Home » Kongkow » Inspiratif » Kisah Haru Teknisi KRL yang Korbankan Nyawanya Demi Keselamatan Hidup Orang Lain

Kisah Haru Teknisi KRL yang Korbankan Nyawanya Demi Keselamatan Hidup Orang Lain

- Senin, 09 September 2019 | 12:17 WIB
Kisah Haru Teknisi KRL yang Korbankan Nyawanya Demi Keselamatan Hidup Orang Lain

Membicarakan soal kepahlawanan dalam diri seseorang, mungkin kita bisa berkaca pada sosok Sofyan Hadi, seorang teknisi KRL. Ya, Sahabat Boombastis mungkin masih ingat dengan peristiwa tabrakan dahsyat antara kereta komuter nomor 1311 dengan truk pengangkut Premium di Bintaro, Jakarta Selatan, pada Senin, 9 Desember 2013 lalu. Pria 21 tahun itu, adalah salah satu korban dari tiga orang petugas KRL yang juga wafat saat kejadian.

Meski telah tiada, nama Sofyan Hadi tetap harum dikenang sebagai pahlawan atas pengorbanan dan dedikasinya selama bertugas. Dalam kejadian tersebut, ia sebenarnya memiliki peluang untuk menyelamatkan diri dari tabrakan yang ada. Namun, hal tersebut ternyata tidak dilakukan olehnya. Sofyan tetap memilih bertahan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya hingga ajal menjemput dirinya.

Pilih selamatkan penumpang hingga detik-detik terakhir

Belum hilang kenangan mengerikan soal tragedi Bintaro yang terjadi pada 9 Oktober 1987 silam, kecelakaan maut kembali terjadi setelah 26 tahun berlalu, tepatnya pada Senin 9 Desember 2013. Saat itu, sebuah truk BBM diketahui telah melanggar palang pintu petugas KAI yang sudah mulai diturunkan. Lokomotif KA 1131 yang tengah melaju dipastikan akan menabrak kendaraan yang penuh dengan muatan BBM itu. Di dalam kereta, masinis KA 1131 Darman Prasetyo dan Agus sebagai asisten, berusaha untuk memperlambat laju kereta. Sementara Sofyan sang teknisi, sibuk mengingatkan penumpang agar menjauh dari gerbong utama

Foto kenangan Sofyan Hadi [sumber gambar]

Tahu bahwa kereta tak lama lagi bakal menabrak truk, Sofyan ke luar dari kabin masinis dan memerintahkan penumpang mundur sambil berpegangan pada tiang atau kursi penumpang. Pada saat itu, keadaan sedemikian genting karena tabrakan tak mungkin bisa dihindari. Meski kondisi saat itu tengah dilanda kepanikan, ditambah gerbong khusus wanita yang berada di bagian paling depan rangkaian sangat penuh, Sofyan tetap memerintahkan mereka untuk tetap mundur ke belakang. Ia bahkan sampai berada di gerbong ketiga demi menyelamatkan seorang anak kecil yang ia temui agar ikut bersama penumpang lainnya.

Tak selamatkan diri dan tetap jalankan tugas

Sembari menyuruh penumpang agar terus mundur menjauhi gerbong wanita, Sofyan sejatinya memiliki kesempatan untuk menyelamatkan dirinya. Ya, bertahan di gerbong paling belakang atau meloncat keluar adalah pilihan yang rasional jika ingin selamat. Namun, hal tersebut tak dilakukan oleh pemuda yang merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara tersebut. Dengan cepat, ia kembali ke kabin depan dan bergabung dengan kedua rekannya. Ketiga petugas tersebut, tetap menjalankan tanggung jawabnya hingga maut pun menyambut.

Lokomotif KA 1131 yang tengah melaju, akhirnya ‘beradu badan’ dengan truk tangki pengangkut BBM. Ledakan besar pun tak terhindarkan saat besi dari kedua kendaraan besar itu saling bertabrakan. Penumpang pun berhamburan dan saling berlomba menyelamatkan diri dengan melompat ke luar melalui jendela. Berbeda dengan nasib ketiga petugas di kabin, para pahlawan itu tak berdaya karena terjebak dalam kobaran api yang melalap seluruh badan kereta. Saat ditemukan tim penyelamat, jasad mereka saling bertumpukan di kabin masinis dalam kondisi hangus akibat terbakar. Termasuk Sofyan.

Sosok pemuda yang namanya diabadaikan sebagai balai teknik perkeretaapian

Kegigihan Sofyan yang ingin mengabdikan dirinya sebagai pegawai kereta api, diketahui dari keuletannya dalam berusaha. Meski sempat gagal sebanyak tiga kali saat mengikuti tes, ia akhirnya berhasil diterima menjadi teknisi oleh PT KAI pada Oktober 2013. Kini, sosok pemberani itu telah tiada. Sebagai bentuk penghargaan, Namanya diabadikan PT KAI sebagai menjadi nama balai pelatihan di Bekasi, yakni Balai Pelatihan Teknik Perkeretapian Sofyan Hadi. Statusnya yang merupakan tenaga kontrak, juga dinaikkan menjadi karyawan tetap.

Namanya diabadikan sebagai Balai Pelatihan Teknik Perkeretapian [sumber gambar]

Sementara untuk kedua rekannya yang lain, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memberikan penghargaan berupa kenaikan kenaikan pangkat dua tingkat lebih tinggi. Nama mereka juga diabadikan pada balai pelatihan seperti Sofyan, yakni Balai Pendidikan dan Latihan Agus Suroto di Bandung dan Balai Pendidikan dan Latihan Darman Prasetyo di Yogyakarta. Ketiganya merupakan sosok teladan bagi PT KAI.

Dedikasi dan kisah kepahlawanan yang ditunjukkan oleh seorang Sofyan Hadi di atas, menunjukkan betapa tulusnya sisi kemanusiaan yang ia miliki. Tak menghiraukan nyawanya sendiri, ia memilih keselamatan orang lain agar terhindar dari maut. Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini adalah, betapa mahalnya nilai dari sebuah tanggung jawab meski hal tersebut harus ditebus dengan nyawa. 

Cari Artikel Lainnya