuaskan keinginan kita. Misal baru dibuka kedai boba baru di deket kampus, karena penasaran akhirnya impulsif mencobanya. Atau lagi ada barang limited edition, karena nggak mau ketinggalan tren kita jadi ikutan beli. Karena pola belanja yang nggak terencana ini akhirnya pengawasan keuangan jadi kendor.

Mungkin beberapa di antara kamu kadang menjadikan bocor halus ini sebagai alasan untuk self reward setelah kamu lelah mengerjakan tugas atau bekerja. Nggak ada yang salah sih, apalagi kita sebagai millennial senang membeli pengalaman baru. Tapi seharusnya di awal kamu sudah mengatur pos budget untuk self care dan bagaimana kamu mengontrolnya supaya nggak over budget. Selain itu, faktor lain sumber bocor halus, bisa jadi karena hobi seperti mengoleksi barang-barang tertentu. Sama seperti kasus self care, sebaiknya dibuatkan pos budget khusus untuk hobi.

Apa aja cara menghindari bocor halus pengeluaran?

Pengeluaran Latte Factor ini sebenarnya bisa dikontrol dan diminimalkan, sehingga kamu masih bisa menabung atau berinvestasi. Gimana ya cara menghindari bocor halus pengeluaran sehari-hari?

1. Membatasi Latte Factor maksimal 5% dari penghasilan bulanan

Pengeluaran bocor halus masih dalam batas toleransi kalau besarannya tidak lebih dari 5% penghasilan bulanan. Tapi kalau mencapai 10% lebih, bocor halus perlu direm nih supaya nggak boncos bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan darurat lainnya. Makanya penting buat kita untuk selalu update setiap pengeluaran.

2. Penting untuk mencatat pengeluaran setiap hari

Tujuannya simple untuk mengawasi setiap pengeluaran kita setiap hari. Sekarang pun sudah banyak kok aplikasi pencatat keuangan yang bisa kamu akses dari smartphone mu. Seperti Money Lover, Catatan Keuangan Harian, Expenses Manager hingga notes dari aplikasi bawaan smartphonemu juga bisa. Jadi nggak ada lagi kata mager nyatet ya J

3. Membatasi pengeluaran yang dibelanjakan sehari-hari

Misalnya, menyediakan uang maksimal Rp 100.000 di dompet. Lalu kita harus berkomitmen untuk nggak mengambil duit lagi jika kurang, kecuali untuk kebutuhan mendesak. Sehingga berapapun uang yang kita keluarkan, pengeluaran tetap terkendali secara harian. Kalau tiba-tiba budget kita mulai menipis, kita dengan mudah bisa me-review kemana uang dibelanjakan.

4. Tanya ke diri sendiri sebelum membeli sesuatu

Ketika mau membeli sesuatu coba tanya ke diri sendiri, apakah ini keinginan atau kebutuhan. Kadang kita suka beralasan apa aja sehingga keinginan jadi kebutuhan. Hati-hati kejebak sama pikiran ini. Coba renungkan 10-15 menit untuk mempertimbangkan apa yang mau dibeli supaya kamu bisa kasih keputusan yang lebih rasional.

5. Pisahkan rekening untuk tabungan dengan pengeluaran sehari-hari

Sejak awal kamu mendapatkan pemasukan bulanan, uangnya langsung dipisahkan sesuai pos pengeluaran yang sudah dirancang. Lebih enak lagi kalau kamu punya 2 rekening untuk tabungan dan pengeluaran sehari-hari. Sehingga tabunganmu nggak terpakai buat pengeluaran atau si bocor halus itu.

Jadi sudah coba review pengeluaranmu yang jadi 'bocor halus' belum?

Cari Artikel Lainnya