Home » Kongkow » Kesehatan » Hati-Hati, Kulit Sering Gatal Berkaitan Erat dengan Kesehatan Mental

Hati-Hati, Kulit Sering Gatal Berkaitan Erat dengan Kesehatan Mental

- Senin, 11 November 2019 | 07:00 WIB
Hati-Hati, Kulit Sering Gatal Berkaitan Erat dengan Kesehatan Mental

Ada banyak penyebab orang merasakan gatal. Namun, waspadalah ketika Anda mengalami gatal kronis, karena kondisi kulit juga memikul beban psikologis yang mendalam yang tidak dapat diatasi dengan garukan.

Para ilmuwan mengatakan, mereka masih baru mulai memahami bagaimana gangguan kulit berkaitan erat dengan masalah kesehatan mental dan kualitas hidup penderitanya.

"Sudah ada penelitian yang menunjukkan bukti korelasi antara gatal dan masalah kesehatan mental secara umum, juga gangguan kulit tertentu," kata ahli kulit Florence J. Dalgard dari Lund University di Swedia, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (4/11/2019).

Untuk membantu mengatasi persoalan itu, Dalgard dan timnya menganalisis data yang dikumpulkan dari ribuan pasien dermatologi dengan masalah kulit di 13 negara-negara Eropa, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan di tempat lain.

Secara total, lebih dari 3.500 pasien dengan berbagai penyakit kulit ambil bagian dalam penelitian ini, menjalani pemeriksaan fisik dan mengisi kuesioner yang menanyakan pertanyaan tentang latar belakang sosial ekonomi dan pengalaman mereka dengan gatal. Selain itu, studi juga mengukur gejala depresi, kecemasan, dan keinginan bunuh diri.

Lebih dari 1.300 orang tanpa kondisi kulit sakit (sehat) bertindak sebagai kelompok kontrol, melaporkan sendiri informasi yang sama.

Ketika tim peneliti menganalisis tanggapan, mereka menemukan sejumlah hubungan antara kondisi kulit, gatal, suasana hati, dan kualitas gangguan kehidupan.


Hasilnya

ilustrasi kulit gatal (istockphoto)

ilustrasi kulit gatal (istockphoto)

Pada pasien dengan kondisi kulit yang melaporkan gatal, prevalensi depresi adalah 14,1 persen. Angka ini turun menjadi 5,7 persen pada pasien yang tidak gatal.

Kontrol tanpa gangguan kulit yang melaporkan gatal juga memiliki sekitar 6 persen prevalensi depresi --hanya 3,2 persen pada anggota kelompok kontrol (yang tidak mengalami gatal) melaporkan depresi.

Kecemasan pun mempunyai pola sama, muncul pada 21,4 persen pasien yang memiliki kondisi kulit dan gatal-gatal. Jumlah ini turun menjadi 12,3 persen pada pasien yang tidak gatal, sementara sekitar 8 persen dari kontrol melaporkan kecemasan.

Prevalensi ide bunuh diri lebih tinggi pada pasien dengan gatal (15,7 persen) dibandingkan pada pasien tanpa gatal (9,1 persen).

Jumlah itu lebih tinggi pada kontrol dengan gatal (18,6 persen) daripada kontrol tanpa gatal (8,6 persen).

Pasien dengan gatal lebih lanjut dilaporkan mengalami lebih banyak peristiwa kehidupan negatif daripada pasien tanpa gatal (masing-masing 38,2 persen dibandingkan dengan 32,4 persen), dan pasien yang mengalami gatal juga cenderung mengalami lebih banyak masalah ekonomi.

"Alasan spekulatif untuk korelasi ini adalah gatal berkorelasi dengan peradangan kulit dan peradangan kulit menginduksi jaringan serotonin di otak yang mengarah ke depresi dan kecemasan," tulis para penulis dalam makalah mereka.


Gatal Terkait dengan Depresi Klinis

Ilustrasi gatal

Ilustrasi gatal (sumber: iStock)

Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi hipotesis tersebut, untuk saat ini setidaknya hubungan antara gatal dan depresi terlihat lebih kuat dari sebelumnya.

Pada saat yang sama, program pencegahan mungkin dapat memainkan peran penting dalam membantu meringankan rasa gatal dan mengurangi perkembangan gejala psikologis serius yang tampaknya berasal dari itu.

"Temuan kami menunjukkan bahwa adanya gatal pada pasien dermatologis secara signifikan terkait dengan depresi klinis, keinginan untuk bunuh diri dan stres," para peneliti menyimpulkan.

"Studi ini mengungkapkan bahwa gatal berkontribusi besar terhadap beban psikologis pasien dermatologis dan menegaskan penderitaan multi-dimensi pasien dermatologis dengan gatal."

Temuan tersebut telah dilaporkan dalam Journal of Investigative Dermatology.

Cari Artikel Lainnya