Home » Kongkow » Kuliner » Kudapan Tradisional, Pukis Kaya Topping Khas Solo

Kudapan Tradisional, Pukis Kaya Topping Khas Solo

- Minggu, 06 Desember 2020 | 09:00 WIB
Kudapan Tradisional, Pukis Kaya Topping Khas Solo

Banyak kudapan tradisional yang telah dikreasikan menjadi lebih modern dan kaya rasa. Salah satunya pukis. Kue tradisional itu sekarang semakin variatif rasa maupun topping-nya. Seperti yang ditawarkan Pukis Badran. Kue pukis buatan Pukis Badran memiliki 13 varian rasa yang antimainstream. Bukan hanya manis, juga ada asin dan gurih.

Adalah Renata Zoraifi yang telah mengkreasikan kue pukis menjadi lebih berbeda. Anda yang tinggal di wilayah sekitaran Solo, Jawa Tengah, mungkin pernah mencicipinya. Pukis Badran bahkan telah menjadi salah satu produk buah tangan khas Kota Bengawan yang diincar oleh para pemburu makanan.

Renata berkisah, usaha kulinernya ini bermula pada 2017, dengan dilatarbelakangi keinginan untuk menghadirkan rasa kue pukis yang berbeda. Kebetulan suami dan anak Renata sangat menyukai kue tersebut, sehingga rutin membelinya tiap hari. Hanya, pukis yang kerap mereka beli itu dirasa Renata kurang sesuai dengan lidahnya. 

“Saya melihat banyak pukis yang dijual kurang sesuai dengan lidah saya. Akhirnya saya berusaha membuat kue pukis versi saya,” kata wanita yang memang hobi memasak itu. Pukis versi Renata awalnya dijajakan di salah satu mal terkenal di Kota Solo sejak Mei 2017. 

Lalu satu tahun kemudian, pengusaha yang belum lama dinobatkan sebagai salah satu pemenang Kompetisi Bango Penerus Warisan Kuliner 2019 itu memutuskan untuk membuka outlet sendiri di rumahnya dengan konsep open kitchen. Sedikitnya ada 13 varian pukis yang dijual di outlet Pukis Badran.

Namun, yang menjadi signature adalah pukis dengan topping daging sapi, abon sapi, bolognaise, kurma (hanya tersedia saat Ramadan), dan filling gula aren. Pukis ber-topping daging sapi bahkan telah memenangkan kompetisi yang digelar oleh produsen kecap Bango, beberapa waktu lalu. 

Selain rasa dan topping, yang membuat Pukis Badran berbeda adalah teksturnya yang tetap empuk walau sudah tidak dalam keadaan hangat. Pukis ini, kata Renata, bisa bertahan selama tiga hari asal tetap ditempatkan di dalam wadah tertutup. Selain itu, Pukis Badran tidak seret ketika ditelan. Apalagi meninggalkan sisa di gigi ketika memakannya.

“After taste pukis ini juga tidak pahit, karena saya termasuk golongan supertaster yang sensitif dengan rasa pahit. Dan, yang paling utama, Pukis Badran adalah pukis premium yang dibuat serta diolah dengan halalan toyiban. Pukis ini dikemas secara eksklusif, yang sangat cocok untuk dijadikan bingkisan maupun oleh-oleh bagi teman dan kerabat tercinta,” beber Renata.

Hanya, Renata menambahkan, Pukis Badran tidak bisa dikirim ke luar kota kecuali dibawa dengan cara handcarry. “Biasanya handcarry melalui jasa titip karena topping pukis rawan menjadi “gundul” (sudah tidak ber-topping lagi) ketika sampai ke tujuan,” imbuh pengusaha kuliner yang berencana membuka cabang bisnisnya di kota-kota lain seperti Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya itu.

Pukis Badran dijual dalam beberapa opsi kemasan. Kemasan isi tiga potong kue dihargai Rp15.000, isi lima Rp25.000, dan isi 10 Rp50.000. Meskipun dibanderol dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan pukis pada umumnya, Renata masih kerap kali menerima pesanan dalam jumlah besar dari konsumen yang ingin menjadikan pukis ini sebagai oleh-oleh.

Cari Artikel Lainnya