Home » Kongkow » Kesehatan » Inilah Perbedaan Gejala Flu, Selesma, dan Infeksi Corona Virus!

Inilah Perbedaan Gejala Flu, Selesma, dan Infeksi Corona Virus!

- Sabtu, 08 Februari 2020 | 13:00 WIB
Inilah Perbedaan Gejala Flu, Selesma, dan Infeksi Corona Virus!

Korban terinfeksi novel coronavirus atau virus corona baru masih berlanjut. Meskipun angka kematiannya jauh lebih rendah dibandingkan infeksi virus corona lainnya, yakni SARS dan MERS, namun penularan virus corona baru ini sangat masif. Terbukti novel coronavirus ini sudah menyebar ke 28 negara, kasus positif lebih dari 31.000 dan kematian lebih dari 600 orang hanya dalam waktu sebulan. 

Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. Dr. Erlina Burhan, Msc, SP.P(K) mengatakan, heboh wabah korona virus baru pun sampai ke Indonesia. "Dalam sebulan terakhir setiap kali ia mendapatkan pasien dengan gejala batuk pilek disertai demam, pasien selalu bertanya “Ini Corona bukan, dok?” ungkap dr. Erlina.

Pasien tak jarang minta vaksin seperti PCV13, atau HiB karena takut tertular. “Padahal vaksin ini tidak untuk mencegah infeksi coronavirus, melainkan vaksin untuk pencegahan pneumonia karena bakteri pneumokokus dan meningitis,” jelas dr. Erlina dalam acara Media Edukasi “Pentingnya kebersihan diri dan saluran pernapasan untuk cegah dan putus rantai infeksi virus corona” yang diselenggarakan Mundipharma bekerjasama dengan PB IDI dan PDPI, di Jakarta (6/2).

Tidak semua gejala batuk dan pilek saat ini disebabkan virus corona. Berikut ini adalah perbedaan gejala flu, selesma (common cold) dan infeksi virus corona yang perlu Kamu tahu!

Novel Coronavirus Adalah Virus Lama tapi Baru

Novel Coronavirus 2019 (2019-nCOV) adalah nama sementara virus corona baru yang saat ini tengah menjadi perbicangan di seluruh dunia. Mengapa disebut baru? “Karena virus ini memang berbeda dengan virus corona yang pernah diidentifikasi sebelumnya. Virus corona baru memiliki rangkaian DNA berbeda dengan corona penyebab SARS dan MERS-Cov,” jelas dr. Erlina.

Virus corona sendiri sudah ditemukan sejak lama, dan ia adalah virus yang menginfeksi hewan. Jarang menginfeksi manusia. Fenomena virus corona baru yang bisa menular antara manusia mendorong penelitian terhadap virus ini terus dilakukan. Perubahan sifat virus ini pun sampai saat ini masih sangat dinamis.

Menurut dr. Erlina, nCOV bisa berkembang di manusia karena ada enzim reseptor yang kebetulan berada di saluran napas. Virus ini dapat menular dari hewan ke manusia karena kontak erat. Artinya bersentuhan langsung.

Virus corona baru menjadi tidak aktif di bawah sinar matahari, atau suhu di atas 60 derajat celcius). Virus ini stabil sebagai aerosol atau di permukaan pada temperatur rendah, dan kurang suka dengan udara panas dan lembap. “Indonesia panas dan lembab jadi bukan tempat yang disukasi virus. Tetapi ia bisa bertahan hidup di udara sampai 2 hari asalkan lingkungannya cocok,” jelas dr. Erlina. 

Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. Dr. Erlina Burhan, Msc, SP.P(K)

Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. Dr. Erlina Burhan, Msc, SP.P(K)
Perbedaan Gejala Flu, Selesma dan Infeksi Corona Virus!

Ketua PDPI, DR. Agus Dwi Susanto SpP(K) menjelaskan, pada dasarnya corona virus jenis apapun dapat menyebabkan infeksi saluran napas akut (ISPA). Namun bedanya, corona virus bisa berkembang sangat cepat dan menyebabkan pneumonia.

“ISPA biasanya berlangsung kurang dari 1 minggu dan akan sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuh bagus. Gejalanya adalah batuk, pilek, kadang disertai nyeri tenggorokan. ISPA hanya menyerang saluran pernapasan atas dan bersifat akut,” jelas dr. Agus.

Penyebab ISPA umumnya virus seperti rhinovirus, adenovirus, dan jenis virus dari keluarga influenza. Namun pada orang yang berisiko, ISPA bisa menjalar sampai saluran pernapasan bawah (paru-paru) dan risiko kematian meningkat.

Ketika ISPA menjadi memburuk dengan cepat, harus waspada, karena bisa jadi sudah menyebabkan pneumonia. Virus penyebab flu burung, MERS dan Corona virus baru adalah pemicu komplikasi pneumonia.

“Kalau ISPA 3 hari tidak membaik sebaiknya memang ke dokter agar tidak sampai menjadi pneumonia. Common cold atau selesma juga akan sembuh dengan sendirinya, namun sebagian kecil akan menjadi komplikasi pneumonia,” jelas dr. Agus.

Berikut ini perbedaan gejala flu, selesma (comkon cold) dan infeksi virus corona:
Influenza

Penyakit yang biasa disebut flu saja ini disebabkan virus influenza. Gejala flu adalah demam, sakit kepala, berkeringat, lemas, dan nyeri otot sendi. Gejala khas influenza adalah adanya nyeri otot ini.

Selesma (common cold)

Penyebab selesma bisa karena rinitis alergi atau virus. Gejalanya hidung mampet, berair, batuk, dan kadang disertai nyeri tenggorokan, dan demam.
Infeksi virus corona baru

Gejala utama infeksi virus corona baru adalah batuk, demam, pilek namun disertai sesak napas. “Sesak napas adalah gejala yang khas, dan sebagian kecil pasien juga mengalami diare. Infeksi virus corona baru ini sangat cepat menyebabkan penumonia, sedangkan flu dan selesma sangat jarang menjadi pneumonia,” jelas dr Agus.

Mencegah Penularan Coronavirus

Menanggapi wabah virus corona baru, Ketua IDI Dr. dr Daeng M Faqih, MM menghimbau masyarakat untuk tidak panik, tetapi tetap waspada. PB IDI, menurut dr. Daeng, sedang bentuk membentuk satgas tentang virus corona sebagai antasipasi wabah global, hingga seluruh cabang IDI di daerah.

“Masyarakat sebaiknya tidak mudah percaya isu dan info hoax.yang beredar,” tegasnya. Menjaga kebersihan diri dengan cuci tangan dengan air mengalir selama 20 detik menggunakan sabun adalah langkah pencegahan yang paling efektif.

Mencuci tangan juga bisa dilakukan dengan sanitizer yang mengandung antiseptik, terutama Povidone Iodine atau PVP-I, yang terbukti secara klinis memiliki spektrum luas terhadap virus, bakteri, dan kuman patogen.

Medical Director Mundipharma untuk wilayah Asia Tenggara, dr Murtaza Qasuri, mengatakan ”The Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology (APIC) dan The US Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan penggunaan sabun antiseptik untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan organisme dan mengurangi jumlah mikroba lebih lanjut,” jelasnya.

Cari Artikel Lainnya