Home » Kongkow » kongkow » Terbuat Dari Bahan Alami, Apakah Madu Bisa Basi?

Terbuat Dari Bahan Alami, Apakah Madu Bisa Basi?

- Selasa, 30 Juni 2020 | 13:45 WIB
Terbuat Dari Bahan Alami, Apakah Madu Bisa Basi?

Terbuat Dari Bahan Alami, Apakah <a href=Madu Bisa Basi?" src="https://hellosehat.com/wp-content/uploads/2018/07/madu-bisa-basi.jpg" style="height:426px; width:350px" />

Madu dibuat oleh lebah dengan mengolah nektar dari tanaman berbunga menggunakan enzim yang terdapat dalam liurnya. Karena sifatnya yang manis alami, madu sering dijadikan sebagai pengganti gula yang lebih sehat. Madu Murni, dari Merawat Kulit Sampai Mencegah Maag">Manfaat menyehatkan dari madu juga kerap membuat cairan kental kuning ini dijadikan obat penyembuh berbagai masalah kesehatan hingga perawatan kecantikan. Lantas, apakah madu bisa basi?

Madu bisa basi, benar atau tidak?

Ketika berbelanja madu di supermarket atau warung terdekat, Anda mungkin memerhatikan pada kemasan madu tersebut tercantum tanggal kedaluwarsa. Hal ini yang kemudian membuat banyak orang beranggapan madu bisa basi. Nyatanya, madu dalam bentuk paling murni dan alaminya — tanpa tambahan gula atau pun bahan lain — tidak bisa basi.

Madu murni sangat tinggi gula. Bahkan, 80% kandungan madu terdiri dari gula alami. Tingginya gula ini menghambat pertumbuhan berbagai jenis mikroba, seperti bakteri dan jamur. Selain itu, kandungan air dalam madu sangat sedikit yang membuat teksturnya sangat kental. Kekentalan ini membuat gula tidak dapat terfermentasi dan oksigen pun tidak mudah larut ke dalamnya. Dengan begitu, mikroba penyebab makanan busuk tidak dapat tumbuh apalagi berkembang biak.

Madu juga memiliki rata-rata kadar pH 3.9 yang menandakan bahwa cairan manis ini bersifat asam. Bakteri penyebab kontaminasi makanan tertentu seperti C. diphtheriae, E.coli, Streptococcus, dan Salmonella, tidak dapat tumbuh di lingkungan yang asam. Sifat asam inilah yang membuat madu bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama.

Kemudian, madu murni memiliki enzim khusus bernama glukosa oksidase yang bekerja menekan pertumbuhan bakteri. Enzim tersebut terkandung secara alami dalam liur lebah yang kemudian dilarutkan ke dalam nektar (sari tanaman) selama masa produksi madu.

Saat madu matang, proses kimia yang mengubah gula menjadi asam glukonat akan menghasilkan senyawa yang disebut dengan hidrogen peroksida. Senyawa ini memberikan madu sifat antibakteri dan antimikroba lainnya seperti polifenol dan flavonoid sehingga membantu mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab makanan busuk.

Namun, madu bisa menurun kualitasnya

Madu bisa basi adalah anggapan yang keliru. Madu murni tidak memiliki tanggal kedaluwarsa. Meski begitu, kualitas madu bisa menurun dan karenanya bisa tidak lagi menyehatkan, bahkan berisiko menimbulkan penyakit, apabila terkontaminasi oleh mikroba asing selama proses produksi yang tidak higienis. C. botulinum bahkan ditemukan dalam beberapa sampel madu. Spora ini tidak berbahaya untuk orang dewasa, tetapi bisa meningkatkan risiko botulisme pada bayi. Itu sebabnya bayi yang masih sangat kecil tidak boleh diberi makan madu.

Selain itu, beberapa jenis racun tanaman bisa terbawa dalam air lir lebah saat sedang mengumpulkan nektar. Yang paling umum adalah grayanotoxins dari Rhododendron ponticum dan Azalea pontica. Madu yang dihasilkan dari tanaman ini dapat menyebabkan pusing, mual dan masalah pada denyut jantung serta tekanan darah jika proses produksinya tidak dijaga ketat. Zat yang dikenal sebagai hydroxymethylfurfural (HMF) dapat muncul selama madu diproduksi. Beberapa penelitian menemukan bukti bahwa HMF berefek negatif pada kesehatan, seperti kerusakan sel dan DNA. Untuk itu, madu sebaiknya tidak mengandung HMF lebih dari 40 mg per kilogramnya.

Terlebih, madu yang diproduksi massal dalam pabrik bisa saja sengaja dicemari dengan berbagai cara untuk mengurangi biaya produksi. Misalnya, lebah dengan sengaja diberi makan sirup gula dari jagung (fruktosa). Selain itu, produsen juga bisa saja mencemarinya dengan menambahkan pemanis murah ke dalam madu. Gula buatan inilah yang bisa membuat madu kemasan basi.

Tak hanya itu. Untuk mempercepat proses produksinya, tak jarang madu dipanen sebelum matang. Akibatnya, madu memiliki kandungan air yang lebih tinggi dari biasanya sehingga berisiko mengalami fermentasi serta perubahan rasa. Hal ini menyebabkan madu bisa basi.

Cara penyimpanan madu yang salah bisa bikin basi

Jika madu murni Anda berkualitas sangat baik tapi cara penyimpanannya salah, madu tersebut bisa kehilangan sifat antimikrobanya dan kemudian basi. Jika madu sudah terlihat berbusa atau berair, lebih baik membuangnya. Ini menandakan madu telah terkontaminasi dan tidak lagi layak untuk dikonsumsi.

Agar madu tahan lama, simpan dalam wadah kedap udara yang tertutup rapat. Simpan di tempat yang sejuk dan kering, dalam suhu ruangan sekitar -10 hingga sekitar 20º Celsius. Jangan biarkan madu dalam keadaan terbuka sehingga terpapar oleh lingkungan luar dan meningkatkan risiko kontaminasi bakteri dari udara sekitar. Membiarkan kemasan madu terbuka lama juga dapat meningkatkan kadar airnya, sehingga madu terfermentasi dan cepat basi.

Anda boleh menyimpan madu di kulkas. Madu akan sedikit memadat setelah lama disimpan di lemari es, tapi Anda bisa memanaskannya sebentar di atas api kecil dan aduk rata sampai kembali pada tekstur aslinya. Jangan memanaskannya dengan suhu tinggi atau merebusnya dengan air karena akan menurunkan kualitasnya.

Ketika akan mengambil madu dari wadahnya untuk diolah atau dikonsumsi, pastikan Anda menggunakan peralatan yang bersih dan steril untuk menyendoknya. Jangan pakai alat yang sama untuk mengambil madu kedua kalinya. Ingat untuk menutup rapat wadah madu setiap kali habis pakai.

Untuk lebih jelasnya, lihat instruksi penyimpanan pada kemasan karena komposisi tiap madu berbeda-beda.

Cari Artikel Lainnya